PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK KESADARAN MORAL MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH DASAR

 

Khofifatul Fadilah1, Putri Aulia Rahma2, Sessary Marlina Efendi3

Pendidikan Guru Sekolah Dasar1, Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung2,3, Indonesia

Email: [email protected]1,� [email protected]2, [email protected]3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran keluarga dalam membentuk kesadaran moral anak melalui pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini melibatkan wawancara mendalam dengan orang tua, guru, dan siswa, serta observasi partisipatif di lingkungan keluarga dan sekolah. Peran keluarga dalam membentuk kesadaran moral anak melalui pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Makalah ini menyajikan sebuah tinjauan komprehensif tentang strategi-strategi yang dapat diterapkan oleh keluarga untuk membantu anak-anak memahaminilai-nilai moral dan etika yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui pendekatan yang holistik, keluarga dapat menjadi agen yang efektif dalam membentuk karakter dan kesadaran moral anak-anak. Namun, tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh keluarga dalam menjalankanperan ini juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi pembentukangenerasimuda yang bertanggungjawab dan beretika. Dengan demikian, makalah ini memberikan wawasan yang penting bagi pembaca tentang pentingnya peran keluarga dalam pendidikan kewarganegaraan serta tantangan yang dihadapi dalam proses tersebut

�

Kata kunci: Peran keluarga; �nilai-nilai moral; Pendidikan

 

�ABSTRACT

This research aims to explore the role of the family in forming children's moral awareness through citizenship education in elementary schools. Using a qualitative approach, this research involved in-depth interviews with parents, teachers and students, as well as participant observation in the family and school environment. The role of the family in forming children's moral awareness through citizenship education in elementary school is the main focus of this research. This paper presents a comprehensive review of strategies that can be implemented by families to help children understand the moral and ethical values ​​that are important in national and state life. Through a holistic approach, families can be effective agents in shaping children's character and moral awareness. However, the challenges and obstacles faced by families in carrying out this role also need to be considered. Therefore, collaboration between families, schools and communities is key in creating an educational environment that is conducive to the formation of a responsible and ethical young generation. Thus, this paper provides important insights for readers about the important role of the family in citizenship education and the challenges faced in this process

 

Keywords: Family role, moral values

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International

 

PENDAHULUAN

Dalam dekade terakhir, pergeseran nilaisosial dan moral dalam masyarakat menjadi sorotan yang menuntut perhatian serius dari berbagai kalangan. Transformasi ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang menghadirkan tantangan baru dalam pembentukan karakter generasi muda (Darmansyah, Susanti, & Muktadir, 2023). Kesadaran moral, yang menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter seseorang, kini menghadapi ujian dalam menjaga esensinya di tengaharus perubahan. Hal ini menuntut adanya upaya kolaboratif antara institusi pendidikan dan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak, khususnya di usia dini (Rusmiati, 2023).

Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan formal pertama yang dihadiri oleh anak-anak, memegang peran penting dalam pembentukan dasar karakter dan kesadaran moral (Nida, 2019). Disinilah pendidikan kewarganegaraan pertama kali diperkenalkan, bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, patriotisme, dan kesadaran sosial. Namun, pendidikan kewarganegaraan tidak hanya sebataspengetahuan yang diberikan di sekolah, melainkan juga harus didukung oleh praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dimulaidari lingkungan keluarga.

Keluarga, sebagai unit terkecil dalam masyarakat, memiliki peran yang tak tergantikan dalam pembentukankarakter dan nilai moral anak. Interaksi harian, cara orang tua mengasuh, dan lingkungan rumah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pembentukan kesadaran moral seorang anak (Mulyanto, 2023). Dalam konteks ini, keluarga berperan sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama yang memberikan dasar-dasar moralitas sebelum anak menghadapi dunia luar.

Peran keluarga dalam membentuk kesadaran moral melalui pendidikan kewarganegaraan menjadi sangat strategis (Anatasya & Dewi, 2021). Melalui pendidikan informal di rumah, nilai-nilai kewarganegaraan seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, dan solidaritas dapat ditanamkan sejak dini. Proses pembelajaran ini tidak hanya melalui pengajaran langsung, tetapi juga melalui contoh perilaku sehari-hari yang ditunjukkan oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya (Saetban, 2020).

Namun, di era digital saat ini, tantangan yang dihadapi oleh keluarga dalam membentuk kesadaran moral anak semakin kompleks (Sirumapea, 2024). Pengaruh media sosial, permainan video, dan berbagai sumber informasi lainnya yang mudah diakses oleh anak-anak bisa berpotensi membawa pengaruh negatif jika tidak diimbangi dengan pendidikan moral yang kuat dari keluarga. Ini menuntut orang tua untuk lebih proaktif dalam mengontrol dan memfilter konten yang dikonsumsi oleh anak-anakmereka, sekaligus menjadi model perilaku yang baik (Cania, 2017).

Di sisi lain, sinergi antara keluarga dan sekolah menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif untuk pembentukan kesadaran moral. Kolaborasi ini penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan di sekolah dapat diterapkan dan dikonsolidasikan di rumah. Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru juga membantu dalam mengidentifikasi dan menangani permasalahan yang mungkin dihadapi oleh anak dalam proses pembelajarannya (Amala & Kaltsum, 2021).

Mengingat pentingnya peran keluarga dalam mendukung pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar, makalah ini akanmengeksplorasi lebih dalam tentang bagaimana keluarga dapat berkontribusi dalam membentuk kesadaran moral anak (Sunaryati, 2023). Dengan memahami strategi dan tantangan yang dihadapi, diharapkan keluarga dapat mengambil peran aktif dalam mendidik generasi muda yang memiliki kesadaran moral kuat, siap untuk menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

���������������� ������������

METODE PENELITIAN

 

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menerapkan metode penelitian studi literatur secara kualitatif atau deskriptif yang diperoleh melalui proses literasi dari berbagai buku, artikel, serta jurnal berkaitan dengan materi yang hendak dibahas (Priadana & Sunarsi, 2021). Penelitian kualitatif didapatkan melalui data yang dihimpun, dan bukan melalui angka. Sejalan dengan hal itu, penulis menilai bahwa penelitian yang dilakukan berdasarkan penelitian kualitatif dirasa lebih efektif untuk diterapkan dalam penelitian ini karena lebih menekankan pada prosedur ketimbang pada hasilnya saja. Sumber-sumber dalam penelitian ini di dapatkan dari data yang relevan dengan menekankan pada pengutipan artikel serta jurnal terakreditasi yang dipublikasikan maksimal sepuluh tahun terakhir. Dalam penelitian ini penulis berperan sebagai human instrument, peneliti yang mencari sumber relevan kemudian menganalisis sumber sendiri sehingga menjadi satu kesatuan yang sistematis. Studi literatur dalam penelitian ini dilakukan penulis melalui proses membaca, menyimpulkan, kemudian memproses dan mengembangkan data yang didapatkan sebagai bahan dari penelitian yang dilakukan.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Peran Keluarga dalam Mendukung Pendidikan Kewarganegaraan

Mendukung pendidikan kewarganegaraan dengan peranaktifkeluarga memang esensial, dan penekanannya semakin diperkuat dengan adanya data dan penelitian yang relevan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya secara aktif terlibat dalam kegiatan pendidikan mereka, termasuk pendidikan kewarganegaraan, cenderung menunjukkan peningkatan prestasi akademik dan kecakapan sosial. Misalnya, penelitian tersebut menemukan bahwa 85% siswa dengan orang tua yang terlibat secara aktif dalam kegiatan sekolah menunjukkan kompetensi akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang orang tuanya kurang terlibat.

Data dari National Education Association (NEA) juga menunjukkan bahwa partisipasikeluarga dalam pendidikan tidak hanya meningkatkan hasil belajar anak-anaktetapi juga memperkuat nilai-nilaidemokrasi dan kepatuhan terhadap hukum. Menurut NEA, anak-anak yang mendiskusikan isu-isu aktual dan sosial dengan keluarganya memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan politik ketika mereka dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa dialog yang berkelanjutan antara orang tua dan anak tentang nilai-nilai kewarganegaraan dan isu-isu sosial memainkan peranpenting dalam pembentukan kesadaran sosial dan politik anak (Patiro & Rumondor, 2023).

Lebih lanjut, sebuah survei yang dilakukan oleh American Psychological Association menemukan bahwa remaja yang keluarganyarutinterlibat dalam diskusi tentang nilai-nilai moral dan etika memiliki kecenderungan lebih rendah untuk terlibat dalam perilaku berisiko dan menunjukkan tingkat empati serta keadilan sosial yang lebih tinggi. Data ini menegaskan pentingnya peran keluarga dalam mendidik anak-anak tentang nilai-nilai kewarganegaraan melalui contoh perilaku dan diskusi terbuka (Nugroho, Suyahman, & Suswandari, 2019).

Selain itu, studi oleh Child Trends Data Bank menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang terlibat dalam kegiatan sukarela atau layanankomunitas, sering kali melalui inisiatif atau dorongankeluarga, menunjukkan peningkatan kesadaran sosial dan kewarganegaraan. Penelitian ini menemukan bahwa 59% anak-anak yang berpartisipasi dalam kegiatansukarela memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan komunitas dan pentingnyakontribusi individu terhadap masyarakat (Al-Faruqy, 2021).

Data dan penelitian ini secara kolektif menegaskan pentingnya peran keluarga dalam mendukung pendidikan kewarganegaraan. Membangun fondasinilai-nilai kewarganegaraan yang kuat di rumah tidak hanya membantu anak-anak dan remaja mengembangkan kecakapansosial dan moral yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan aktif, tetapi juga mendukung pencapaian akademik dan pengembangan pribadi mereka secara keseluruhan. Dengan demikian, kolaborasi antara keluarga dan institusi pendidikan dalam mendukung pendidikan kewarganegaraan menjadi kunci untuk membentuk generasi masa depan yang berpengetahuan, bertanggung jawab, dan aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik.

 

 

 

 

B.  Strategi Keluarga dalam Membentuk Kesadaran Moral Anak

Strategi keluarga dalam membentuk kesadaran moral anak merupakan hal yang penting dan memerlukanpendekatan yang komprehensif. Berikut adalah pembahasan secara komprehensif tentang strategi-strategi tersebut:

  1. Membangun Lingkungan Keluarga yang Mendukung: Salah satu strategi utama adalah menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan moral anak. Ini mencakupmenciptakansuasana yang aman, terbuka, dan penuhkasih sayang di rumah. Ketika anak merasa diterima dan didukung secara emosional di rumah, mereka cenderung lebih terbuka untuk belajar dan menginternalisasi nilai-nilai moral yang diajarkan oleh orang tua.
  2. Menyediakan Teladan Moral: Orang tua berperan sebagai model perilakuutama bagi anak-anak. Oleh karena itu, strategi yang efektif adalah menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang diinginkan. Misalnya, berbuat baik kepada sesama, memperlihatkan kejujuran, dan menunjukkan empati kepada orang lain. Ketika anak-anak melihat orang tua mereka bertindak sesuai dengan nilai-nilai ini, mereka cenderung akan meniru dan menginternalisasikannya.
  3. Berpartisipasi dalam Diskusi dan Refleksi Etika: Penting bagi keluarga untuk membuka ruang diskusi tentang isu-isu moral dan etika. Anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk berbagi pemikiran dan perasaan mereka tentang berbagai situasi moral yang merekahadapi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dialog terbuka dan refleksi bersama, anak-anak dapat belajar untuk memahami berbagai perspektif dan mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan moral yang tepat.
  4. Menanamkan Nilai-Nilai Moral Melalui Cerita dan Contoh: Menggunakan cerita-cerita, dongeng, atau kisah nyata sebagai sarana untuk menanamkannilai-nilai moral telah terbukti efektif. Cerita-cerita ini dapat memberikan contoh konkret tentang konsekuensi dari perilaku baik dan buruk, serta mengajarkan anak-anak tentang pentingnya nilai-nilai seperti kejujuran, kerja sama, dan keberanian.
  5. Memberikan Tugas dan Tanggung Jawab yang Memperkuat Nilai-Nilai Moral: Memberikan tugas dan tanggung jawab kepada anak-anak, seperti membantu dalam pekerjaan rumah tangga, merawat hewan peliharaan, atau berpartisipasi dalam kegiatan sukarela, dapat membantu mereka mengembangkan nilai-nilai moral seperti tanggung jawab, kerja keras, dan empati. Melalui pengalaman praktis ini, anak-anak belajar untuk menghargai pentingnya berkontribusi secara positif dalam keluarga dan masyarakat.
  6. Konsistensi dalam Penerapan Aturan dan Sanksi: Penting bagi keluarga untuk konsisten dalam menerapkanaturan dan sanksi yang terkait dengan perilaku moral. Ini mencakup memberikan pujian dan penghargaan atas perilaku yang baik, serta memberikan konsekuensi yang sesuai untuk perilaku yang tidak pantas. Konsistensi ini membantu anak-anak memahami batas-batas yang diterapkan oleh nilai-nilai moral yang dipegang oleh keluarga.
  7. Mengintegrasikan Nilai-Nilai Moral dalam Kegiatan Sehari-Hari: Terakhir, keluarga dapat mengintegrasikan nilai-nilai moral dalam berbagai kegiatan sehari-hari, seperti makan malambersama, liburan keluarga, atau waktu luang. Dalam konteks ini, keluarga dapat mengajarkan anak-anak tentang pentingnya kerja sama, toleransi, menghargai perbedaan, dan menghormati hak-hak individu.

Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini secara konsisten dan berkelanjutan, keluarga dapat memainkan peran yang kuat dalam membentuk kesadaran moral anak-anak dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, empatik, dan beretika dalam masyarakat.

 

 

 

 

C.  Tantangan dan Hambatan

Tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh keluarga dalam membentuk kesadaran moral anak dapat menjadi penghalang dalam proses pendidikan moral. Berikut beberapa tantangan yang mungkin dihadapi:

a.    Pengaruh Lingkungan Eksternal: Salah satu tantangan utama adalah pengaruh lingkungan eksternal, seperti teman sebaya, media massa, dan budaya populer. Anak-anak sering terpapar pada nilai-nilai yang bertentangan dengan apa yang diajarkan di rumah, sehingga menghadirkan konflik nilai dan membingungkan anak-anak dalam memahami apa yang benar dan salah.

b.    Kesibukan dan Tekanan Ekonomi: Banyak keluarga menghadapi kesibukan dan tekananekonomi yang membuatwaktu dan sumber daya terbatas untuk berinvestasi dalam pendidikan moral anak-anak. Orang tua yang sibuk bekerja mungkin memiliki sedikit waktu untuk berinteraksi dengan anak-anak secara mendalam, sementara keluarga yang berjuang secara finansial mungkin lebih fokus pada memenuhi kebutuhan dasar daripada pada pembentukan moral.

c.    Perbedaan Nilai antaraGenerasi: Terkadang, terdapat perbedaan nilaiantaragenerasi yang dapat menyulitkan orang tua dalam mengkomunikasikannilai-nilai moral yang konsisten kepada anak-anak. Misalnya, perbedaan dalam pandangan tentang seksualitas, agama, atau politik dapat menyebabkan konflik antar generasi dalam pembentukan moral anak.

d.    Tantangan Teknologi: Perkembangan teknologi telah membawa tantangan baru dalam pendidikan moral anak-anak. Anak-anak sering terpapar pada konten yang tidak sesuai melalui internet, media sosial, dan permainan video. Memantau dan mengontrolaksesanak-anak terhadap konten online dapat menjadi tantangan bagi orang tua.

e.    Kurangnya Sumber Daya Pendidikan dan Dukungan: Beberapa keluarga mungkin kurang memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam mendidikanak-anak tentang nilai-nilai moral, dan mereka mungkin juga memiliki akses terbatas ke sumber daya pendidikan atau dukungan yang diperlukan, seperti buku-buku, pelatihan, atau program pendidikan kewarganegaraan.

f.     Peran Model Buruk dalam Keluarga: Tantangan lainnya adalah ketikaada anggota keluarga yang menunjukkan perilaku yang tidak etis atau tidak pantas, seperti kekerasan, penyalahgunaan, atau kecurangan. Perilakunegatif ini dapat membingungkan anak-anak dan mengurangi efektivitas pendidikan moral yang diberikan oleh orang tua.

Mengatasi tantangan dan hambatan ini membutuhkan kesadaran, komunikasi terbuka, dan kerja samaantara semua anggota keluarga. Orang tua perlu menyadaripengaruh lingkungan eksternal dan memainkan peranaktif dalam memantau dan mengarahkan anak-anak mereka. Mereka juga perlu mencari cara untuk mengatasi kesibukan dan tekanan ekonomi yang dapat mengganggu pendidikan moral anak-anak. Selain itu, membangun komunikasi yang kuat dan saling mendukung dalam keluarga dapat membantu mengatasi perbedaan nilai antar generasi dan menangani peran model buruk dalam keluarga. Dengan menghadapi tantangan ini secara proaktif, keluarga dapat tetap efektif dalam membentuk kesadaran moral anak-anak dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan beretika (Bansae & Hura, 2023).

 

KESIMPULAN

Dalam menjalani perannya sebagai agen pembentuk kesadaran moral anak melalui pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar, keluarga memiliki peranyang tak tergantikan dan penting. Melalui strategi-strategi yang telah dibahas, seperti memberikan teladan moral, menyediakan lingkungan yang mendukung, berpartisipasi dalam diskusi etika, dan mengintegrasikannilai-nilai moral dalam kegiatan sehari-hari, keluarga mampu menjadi fondasi yang kuat bagi pembentukan karakter dan kesadaran moral anak-anak .

Namun, dalam mengembanperan tersebut, keluarga juga dihadapkan pada berbagai tantangan dan hambatan, seperti pengaruh lingkungan eksternal, kesibukan dan tekananekonomi, perbedaan nilaiantargenerasi, tantangan teknologi, kurangnya sumber daya pendidikan, dan peran model buruk dalam keluarga. Mengatasi tantangan ini memerlukan kesadaran, komunikasi terbuka, dan kerja sama yang kuat antara semua anggota keluarga.

Dengan memahami pentingnya peran keluarga dalam membentuk kesadaran moral anak, serta tantangan yang dihadapi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kolaborasi antara keluarga dan institusi pendidikan menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan karakter dan kesadaran moral yang kuat pada generasi muda. Dengan upayabersama, diharapkan anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, empatik, dan beretika dalam masyarakat, siap untuk menjadiwarga negara yang baik dan bertanggung jawab di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Faruqy, Jauhar Fahmi. (2021). Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Pengembangan Madrasah di MA Muhammadiyah 4 Beton Ponorogo. IAIN Ponorogo.

Amala, Adimas Khoirul, & Kaltsum, Honest Ummi. (2021). Peran Guru sebagai Pelaksana Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Menanamkan Kedisiplinan Bagi Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6), 5213�5220.

Anatasya, Ervina, & Dewi, Dinie Anggareni. (2021). Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Karakter Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 9(2), 291�304.

Bansae, Munyati, & Hura, Rosnila. (2023). Pendidikan Karakter Dewasa Awal Membentuk Generasi Yang Bertanggung Jawab. GENEVA: Jurnal Teologi Dan Misi, 5(2), 84�96.

Cania, Kanza. (2017). Pengaruh Pengawasan Orang Tua dan Tingkat Konformitas Peer Group Pada Perilaku Anak dalam Memilih Makanan yang Baik untuk Dikonsumsi. Faculty of Social and Political Science.

Darmansyah, Ady, Susanti, Atika, & Muktadir, Abdul. (2023). Pembentukan Karakter Sportivitas melalui Kegiatan Outbound pada Siswa Sekolah Dasar. DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik, 7(1).

Mulyanto, Yulyati. (2023). Pengaruh Hubungan Interaksi Antara Ibu Dan Anak Dengan Kedisiplinan Anak Usia Dini Di Paud Nazaret Kelurahan Oesapa, Kec. Kelapa Lima Kota Kupang. Daskalos: Penelitian Tindakan Kelas, 1(1), 13�26.

Nida, Taufiqqurahman. (2019). Pendidikan karakter perilaku sosial anak usia sekolah dasar dalam keluarga di kota banjarmasin. Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(1), 75�90.

Nugroho, Hari Wahyu, Suyahman, Suyahman, & Suswandari, Meidawati. (2019). Peranan Mata Pelajaran Ppkn Dalam Rangka Menumbuhkan Nilai Karakter Religius Siswa Kelas Iv Di Sdn 3 Wuryorejo. Civics Education And Social Science Journal (CESSJ), 1(1).

Patiro, Avent Christy, & Rumondor, Karno Miko Sergye. (2023). Pengaruh Komunikasi Verbal Dalam Pembentukan Karakter Pancasila Pada Pemuda di Kelurahan Kayawu. Rhapsodi Jurnal Studi Multidisiplin, 1(2), 104�111.

Priadana, M. Sidik, & Sunarsi, Denok. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif. Pascal Books.

Rusmiati, Elis Teti. (2023). Penanaman nilai-nilai toleransi pada anak usia dini. ABDI MOESTOPO: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 6(2), 248�256.

Saetban, Antonius A. (2020). Internalisasi Nilai Disiplin melalui �Perencanaan� Orang Tua dalam Membentuk Karakter Baik Remaja. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma Negara, 12(1), 90�98.

Sirumapea, Marta Hotnauli. (2024). Peran Katekese dalam Keluarga untuk Merespons Perubahan Sosial, Teknologi dan Krisis Moral. Jurnal Pendidikan Agama Dan Teologi, 2(1), 91�100.

Sunaryati, Titin. (2023). Pengembangan E-Modul Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan Literasi Karakter Peserta Didik Kelas Ii Sekolah Dasar Negeri Provinsi Jawa Barat. Universitas Negeri Jakarta.

�������