ANALISIS KEMAMPUAN BERHITUNG SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN TAROGONG KALER

KABUPATEN GARUT

 

Jejen Jenal Mutaqim

�Institut pendidikan Indonesia, Garut, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan berhitung siswa kelas VI SD Negeri Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan satu variabel, yaitu kemampuan berhitung siswa kelas VI SD Negeri. Populasi dalam penelitian adalah semua siswa kelas VI SD Negeri Kecamatan Tarogong Kaler. Sampel sekolah dipilih secara purposive sampling setiap gugus di kepengawasan Korwil Kec. Tarogong Kaler. Karena terdapat lima gugus maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI dari lima sekolah di Kec. Tarogong Kaler. Intrumen data yang digunakan dalam penelitian adalah tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi, rata-rata hitung, simpangan baku, dan presentase. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung siswa kelas VI SD Negeri di Kecamatan Tarogong Kaler berada pada level rendah. Rata-rata nilai kemampuan berhitung siswa sebesar 38. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam bidang pendidikan agar dapat mencari cara yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berhitung di sekolah dasar.

�

Kata kunci: Kemampuan, berhitung, �siswa SD

 

�ABSTRACT

This study aims to obtain an overview of the numeracy skills of grade VI students of SD Negeri Tarogong Kaler District, Garut Regency. This study uses quantitative descriptive research with one variable, namely the numeracy skills of grade VI SD Negeri students. The population in the study were all grade VI students of SD Negeri Tarogong Kaler District. The school sample was selected by purposive sampling of each cluster in the supervision of the Tarogong Kaler Regional Office. Because there are five clusters, the samples in this study were grade VI students from five schools in Tarogong Kaler sub-district. The data instrument used in the study was a test. The data obtained were analyzed with descriptive statistical analysis techniques in the form of frequency distribution, average count, standard deviation, and percentage. Based on the results of the data analysis obtained, it can be concluded that the numeracy skills of grade VI students in Tarogong Kaler District are at a low level. The results of this study can be used by various parties who have an interest in the field of education in order to find the right way to improve numeracy skills in elementary schools.

�

Keywords: Numeracy skills and elementary school students����

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International

 

PENDAHULUAN

Berbagai sektor perlu ditingkatkan dalam menghadapi era Teknologi Industri 4.0, tidak terkecuali dalam sektor pendidikan karena daya saing bangsa salah satunya ditentukan seberapa besar kita mampu menguasai bidang-bidang eksak, terutama bidang dasar, termasuk di dalamnya ilmu matematika (Kurniawan, Mahmud, Rahmatika, & Muhammadiah, 2022). Penguasaan kemampuan matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika� digunakan� secara� luas� dalam� berbagai bidang� kehidupan. Sehingga kemampuan matematika sangat penting dimiliki oleh semua siswa. Matematika� merupakan� salah� satu� mata� pelajaran� yang menduduki� peranan� penting� dalam� pendidikan,� hal� ini� dapat� dilihat� dari� pelaksanaan pelajaran matematika yang diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah� dasar� sampai� perguruan� tinggi. Menurut Ruseffendi (2005) mengatakan bahwa alasan utama matematika diajarkan di sekolah ialah karena kegunaannya untuk komunikasi diantara manusia-manusia. Selain itu, alokasi waktu untuk mata pelajaran matematika lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain (Humaedi & Hartono, 2021).

Pembelajaran matematika merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi dan mendorong siswa dalam belajar matematika (Husniah & Azka, 2022). Pembelajaran matematika pada tingkat Sekolah Dasar merupakan� salah� satu� kajian� yang� selalu� menarik� karena� adanya� perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat peserta didik serta hakikat matematika. Untuk itu, perlu adanya kemampuan khusus pengajar untuk menjembatani antara dunia anak yang bersifat nyata dengan karakteristik matematika yang tak berbentuk (Abidin, Mulyati, & Yunansah, 2021).

Pembelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bersifat spiral. Pembelajaran konsep atau materi matematika selalu berkaitan atau berhubungan dengan materi sebelumnya (Juardi & Komariah, 2023). Materi sebelumnya menjadi prasarat untuk dapat mempelajari dan memahami materi matematika selanjutnya. Materi baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari materi sebelumnya. Misalnya seorang guru akan mengajarkan tentang materi FPB dan KPK, maka guru harus memastikan terlebih dahulu siswa memiliki kemampuan berhitung.

Kemampuan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting. Menurut Heryati (2022) mengatakan bahwa manfaat berhitung yaitu agar anak dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, sehingga anak lebih siap untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan berhitung kita dapat mengoptimalkan fungsi otak kanan, melatih kreativitas, logika, sistematika berpikir, daya konsentrasi, daya ingat, meningkatkan ketelitian dalam berpikir, dan menumbuhkan rasa percaya diri (Laela, 2020). Kemampuan berhitung menjadi prasyarat dalam mempelajari materi matematika yang lainnya. Siswa yang tidak memiliki kemampuan berhitung akan kesulitan dalam mempelajari materi matematika yang lain. Misalnya, siswa akan kesulitan dalam mempelajari operasi hitung pecahan karena dalam operasi hitung pecahan diperlukan kemampuan berhitung yaitu menjumlah, mengurang, mengali, dan membagi. Selain itu juga, banyak persoalan keseharian siswa yang perlu diselesaikan dengan kemampuan berhitung, seperti menghitung banyaknya benda, banyak uang yang dimiliki, besarny uang yang harus dibayar ketika jajan, membagikan barang, dan lain sebagainya.

Matematika adalah suatu mata pelajaran yang tersusun secara beraturan logis dari yang paling sederhana hingga yang paling sulit (Fauzi, 2020). Hal ini sesuai dengan pernyataan (Hernaeny & Alfin, 2016). yang menyatakan pada hakekatnya matematika itu berkenaan dengan ide-ide, struktur, dan hubungan-hubungannya diatur menurut urutan logis. Ide-ide dalam struktur ini merupakan konsep-konsep yang abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya secara deduktif. Menurut Erna Suwangsih (2006) matematika merupakan ilmu deduktif, akan tetapi pada pembelajaran matematika SD digunakan pendekatan induktif sesuai dengan tahapan perkembangan siswa.

Pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa lebih mudah mempelajari materi matematika, jika siswa telah memahami materi prasyarat dari materi yang dipelajari. Hal ini dikarenakan sifat kehierarkisan materi matematika �sangat kuat. Lemahnya kemampuan penguasaan materi prasyarat ini akan membuat siswa sulit menguasai materi selanjutnya (Ningrum, 2022).

Kehirarkian materi pelajaran matematika khususnya dalam kemampuan berhitung sangat kuat. Untuk mampu melakukan pembagian siswa harus mampu melakukan perkalian, karena pembagian adalah kebalikan dari perkalian. Misalkan seorang anak bisa melakukan perkalian 5 x 2 = 10, maka untuk memahami 10 : 2 = 5 akan lebih mudah., Selain itu, untuk mampu melakukan penjumlahan, maka siswa terlebih dahulu harus mampu mengelompokkan benda-benda, membilang, dan menuliskan lambang-lambang bilangan. Demikian seterusnya kemampuan penguasaan materi tersebut saling terkait, baik sesudah penjumlahan maupun sebelum pembagian.

Keberhasilan dalam mempelajari matematika ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Ginanjar (2019) faktor yang menentukan keberhasilan mempelajari matematika adalah faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diri siswa seperti minat, kesadaran, kemauan, dan juga bergantung kepada kemampuannya terhadap pelajaran matematika. Faktor dari luar seperti guru, metode mengajar guru, dan kelengkapan fasilitas belajar. Diantara faktor-faktor tersebut yang paling menentukan adalah faktor dari luar yaitu guru dan metode. Faktor dari dalam diri siswa akan muncul apabila kemampuan guru dan metode yang digunakan tepat. Selama ini yang menyebabkan anak kesulitan dalam memahami matematika disebabkan oleh guru yang kurang tepat dalam memilih metode (Meutia, 2022).

Pembelajaran berhitung harus sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa. Menurut Piaget dalam Enzelina (2019), bahwa anak yang berusia 7-11 tahun masih dalam taraf berpikir operasi kongkrit. Anak-anak pada usia ini umumnya berada di Sekolah Dasar. Umunya anak-anak pada tahap ini sudah memahami operasi logis dengan bantuan-bantuan benda konkrit.� Karena matematika merupakan hal yang abstrak sedangkan tingkat berpikir siswa SD berada pada tahap berpikir operasi kongkrit, maka diperlukan cara atau media untuk menjembatani kedua hal tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan alat peraga (Habibbulloh & Arifin, 2019). Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran berhitung di Sekolah Dasar guru menggunakan alat peraga.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sukar oleh sebagian besar siswa. Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VI SDN 2 Cimanganten pada tahun pelajaran 2021-2022 sebesar 54. Tergambar juga dari hasil wawancara yang dilakukan pada kelas yang sama, dimana hanya 2 orang siswa yang mengatakan suka terhadap matematika dari total jumlah siswa 33 orang. Salah satu alasan siswa tidak suka matematika dikarenakan mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika. Sulitnya siswa memahami materi matematika dikelas 6 dikarenakan kemampuan berhitung yang sangat rendah (Sahrunayanti, Dema, & Wahyuningsih, 2023).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menelusuri kemampuan berhitung siswa kelas VI SD Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. Dari hasil penelitian ini diharapkan minimal akan dapat menjadi bahan informasi bagi guru, kepala sekolah/pengawas, siswa maupun bagi pengambil kebijakan, baik di tingat kecamatan maupun di tingkat kabupaten dalam upaya peningkatan proses dan hasil pembelajaran berhitung (matematika) di Sekolah Dasar. Ada pun penelitian yang serupa dilakukan oleh (Putri & Komariah, 2022), dalam penelitiannya yang berjudul �Upaya Guru dalam Menangani Learning Loss Sebagai Dampak Pembelajaran Daring Pelajaran Matematika Kelas V di Kecamatan Tarogong Kaler". Berdasarkan jenis dan analisisnya bahwa pada penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, partisipan minimal untuk melakukan wawancara adalah 10% dari situasi sosial (populasi). Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif,. penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan pedoman wawancara, angket dan dokumentasi.

����������������

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berhitung siswa kelas VI Sekolah Dasar di Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif-kuantitatif dengan satu variabel. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VI Sekolah Dasar di Kecamataan Tarogong Kaler Kabupaten Garut pada tahun pelajaran 2022-2023 Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel dipilih dengan mengambil satu sekolah di setiap wilayah kepengawasaan sekolah (gugus). Di Kecamatan Tarogong Kaler terdapat 5 gugus sekolah yaitu Gugus Sudirman (SDN 1 Tanjungkamunig), Gugus Bung Tomo (SDN 1 Sirnajaya), Gugus Ki Hajar Dewantara (SDN 2 Rancabango), Gugus Ahmad Yani (SDN 3 Pananjung), dan Gugus Moh. Toha (SDN 1 Sukawangi). Dari masing-masing kelas VI diambil 20 siswa terbaik yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Data diperoleh dengan menggunakan teknik tes. Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik deskriptif dengan teknik distribusi frekuensi, grafik/diagram ,rata-rata hitung, dan persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemampuan berhitung yang akan dianalisis, yaitu kemampuan menjumlah, kemampuan mengurangi, kemampuan mengali, kemampuan membagi, dan hafalan perkalian (laraban). Hasil yang diperoleh dapat� dirangkum dalam tabel 1 berikut:

Nama Sekolah

Menjumlah

Mengurang

Mengali

Membagi

Laraban

SDN 1 Sukawangi

75%

0%

5%

0%

0%

SDN 1 Sirnajaya

72%

24%

36%

36%

0%

SDN 2 Rancabango

95%

5%

75%

20%

15%

SDN 3 Pananjung

100%

40%

50%

5%

0%

SDN1 Tanjungkamuning

100%

60%

75%

45%

15%

Rata-rata persentase

92%

26%

48%

21%

6%

 

Berdasarkan tabel 1 di atas, nampak bahwa persentase jumlah siswa yang mampu menjumlah sebesar 92%, mengurang 26%, mengali 48%, membagi 21%, dan perkalian 6%. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan berhitung dalam aspek penjumlahan sebagian besar anak sudah baik. Untuk kemampuan berhitung dalam aspek mengurangi, mengali, dan membagi masih banyak siswa yang belum bisa. Kemampuan berhitung siswa yang paling rendah adalah kemampuan dalam aspek� laraban. Hasil persentase rata-rata siswa dalam hal kemampuan berhitung ini merupakan salah satu penyebab siswa kelas VI SD kesulitan dalam memahami materi-materi yang terdapat di kurikulum matematika kelas VI SD.

Selain analisis berdasarkan persentase jumlah siswa yang memiliki kemampuan berhitung di atas, dapat pula dideskripsikan berdasarkan analisis rata-rata nilai dan simpangan baku seperti pada tabel 2 berikut:

 

No.

Nama Sekolah

Rata-rata

Simp. Baku

Kategori

1.

SDN 1 Sukawangi

18

8

 

2.

SDN 1 Sirnajaya

37

19

 

3.

SDN 2 Rancabango

44

19

 

4.

SDN 3 Pananjung

38

19

 

5.

SDN 1 Tanjungkamuning

54

23

 

 

Rata-rata

38

18

Rendah*)

*) Standar Kriteria Penskoran

Berdasarkan tabel 2 ini, dapat kita simpulkan bahwa kemampuan berhitung siswa kelas VI di Kecamatan Tarogong Kaler sangat rendah. Hal ini dapat kita lihat dari rata-rata nilai siswa sebesar 38. Hasil ini sangatlah memprihatikan bagi masa depan siswa khususnya dalam bidang matematika. Rendahnya kemampuan siswa kelas VI dalam berhitung akan menyulitkan siswa dalam memahami materi matematika kelas VI. Siswa akan kesulitan memahami materi pecahan apabila siswa tidak memiliki kemampuan berhitung. Begitupun dengan materi-materi yang lain, siswa akan mengalami kesulitan. Apabila kondisi ini tidak dilakukan perbaikan, maka kedepannya siswa akan terus mengalami kesulitan dalam mempelajari materi matematika selanjutnya.

Untuk mempermudah memahami hasil penelitian ini, kita bisa lihat dari grafik batang di bawah ini:

Rendahnya kemampuan berhitung siswa tidak terlepas dari dua faktor penyebabnya, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan fakor dari luar diri siswa. Faktor penyebab dari dalam diri siswa diantaranya minat belajar dan motivasi belajar siswa. Adanya mitos atau anggapan yang kuat dimasyarakat bahwa matematika itu pelajaran yang sulit menyebabkan minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika� sangat rendah. Faktor penyebab dari luar� diri siswa antara lain guru, bahan ajar, dan lingkungan keluarga. Guru sangat menentukan keberhasilan pembelajaran matematika. Penggunaan metode dan teknik yang tepat yang dilakukan oleh guru akan mempermudah siswa dalam memahami materi, khususnya kemampuan berhitung. Selain metode diperlukan juga pemilihan bahan ajar dan alat peraga yang tepat agar kemampuan berhitung siswa meningkat. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah lingkungan keluarga. Waktu belajar siswa di sekolah sangatlah terbatas. Banyak orang tua yang tidak peduli terhadap kegiatan belajar di rumah. Mereka menganggap sudah cukup belajar di sekolah. Orang tua sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk membimbing anaknya belajar di rumah.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan berhitung siswa kelas VI Sekolah Dasar di Kecamatan Tarogong Kaler dikategorikan rendah. Nilai rata-rata kemampuan berhitung hanya 38. Untuk kesimpulan masing-masing SD dapat diuraikan sebagai berikut:

Gambaran kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN 1 Sukawangi dari jumlah siswa 20 orang yang mampu dalam penjumlahan 15 orang (75%) dan perkalian 1 orang (5%). Untuk kemampuan pengurangan, pembagian, dan hafalan laraban tidak seorang pun yang mampu. Rata-rata nilai kemampuan berhitung kelas VI SDN 1 Sukawangi adalah 18. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung di SDN 1 Sukawangi berada dalam kategori rendah.

Gambaran kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN 1 Sirnajaya dari jumlah siswa 20 orang yang mampu dalam penjumlahan 18 orang (72%), pengurangan 6 orang (24%), perkalian 9 orang (26%), dan pembagian 9 orang (26%). Untuk hafalan laraban tidak seorang pun yang mampu. Rata-tata nilai kemampuan berhitung kelas VI SDN 1 Sirnajaya adalah 40. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung di SDN 1 Sirnajaya berada dalam kategori rendah.

Gambaran kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN 2 Rancabango dari jumlah siswa 20 orang yang mampu dalam penjumlahan 19 orang (72%), pengurangan 1 orang (5%), perkalian 15 orang (75%), pembagian 4 orang (20%), dan hafalan laraba 3 oranag (15%). Rata-rata nilai kemampuan berhitung kelas VI SDN 2 Rancabango adalah 44. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung di SDN 2 Rancabango berada dalam kategori rendah.

Gambaran kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN 3 Pananjung dari jumlah siswa 20 orang yang mampu dalam penjumlahan 20 orang (100%), pengurangan 8 orang (40%), perkalian 10 orang (50%), dan pembagian 1 orang (5%). Untuk hafalan laraban tidak seorang pun yang mampu. Rata-rata nilai kemampuan berhitung kelas VI SDN 3 Pananjung adalah 38. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung di SDN 3 Pananjung berada dalam kategori rendah.

Gambaran kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN 1 Tanjungkamuning dari jumlah siswa 20 orang yang mampu dalam penjumlahan 20 orang (100%), pengurangan 15 orang (75%), perkalian 12 orang (60%), pembagian 9 orang (45%), dan hafalan laraban 3 orang (15%). Rata-rata nilai kemampuan berhitung kelas VI SDN 1 Tanjungkamuning adalah 54. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung di SDN 1 Tanjungkamuning berada dalam kategori rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus, Mulyati, Tita, & Yunansah, Hana. (2021). Pembelajaran literasi: Strategi meningkatkan kemampuan literasi matematika, sains, membaca, dan menulis. Bumi Aksara.

Enzelina, Elfriyani, Suwangsih, Erna, Putri, Hafiziani Eka, & Rahayu, Puji. (2019). Pengembangan Bahan Ajar dengan Pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SD. Simposium Nasional Ilmiah & Call for Paper Unindra (Simponi), 1(1), 1�10.

Fauzi, Johan Reza. (2020). Algoritma Dan Flowchart Dalam Menyelesaikan Suatu Masalah. J. Tek. Inform, 3(2), 12.

Ginanjar, Ani Yanti. (2019). Pentingnya Penguasaan Konsep Matematika Dalam Pemecahan Masalah Matematika di SD. Jurnal Pendidikan UNIGA, 13(1), 121�129.

Habibbulloh, Muhammad, & Arifin, Ali. (2019). Efektivitas model pembelajaran kooperatif stad menggunakan alat peraga alquran untuk meningkatkan penguasaan tajwid. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 16(2), 189�202.

Heriyati, Heriyati, & Munasiah, Munasiah. (2022). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung dan Minat Matematika Siswa dengan Metode Hitung Trachternberg. SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 6(3).

Hernaeny, Ulfah, & Alfin, Edward. (2016). Pengaruh Strategi Pembelajaran Elaborasi terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Motivasi Belajar. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 5(3).

Humaedi, Humaedi, & Hartono, Rudi. (2021). KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA 1950-2013 (ANALITIS ALOKASI WAKTU PELAJARAN PAI PADA SEKOLAH UMUM). Geneologi PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 8(1), 317�333.

Husniah, Aulia, & Azka, Raekha. (2022). Modul matematika dengan model pembelajaran problem based learning untuk memfasilitasi kemampuan penalaran matematis siswa. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 11(2), 327�338.

Juardi, Indri Fitriani, & Komariah, Komariah. (2023). Konsep Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Berlandaskan Teori Kognitif Jean Piaget. Journal on Education, 6(1), 2179�2187.

Kurniawan, Andri, Mahmud, Ramlan, Rahmatika, Zahra, & Muhammadiah, Mas�ud. (2022). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Pt Global Eksekutif Teknologi.

Laela, Nur. (2020). Penggunaan Media Jarimatika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini. WISDOM: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 116�132.

Meutia, Nurul. (2022). Analisis kesulitan belajar siswa smp pada materi garis dan sudut terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 3(1), 22�27.

Ningrum, Mardhiyati. (2022). Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (tgt) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas v MI Sunan Ampel Wonorejo Pagu Kediri. Institut Agama Islam Tribakti.

Putri, Astrid Vebila, & Komariah, Komariah. (2022). UPAYA GURU DALAM MENANGANI LEARNING LOSS SEBAGAI DAMPAK PEMBELAJARAN DARING PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V DI KECAMATAN TAROGONG KALER. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 11(11), 2793�2803.

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk.

Sahrunayanti, Sahrunayanti, Dema, Magdalena, & Wahyuningsih, Wahyuningsih. (2023). Pemanfaatan Media Permainan Congklak dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa. Jurnal Penelitian Inovatif, 3(2), 433�446.

Suwangsih, Erna. (2006). Model pembelajaran matematika. Bandung: UPI.