MENGANALISIS PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK DI LEMBAGA PAUD AL HIKMAH KELOMPOK A KELURAHAN TEGAL ALUR KECAMATAN KALIDERES JAKARTA BARAT

 

Silvia Ningsih1*, Syaidati Salsabila2

Universitas Nahdlatul Ulama Jakarta, Indonesia1,2

Email : silvianingsih35@gmail.com1

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di lembaga PAUD Al Hikmah Kelurahan Tegal Alur Kecamatan Kalideres Jakarta Barat pada bulan September 2021  sampai bulan Mei 2022. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus yang mana hasil dari observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah peneliti lakukan. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan guru selaku mitra kolaborasi yang membantu dalam pelaksanaan observasi selama penelitian berlangsung sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian dapat dikontrol. Jumlah siswa yang menjadi sampel pada penelitian ini sebanyak 9 anak dengan usia 4 sampai 5 tahun. Hasil dari penelitian menganalisis perkembangan fisik motorik anak adalah terdapat serta ada peningkatan kreativitas guru dan anak dalam melakukan kegiatan bermain fisik motorik serta anak pun tidak pasif lagi dalam kegiatan bermain fisik motorik.

 

Kata kunci: Perkembangan Fisik Motorik, Anak Usia Dini, Kegiatan Bermain.

 

ABSTRACT

This research was carried out at Al Hikmah Early Chilhood Education, Tegal Alur Village, Kalideres District, West Jakarta, from September, 2021 to May, 2022. This research is a qualitative case study which is the result of observations, interviews, and documentation that the researchers have done. The research was carried out in collaboration with a teacher as a collaborating partner who assisted in carrying out observations during the research so that research activities could indirectly be controlled. The number of students who were sampled in this study were 9 children aged 4 to 5 years. The results of research analyzing children's physical motoric development are there and there is an increase in the creativity of teachers and children in carrying out physical  motoric play activities as well as children are no longer passive in motorized physical play activities..

 

Keywords: Physical Motor Development, Early Childhood, Play Activities.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International

 

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan jasmani berkaitan dengan perkembangan fisik motorik anak (Baan, Rejeki, & Nurhayati, 2020). Melalui karakteristik unik anak yaitu keingintahuan yang besar dan keinginan untuk mencoba, anak dapat melakukan latihan-latihan fisik motorik melalui gerakan-gerakan terkoordinasi yang difasilitasi dengan lingkungan untuk mendukung atas pemberian stimulasi tersebut Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot anak. Jika anak melakukan aktivitas di dalam ruangan, maka pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, melompat, dan menggerakkan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas (Rismayanthi, 2013).

Pembelajaran harus mampu mengembangkan kecakapan hidup anak dari berbagai aspek secara menyeluruh (the whole child). Berbagai kecakapan dilatihkan agar anak kelak menjadi manusia seutuhnya. Bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, sosial, emosi, kreativitas, dan bahasa. Tujuannya adalah agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh dan memiliki kepribadian atau akhlak mulia, cerdas, dan terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara (Suwartini, 2017).

Tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, anak usia dini adalah masa peletakan dasar atau fondasi awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak baik dari minuman, makanan, serta stimulasi dari lingkungan yang memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa usia dini dan akan berpengaruh kepada anak pada saat masa dewasa nanti. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat terlepaskan dengan perkembangan struktur otak anak (Chamidah, 2020).

Menurut Clark (2019) kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100-200 miliar sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal. Usia 0 sampai 6 tahun adalah masa perkembangan dan pertumbuhan anak yang akan menentukan anak di masa depannya atau disebut juga masa golden age (masa keemasan) sekaligus menentukan tahap perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya di masa yang sangat kritis ini.

Perkembangan motorik adalah perubahan progresif dalam perilaku motorik sebagai akibat interaksi antara faktor-faktor biologis (kematangan) dan pengalaman dalam siklus kehidupan manusia (Rohendi & Seba, 2017). Perkembangan motorik diartikan pula sebagai perkembangan dari pada unsur-unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh yang terkait erat dengan perkembangan pusat motorik. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot oleh karena itu maka setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola initeraksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh ketrampilan dan pola gerakan yang dilakukan anak, misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar mengerakkan seluruh anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar lentur serta anak belajar berkreasi dan berimajinasi (Aquarisnawati, Mustami’ah, & Riskasari, 2012).

Perkembangan motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot- otot kecil (fine motor). Gerakan motorik halus anak di kaitkan dengan kegiatan meletakan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan.

Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Pada usia 5 tahun atau 6 tahun gerakan motorik halus berkembang pesat. Perkembangan motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar (big muscle) atau seluruh anggota tubuh.

Perkembangan motorik kasar memperngaruhi perkembangan kreativitas anak usia dini, sedangkan perkembangan motorik halus juga mempengaruhi perkembangan kreativitas anak usia dini. Perkembangan motorik kasar dan halus secara bersama-sama memperngaruhi perkembangan kreativitas anak. Anak-anak dengan gangguan koordinasi perkembangan dan gangguan perkembangan saraf pervasive secara konsisten ditemukan memiliki tingkat kebugaran terkait keterampilan motorik yang lebih rendah dari pada anak-anak yang berkembang secara normal. Oleh karena itu, penting bagi dokter untuk melihat anak-anak dengan tinkat keterampilan motorik yang lebih tinggi. Ada pun penelitian yang serupa dilakukan oleh (Asmuddin, Salwiah, & Zaenal Arwih, 2022)  , dalam penelitiannya yang berjudulAnalisis Perkembangan Motorik Kasar Anak di Taman KanakKanak Buton Selatan". Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

Pada observasi awal di lembaga PAUD Al Hikmah kecamatan Kalideres Jakarta Barat perkembangan fisik motorik anak di kelompok A masih belum berkembang. Banyak sekali anak-anak yang mulai jenuh dengan kegiatan belajar yang sangat monoton yaitu menggunakan lembar kerja siswa (LKS) (Arum, Amda, & Yalizah, 2023). Metode ceramah dan meniru. Masih kurangnya stimulasi perkembangan fisik motorik anak di sekolah seperti bermain di luar kelas dengan berbagai macam kegiatan bermain motork kasar, kurangnya bermain asik sesuka hati di dalam kelas, bermain finger painting, dan lain sebagainya. Peneliti ini bertujuan agar mengetahui perkembangan fisik motorik anak di sekolah.

 

METODE PENELITIAN

 

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif studi kasus. Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum lama. Metode penelitian kualitatif dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode  ini juga sebagai metode artistik karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan di sebut juga metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenan dengan interpretasi terhadap data yang di temukan di lapangan. Lokasi penelitian dilaksanakan di lembaga PAUD Al Hikmah kelurahan Tegal Alur kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Lokasi yang dipilih peneliti tersebut berdasarkan hasil pertimbangan bahwa lokasi tersebut sangat mendukung untuk diteliti lebih dalam untuk perkembangan motorik anak di lembaga PAUD tersebut. Sementara untuk teknik pengumpulan data menggunakan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pelaksanaan penelitian dibantu oleh seorang guru selaku mitra kolaborasi  dalam pelaksaaan observasi selama penelitian berlangsung sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian dapat dikontrol. Jumlah siswa yang menjadi sampel pada penelitian ini sebanyak 9 anak dengan usia 4 sampai 5 tahun. Hasil dari menganalisis perkembangan fisik motorik anak adalah terdapat serta ada aktivitas menstimulasi atau merangsang pengembangan fisik motorik anak di dalam kelas maupun di luar kelas. Peneliti akan menulis rincian pembahasan dan analisis data sebagai proses selanjutnya dalam menarik kesimpulan. Peneliti ini bertujuan agar mengetahui perkembangan fisik motorik anak di sekolah, mengetahui metode pembelajaran yang seperti apa untuk mengembangkan fisik motorik anak di sekolah (Istiqomah & Suyadi, 2019).

Perkembangan fisik motorik anak sebelum penelitian dan sesudah penelitian terbukti adanya peningkatan bagi guru dan murid dalam kegiatan bermain fisik motorik ini. Sebagaimana uraian perkembangan fisik motorik anak usia 4 sampai 5 tahun di lembaga PAUD Al Hikmah, Perkembangan motorik pada anak Inisal  “A” sebelum penelitian anak ini ketika diajak oleh peneliti bermain dia hanya terdiam dan menunggu arahan dari gurunya. Minat anak ini kurang dalam melakukan kegiatan bermain motorik kasar karena membuatnya lelah apabila melakukan gerakan gerakan yang kasar dia lebih suka menggambar, melukis, dan sebagainya. Pada pertengahan dan akhir penelitian anak ini sudah mau bergabung untuk bermain motorik kasar dengan menggunakan playmate mainan edukasi anak, melihat banyak bola, dan melihat benda yang penuh warna dia menyukainya. Motorik halusnya dengan kriteria anak berkembang dengan baik. Perkembangan fisik motorik pada anak B ini pada saat pertemuan awal penelitian anak sangat pasif terbilang tidak berkembang dengan baik karena mempunyai penyakit yang dialaminya sejak bayi sehingga tidak berkembang fisik motoriknya. Peneliti mengajak berbagai macam kegiatan fisik motorik kepada anak, tetapi anak tidak langsung merespon. Anak ini juga mengalami gangguan speech delay atau ketelambatan berbicara karena keterlambatan berkembang dari sejak bayi dan kurang diajak komunikasi dengan orang tua. Perkembangan motorik halusnya anak kurang fokus dengan apa yang dia lakukan pada saat mengerjakan.

karena dia harus terus dibimbing oleh guru dalam melakukan segala sesuatu. Setelah pertengahan dan akhir anak pun masih harus dalam bimbingan guru pada saat melakukan kegiatan apapun di sekolah. Ketertarikannya dengan warna, gambar, dan bentuk sudah muncul rasa ingin tahunya, tetapi guru tidak memahami apa yang dibicarakan anak saat anak ingin tahu. Perkembangan fisik motorik anak C terbilang berkembang dengan baik. pada awal pertemuan anak masih bingung pada saat di ajak bermain di luar kelas oleh peneliti karena sebelumnya memang tidak diperbolehkan diluar kelas karena pandemi covid-19 dan anak sangat antusias dengan adanya kegiatan bermain motorik.

Banyak pertanyaan yang ia lontarkan pada saat bermain diluar kelas, dan rasa ingin tahunya sangat besar. Perkembangan motorik halusnya terbilang berkembang dengan baik dari mulai awal sampai akhir penelitian karena anak ini bisa menyelesaikan tugasnya dengan cara mandiri sampai selesai. Perkembangan motorik anak D mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar apa yang dia lihat disekitar dan apa yang ada dipikiran nya dan sangat antusias dengan adanya kegiatan bermain motorik. Pada saat peneliti mengajak kegiatan bermain motorik kasar, anak agak lambat karena kebesaran badan atau obesitas. Tetapi anak walaupun kebesaran badan terbilang sangat aktif dalam kegiatan bermain motorik halus maupun kasar. Pada pertemuan awal dalam perkembangan motorik halus ia agak bingung apabila tidak diperintah oleh guru, harus dalam bimbingan guru dalam melakukan kegiatan bermain sampai selesai. Pada pertemuan pertengahan dan awal sudah bisa bermain sendiri walaupun terus dalam bimbingan guru. Anak yang gemuk atau terlalu kurus akan sulit menyesuaikan diri dengan anak lain yang memiliki proposi tubuh yang normal. Anak yang gemuk akan lamban dalam mengikuti aktivitas permainan yang menuntut kelincahan di bandingkan dengan anak yang tidak gemuk. Sementara anak yag kurus mungkin akan kesulitan jika harus mengikuti aktivitas yang melibatkan penggunaan energi yang optimal (Nofianti, 2021). Hal ini karena anak yang kurus dan kelihatan kurang sehat membuatnya kurang bisa menggunakan energi dalam waktu yang lama atau aktivitas yang berat. Pada awalnya mungkin akan timbul rasa kurang mampu dan selanjutnya akan muncul persepsi yang negatif tentang dirinya bahwa dia anak yang memiliki kekurangan dan tidak sama dengan anak lainnya. Perkembangan motorik anak E lebih banyak diam tidak banyak bicara dengan teman teman yang lain karena ia malu teman -temannya tidak ada yang paham dengan apa yang di bicarakan dan sangat aktif dalam kegiatan bermain (Wijayanto, 2021). Pada pertemuan awal anak sangat antusias adanya kegiatan bermain motorik yang dilaksanakan di kelas. Pada pertemuan awal anak terlihat pendiam sekali saat peneliti mengajaknya untuk bermain. Kegiatan bermain apapun anak sangat senang karena dia lebih senang bermain dari pada menulis, berhitung, dan membaca. Pada pertengahan dan akhir, rasa ingin tahu anak mulai muncul, berinteraksi dengan temannya serta mulai bermain Bersama dan melakukan kegiatan bermain diluar kelas, anak lebih suka dari pada di dalam kelas. Berbicara agak masih cadel atau tidak jelas, jadi guru atau peneliti agak kebingungan apa yang di bicarakan. Berbicara cadel dikarenakan mempunyai penyakit dikelemahan otot, atau lidah yang terlalu pndek sehingga anak tidak jelas dalam berbicara. Orang tua harus ajarkan anak berbicara jelas kepada anak agar anak bisa mencontoh dengan baik. Lalu ajarkan anak berbicara dengan pola yang baik, agar anak tidak menjadi kebiasan yang tidak baik.

Perkembangan motorik anak F hiperaktif, aktivitas yang berlebihan sehingga sulit dikendalikan seperti berlari dan berputar-putar. Pada awal pertemuan anak tidak bisa dikendalikan sama sekali karena moodnya suka rusak pada saat dirumah pada saat berangkat sekolah, jadi meluapkan emosinya di sekolah dengan teriak-teriak, bicara tanpa henti, memukuli temannya kalo ada di dekatnya. Gangguan hiperaktif ini tidak biasanya serta ditandai dengan kurangnya perhatian, pelampiasan emosi, dan aktivitas yang berlebihan. Anak yang memiliki masalah ini tidak bisa duduk dengan tenang, fokus, memperhatikan, mengikuti petunjuk, dan menunggu orang lain. Sering sekali terjadi di kelas seperti itu sehingga guru kuwalahan menghadapi anak seperti itu. Peneliti mengajak berkomunikasi dengan baik setelah amarahnya reda, sudah capek dengan teriak-teriak, dan berputar-putar, alhamdulillah anak mau diredakan dengan memberikan motivasi, mengajarkan anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, dan mengajaknya bermain bola di luar kelas atau di lapangan sekolah dengan cara melatih anak untuk meningkatkan interaksi sosial, seperti melibatkan anak dalam bermain bola atau permainan lainnya. Pada pertengahan dan akhir anak saat melakukan kegiatan bermain motorik halus anak cukup berkembang dengan baik walaupun harus dalam bimbingan guru. Kegiatan motorik kasar anak sering lepas kendali dari guru, karena saat bermain motorik kasar anak-anak berlari- lari, melompat, dan lainnya sehingga ia dapat berputar-putar sampai dia capek, dan bisa saja memukuli temannya.

Perkembangan motorik anak G terbilang berkembang dengan baik (Puswandari, 2019). Pada pertemuan awal anak belum bisa berinteraksi dengan orang baru, jadi harus mengenalkan diri dulu kepada anak-anak siapa saya (peneliti) dan siapapun yang menurutnya orang baru. Pada pertemuan pertengahan dan akhir anak sangat berantusias dalam kegiatan bermain motorik kasar dan halus, apalagi kegiatan bermain bola, melempar, berlari anak paling senang. Dalam kegiatan bermain motorik halus, anak masih belum bisa melakukannya dengan mandiri oleh karena itu harus dalam bimbingan guru. Perkembangan motorik anak H ini berkembang dengan baik. Awal pertemuan anak masih belum paham peraturan permainan sehingga banyak sekali pertanyaan yang muncul dari mulutnya berbagai macama pertanyaan. Pada pertemuan pertengahan dan akhir anak sudah bisa bermain dengan mandiri dalam melakukan kegiatan bermain motorik kasar dan halus yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas. Anak bisa membantu menjelaskan kepada temannya yang belum faham dengan permainannya dan membantu bagaimana cara bermainnya. Anak selalu menyelesaikan kegiatannya dengan baik dan benar.

Perkembangan motorik anak I, anak pemalu dan kurang interaksi sosial. Pada pertemuan awal anak sangat pemalu, ia juga mengalami speech delay karena kurang diajak komunikasi dengan orang tuanya, banyak melihat gawai atau handphone dan kurangnya stimulasi. Maka anak  harus sering diajak ngobrol menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengatasi keterlambatan bicara anak, memberikan kosakata dalam kesehariannya di lingkungan sekitar, contohnya kosakata yang baik agar anak mencontohnya dengan baik. Anak kurang aktif juga dalam kegiatan bermain motorik kasar maupun halus. Pada pertemuan pertengahan dan akhir, anak mulai berpartisipasi dalam kegiatan bermain motorik kasar dan halus. Anak juga sudah mau berinteraksi dengan teman temannya di kelas.

Perkembangan motorik anak J pemalu, pendiam, dan pasif atau tidak berpartisipasi selama kegiatan penelitian berlangsung karena ia masuk sekolah pada saat awal pertemuan saja tidak smapai akhir. Sehingga anak tidak masuk prosedur penyajian data akhir penelitian. Pada pertemuan awal anak masuk sekolah setelah itu tidak masuk sampai akhir, perkembangan anak kurang berkembang interaksi sosialnya kurang. Perkembangan motorik kasar dan halus pun tidak berkembang dengan baik.

Anak ketika diajak kegiatan di luar kelas nurut saja sampainya di lapangan anak hanya diam dan tidak ikut serta dalam kegiatan bermain. Ketika kegiatan bermain di dalam kelas anak menyendiri tidak bergabung dengan teman-teman yang lain karena anak sangat pemalu dan takut dengan orang baru di sekitarnya. Perkembangan motorik anak K anak sudah berhenti sekolah sebelum penelitian dilakukan Perkembangan motorik anak L anak pendiam dan jarang komunikasi di dalam kelas kecuali ketika pada saat ditanya sama guru. Pada pertemuan awal anak kurang berantusias dalam kegiatan bermain motorik kasar dan

halus, jadi anak kurang berkembang dalam kegiatan bermain motorik kasar dan halus. Anak kurang berinteraksi dengan teman-teman di sekolah sebelum adanya penelitian memang anak jarang masuk sekolah lebih tepatnya tidak mau sekolah maunya pegang handphone. Semenjak adanya penelitian anak masuk sekolah pada saat awal pertemuan saja tidak smapai akhir. Sehingga anak tidak masuk prosedur penyajian data akhir penelitian.

Pada pertemuan awal anak masuk sekolah setelah itu tidak masuk sampai akhir, Perkembangan motorik anak M aktif dan rasa ingin tahunya besar. Pada pertemuan awal melakukan kegiatan bermain di dalam kelas, anak tidak paham apa yang dijelaskan bagaimana cara bermainnya oleh guru, karena ia masih belum bisa menerima intruksi yang sangat cepat jadi harus di dekatkan dulu anaknya dijelaskan dengan pelan-pelan baru anak paham  bagaimana cara melakukannya

Anak melakukan kegiatan bermainnya harus dalam bimbingan guru sampai selesai. Anak tidak mengikuti penelitian ini sampai akhir sehingga tidak masuk prosedur penyajian data akhir penelitian perkembangan fisik motorik ini. Perkembangan fisik motorik anak usia 4 sampai 5 tahun di PAUD Al-Hikmah kelurahan tegal alur kecamatan kalideres Jakarta barat. Pada awal pertemuan hampir semua anak-anak belum berkembang dengan baik, namun dengan adanya kegiatan bermain motorik kasar dan halus yang dilaksanakan oleh peneliti adanya peningkatan bagi anak dan guru dalam melakukan kegiatan bermain motorik kasar serta halus.

Suasana di dalam kelas terlihat banyak peningkatan dipertengahan dan akhir penelitian karena guru sudah tahu bagaimana metode pembelajaran yang baik untuk anak usia dini. Selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan meniru itu saja setiap hari yang di lakukan oleh guru di kelas.

Cara untuk mengoptimalkan perkembangan motorik kasar anak usia  dini yaitu melalui aktivitas bermain seperti bermain bola, menari, bermain perang- perangan, berolahraga, termasuk senam. Senam merupakan salah satu olahraga yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan motorik kasar pada anak usia dini. Berbagai macam senam diantaranya senam irama dan senam fantasi.

Peneliti menemukan banyak sekali perkembangan pada saat diadakan kegiatan bermain fisik, motorik kasar dan halus, anak bisa berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekitarnya. Perkembangan tidak hanya di sekolah saja, banyak wali murid yang berbicara kepada guru anak saya ada perkembangan yang sebelumnya pendiam di rumah, diam bermain, keluar dengan teman- temannya, anak yang sebelumnya belum bisa menulis, serta belum mewarnai dengan rapih. Sekarang sudah mulai rapih dan fokus, anak-anak mengenal bentuk kacang-kacangan, pola, tekstur mana yang kasar dan mana yang halus. Ada satu anak yang memiliki kasus hiperaktif sehingga guru dan peneliti yang sedang melakukan kegiatan bermain kualahan karena ia sering lari-lari dan berputar-putar sampai capek dan tidak bisa dikendalikan oleh guru ataupun peneliti pada saat di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengembangkan fisik motorik anak diantaranya dengan kegiatan melompat, menendang, meronce, melukis dengan cat air, berlari, dan lain sebagainya

 

Pembahasan

Peneliti akan menguraikan hasil observasi dan wawancara dari perkembangan fisik motorik anak usia 4 sampai 5 tahun di lembaga PAUD Al Hikmah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat. Kegiatan perkembangan motorik anak ini berupa stimulasi fisik motorik kasar dan halus anak berupa kegiatan bermain di dalam kelas maupun di luar kelas serta membuat sebuah karya yang menstimulus motorik halus. Berikut ragam kegiatan, Membuat kolase menggunakan cangkang telur kacang-kacangan, Membuat gelang dari bahan daur ulang (meronce), Menggunting pola kertas, Bermain bola tendang/lempar, Bermain estafet bola, Bermain playmate. Berjalan di atas papan keseimbangan, Melukis gambar dengan cat warna, Bermain finger painting.

Pada awal pertemuan pelaksanaan awal, peneliti (guru) mengawali proses pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada seluruh siswa dilanjutkan dengan membaca doa mau belajar dan klasikal. Jumlah anak yang hadir mengikuti proses pembelajaran sebanyak 13 orang, berjalan nya penelitian di pertengahan ada siswa yang berhenti sekolah 1 anak dan yang tidak masuk setelah 1 minggu berjalannya penelitian ada anak 3 orang yang tidak masuk sampai selesainya penelitian sehingga tidak masuk dalam prosedur penyajian data akhir dalam penelitian perkembangan fisik motorik dari 13 anak yang bertahan sampai akhir penelitian hanya 9 anak. Semua anak berusia 4 sampai 5 tahun. Selanjutnya peneliti memberikan apersepsi dengan melakukan tanya jawab bersama anak, kemudian melanjutkan dengan menjelaskan bagaimana proses pembelajaran yang akan menggunakan berbagai macam kegiatan bermain yang menstimulus perkembangan motorik anak yaitu meronce, menggungting, melempar bola, menendang bola, menempel dan melompat.

Pada kegiatan inti, peneliti menjelaskan dan mengajak anak untuk berdiskusi bersama tentang bagaimana bermain untuk melatih motorik kasar dan motorik halus anak serta memberi kesempatan untuk anak mengemukakan idenya terhadap permainan yang akan di lakukan. Kegiatan bermain yang akan dilakukan adalah membuat gelang (meronce) yang berbahan yaitu sedotan dan benang jahit.  Peneliti mengajak berdiskusi tentang bahan daur ulang (sedotan) dan benang jahit Anak menyebutkan warna sedotan yang sudah mereka pilih untuk digunting kecil kecil lalu ada salah satu anak yang menyebutkan fungsi sedotan itu untuk minum es. Begitu juga ada yang belum tahu apa itu benang jahit. Pada saat anak menyebutkan fungsi sedotan, timbul suasana ramai dengan pendapat masing masing anak. Selanjutnya peneliti memberikan kesempatan kepada anak untuk memulai bermain meronce gelang dengan menyiapkan sedotan, gunting, benang jahit, dan wadah. Untuk cara bermainnya: (1) Menyiapkan wadah untuk menampung sedotan yang sudah di potong kecil-kecil, (2) Gunting sedotan dengan ukuran tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang, (3) Gunting benang jahit sesuai dengan ukuran yang diinginkan anak, (4) Masukan sedotan ke dalam benang jahit secara beraturan agar terlihat rapih saat dipakai, (5) Lalu diikat agar gulungan sedotan tidak terjatuh pada saat dipakai di tangan sebagai gelang.

Melalui permainan ini anak bisa mengenal warna, bentuk, pola, dan menstimulus koordinasi antara mata dengan tangan. Dengan mengembangkan koordinasi antara mata dan tangan, anak akan belajar untuk berfokus, melihat apa yang ada didepan mata. Hal ini pun sangat didukung dengan berpikir karena merupakan salah satu dari kreativitas anak dalam belajar melukis. Seperti yang pernah di temui seorang peneliti lain. Ketika observasi di lapangan, salah satu anak mengalami aktifitas belajar melukis dengan tenang, walaupun diajak  berbicara ia tetep berfokus dalam menyelesaikan lukisannya karena yang bekerja adalah tangan dan mata. Selanjutnya peneliti mengajak anak-anak keluar kelas atau menuju lapangan untuk bermain lempar bola dan menendang bola, kegiatan bermain ini melatih big muscle (otot besar) anak. Kegiatan bermain melempar bola dan menendang bola dilaksanakan di luar kelas maupun di dalam kelas. Perkembangan motorik kasar pada anak usia 4 tahun yaitu anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya. Pada anak usia 5 tahun keinginan melakukan kegiatan berbahaya bertambah dan menyenangi kegiatan lomba. Selanjutnya peneliti mengajak anak untuk bermain estafet bola permainan ini melatih interaksi sosial anak, kerja sama, dan melatih big muscle (otot besar). Kegiatan bermain bola didalam kelas seperti bermain estafet bola, ini melatih sosial anak untuk bekerja sama, serta melatih otot besar juga. Walaupun bermain estafet bolanya di dalam kelas, anak sangat antusas sekali dalam kegiatan bermain ini.

Selanjutnya peneliti mengajak anak untuk melompat di atas karpet yang sudah ada huruf dan macam-macam perlompatan (playmate), di permainan ini anak dapat mengenal huruf sambil melompat, melatih keterampilan motorik kasar anak seperti: lompat satu kaki, loncat kodok, berjalan dengan menjaga keseimbangan, jalan jinjit, dan lain sebagainya, menambah pengetahuan anak dalam mengenal huruf dan angka, bermain sekaligus olahraga, serta melatih kesabarannya untuk mengikuti semua peraturan permainan yang ada. Anak sangat senang pada saat bermain ini karena ada banyak warna dan gambar yang menarik perhatiannya, bahkan suka dibuat perlombaan dengan anak -anak. Selanjutnya peneliti mengajak untuk melakukan kegiatan bermain finger painting (bermain warna langsung dengan jari-jari mungilnya), anak menyampurkan warna dengan sesuka hatinya masing-masing dengan imajinasinya sendiri. Permainan ini membuat anak sangat menyukainya karena melihat banyak warna dan bermain bebas sampai kotor-kotor ke pakaiannya. Yang perlu di sediakan pada saat bermain finger painting yaitu wadah atau tempat, cat warna botolan, serta kertas hvs. Kegiatan bermain finger painting ini melatih otot-otot halus atau motorik halusnya, mengeksresikan emosi, mengenal warna, dan bentuk. Selanjutnya peneliti mengajak anak untuk melakukan kegiatan bermain melukis dengan cat warna. Kegiatan ini juga salah satu kegiatan favorit di kelompok A di PAUD Al- Hikmah Kelurahan Tegal Alur Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.

Kegiatan melukis ini membuat anak untuk mengekspresikan emosinya di suatu kertas dan melatih konsentrasi anak untuk mengikuti pola yang sudah ada. Kegiatan ini melatih motorik halus anak, membantu konsentrasi anak, mengembangkan kemampuan komunikasinya, dan sebagai media berekspresi. Melukis diterapkan dalam kegiatan pembelajaran untuk membentuk motorik halus anak salah satunya dengan melakukan finger painting yang diterapkan dalam kegiatan bimbingan belajar, hal ini membuahkan hasil atau manfaat yang sangat mendukung untuk berkembang anak di usia dini.

Perkembangan motorik halus anak dalam melukis, dapat memiliki kelebihan atau manfaat untuk kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa manfaat dengan diadakannya belajar finger painting untuk anak usia dini. Belajar finger painting pun dapat membantu mengekspresikan emosi, dimana anak dengan mudah mengendalikan emosi marah, dengan belajar melukis jari anak akan merasa terhibur dengan mainkan cat dengan jari-jarinya yang mungil, serta menuangkan perasaannya diatas kertas gambar, sehingga tercipta ekspresi emosi anak.

Melukis jari dengan mengembangkan motorik halus anak mempunyai banyak manfaat untuk membantu menumbuhkembangkan anak menjadi anak yang kreatif serta produktif. Bahwa keterampilan motorik halus anak menggunakan kemampuan tangan, mata, imajinasi dan berpikir, selain itu pun melibatkan dukungan positif untuk pertumbuhan anak agar tidak merasa takut dan mempunyai sifat percaya diri yang baik untuk mengembangkan kreativitas yang lebih baik dijenjang pendidikan berikutnya.

Perkembangan motorik kasar dan halus anak mampu menarik minat anak untuk bermain tetapi perlu perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Peneliti dan guru (kolaborator) memberikan media yang memadai dan menarik untuk anak sehingga memudahkan anak untuk bermain yang tidak berbahaya bagi anak. Setelah disediakan media untuk bermain yang begitu menarik perhatian anak, ada saja anak yang kurang minat dengan permainan ini ada yang mengatakan kelelahan apabila bermain lompat atau bermain bola di lapangan, itu karena mood (suasana hati) anak sedang tidak baik pada saat masuk sekolah.

Peneliti dalam proses kegiatan pengembangan fisik motorik kasar dan halus pada pertemuan pertama dan ke dua anak belum paham dengan permainan tersebut, karena terbukti dua anak yang memiliki kriteria belum berkembang dalam motorik kasar dan halusnya serta harus dalam bimbingan guru dan terbukti tiga anak yang belum berani mengemukakan gagasan atau ide nya yang kuat. Jadi terbukti anak-anak kelompok A PAUD Al Hikmah ini hampir pasif selama pembelajaran berlangsung karena mereka terbiasa meniru apa yang dilakukan oleh guru.

Pada pertemuan ketiga anak masih pasif dalam bermain karena menunggu perintah guru, mereka tidak dapat bermain dengan sendiri tanpa perintah guru. Dan tidak dapat bermain bebas sesuai keinginannya dengan menggunakan media pembelajaran yang telah di sediakan oleh guru. Saat penelitian berlangsung terbukti ada empat anak yang memiliki kriteria berkembang dalam kegiatan bermain yang melatih motorik kasar dan halus anak tidak terpengaruh oleh orang lain, rasa ingin tahu nya sangat besar, dan dapat menggunakan media pembelajaran secara mandiri.

Ada beberapa anak yang harus dibimbing dalam kegiatan bermain motorik kasar dan halus anak melalui metode bermain di kelas maupun di dalam kelas untuk menstimulus perkembangan fisik motorik anak usia 4 tahun sampai dengan 5  tahun  di  lembaga  PAUD  Al  Hikmah  Tegal  Alur  Kalideres  Jakarta  Barat.

Keberhasilan penggunaan metode bermain dengan melempar, melompat, menendang bola, menempel, menggunting kertas maupun bahan-bahan daur ulang dan meronce gelang di tunjukan dari aktif nya anak pada masing-masing indikator yang di amati.

Keterampilan motorik yaitu perkembangan kematangan seseorang dalam mengendalikan gerak tubuhnya dan menggunakan otak menjadi pusat pengendalian gerak, Gerakan dibedakan menjadi dua macam yaitu gerak yang menggunakan otot besar atau kasar dan gerak yang menggunakan otot-otot kecil yang saling terkoneksi serta saling berkesinambungan. Anak yang perkembangan motoriknya baik, biasanya sejalan dengan keterampilan sosialnya yang positif. Dengan keterampilan motorik tersebut maka anak-anak akan dapat bermain bersama dengan temen-temennya, seperti melompat, berlari, bertepuk tangan, dan sebagainya. Selain itu motorik yang bagus juga ditandai dengan cepatnya reaksi motorik anak, semakin baik  koodinasi, dan kerjasamanya. Mata, tangan, dan kaki semakin selaras satu sama lain (Khadijah & Amelia, 2020). Dengan demikian kepercayaan diri anak akan muncul, rasa bangga baik pada diri sendiri ataupun dari orangtua. Secara garis besar ada tiga tingkat perkembangan keterampilan motorik anak usia dini yaitu tahap kognitif, asosiatif, dan autonomous. Otak adalah suatu hal yang sangat penting dalam perkembangan motorik seseorang. Pada saat otak seseorang berkembang dengan baik, maka saraf dan otot-otot akan berkembang dengan baik. Terjadinya koordinasi antara saraf dan otot adalah untuk menghasilkan gerakan yang dikontrol penuh oleh sistem otak seorang individu tersebut. Maka dari itu gerakan yang sangat sederhana dari anak merupakan koordinasi kompleks dari otak, saraf, dan otot tubuh manusia.

Otak anak menjadi pusat kontrol sebuah aktivitas gerakan anak (Widhianawati, 2011). Otak mengolah informasi yang diterima otak secara berkesinambungan dan simultan. Otak bersama dengan jaringan saraf membentuk sebuah sistem saraf pusat yang menghasilkan lima pusat kontrol dan akan menggerakkan setiap aktivitas yang dilakukan oleh anak.

Perkembangan motorik berhubungan dengan suatu kemampuan gerak anak. Gerakan merupakan unsur yang paling utama dalam perkembangan motorik anak. Anak harus diberikan berbagai macam kegiatan fisik yang beragam untuk membuat mereka bergerak, jika anak melakukan aktivitas fisik atau gerakan dengan baik atau berhasil maka aktivitas selanjutnya anak akan menjadi lebih percaya diri dalam melakukan suatu kegiatan atau anak mau untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan fisik tersebut. Seorang anak harus dibiarkan untuk menemukan kegiatan yang ia sukai sendiri atau memilih aktivitas fisik yang cocok atau sesuai dengan perkembangan dan kemampuannya.

Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang di kembangkan Theln dan Whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungan yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak misalnya ketika anak terlihat mainan dengan beraneka ragam, anak memersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya (Fatmawati, 2020). Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya. Proses perkembangan motorik secara aktual tampak melalui perubahan- perubahan perilaku gerakan.

Anak-anak terutamanya usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar terlihat dalam belajar bagaimana gerak-gerak secara efisien (Mustafa & Mediatama, 2023). Perbedaan-perbedaan dalam perilaku gerakan mereka dipengaruhi faktor-faktor biologis dan lingkungan yang dapat dilihat melalui pengamatan terhadap perubahan dalam proses (bentuk) dan prestasi (performans). Oleh karena itu, proses perkembangan motorik tampak melalui perkembangan progresif dan pada kemampuan-kemampuan gerakan. Perkembangan motorik dimanifestasikan melalui perilaku gerakan actual yang teramati. Gerakan yang teramati itu terdiri dari tiga gerakan yaitu (1). Gerakan lokomotor, (2). Gerakan non-lokomotor, (3). Gerakan manipulatif. Gerakan lokomotor merujuk kepada gerakan-gerakan yang melibatkan suatu perubahan dalam lokasi tubuh dari suatu tempat.

Perkembangan motorik anak akan terlihat secara jelas melalui gerakan yang dilakukan. Anak diharapkan dapat melakukan gerakan secara optimal karena gerak yang dilakukan oleh anak dapat menimbulkan pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman.

Pertumbuhan fisik motorik anak tidaklah selalu sama, ada anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat dan ada yang terlambat. Selain berubahnya berat dan tinggi badan, anak juga mengalami perubahan fisik. Selain itu, sebagaimana dikatakan oleh Syamsul perkembangan pada masa kanak-kanak (early childhood) yaitu usia 2 sampai 6 tahun. Secara deskriptif, anak-anak menunjukan kemampuan dan keterampilan motorik dan menjadi lebih tertarik dalam interaksi sosial dengan orang-orang disekitarnya. Seiring perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan minatnya (Kamelia, 2019).

Perbaikan yang dilakukan pada pelaksanaan pertengahan dan akhir menunjukan banyak sekali perubahan pada anak dalam kegiatan perkembangan motorik kasar dan halus anak serta menunjukan pengaruh yan sangat signifikan. Terlihat pada perbedaan dan saat pelaksanaan awal, anak masih pasif dan kurang faham dengan kegiatan bermain motorik ini. Ketika anak diberi bermain bebas dengan sesuai imajinasi anak tanpa diperintah oleh guru, anak masih pasif dan belum bisa bermain sendiri. Guru hanya menjelaskan bagaimana cara bermain saja itu tidak cukup. Anak harus dibimbing sampai kegiatan bermain itu berakhir. Pada pelaksanaan pertengahan dan pelaksanaan akhir, anak mulai bermain aktif dan dapat menggunakan media dengan cara mandiri serta tetap dalam pengawasan dan bimbingan guru.

Terbukti pada anak serta saat pelaksanaan penelitian awal masih harus menarik perhatian agar anak mau mulai bermain dan harus dibimbing oleh guru. Pada saat pelaksanaan pertengahan, anak mulai tertarik dengan kegiatan motorik kasar dan halus. Pada saat guru memberi tahu bagaiaman cara bermain yang akan dilakukan, anak mulai aktif untuk kegiatan bermain menempel cangkang telur dan kacang-kacangan. Anak mulai mengemukakan gagasan dan idenya terhadap kegiatan bermain yang akan dimulai dan menjawab pertanyaan seputar kegiatan bermain menempel dan terlihat anak menjawabnya dengan keberagaman kosakata yang terdengar dari mulutnya. Aspek fleksibilitas terlihat pada saat anak memahami arahan yang diberikan oleh guru sehingga anak mampu bermain sendiri dengan caranya sendiri dan mampu menyelesaikan kegiatannya dengan baik. Aspek orisinilitas terlihat anak pada saat mampu mengungkapkan ide-idenya yang orisinil, orisinil berarti anak mampu menghasilkan ide dari pemikirannya sendiri dengan cara spontan tanpa mencontoh orang lain. Aspek elaborasi anak terlihat pada saat mengungkapkan karya yang akan dibuat, anak terlihat mau menerima saran dan informasi dari orang lain dan menggabungkan ide yang di miliki.

Lingkup perkembangan fisik pada anak usia 4 sampai 5 tahun sesuai dengan peraturan Menteri no. 58 tahun 2009 adalah motorik. Motorik yaitu  perkembangan yang mengendalikan gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord. Perkembanagn motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagai anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih (Azizah, Nadhifa, & Hakim, 2023).

Perkembangan motorik anak dapat terlihat melalui berbagai pembelajaran atau permainan yang dapat mereka lakukan. Oleh karena itu, pengembangan fisik motorik pada anak usia dini juga berhubungan erat dengan kegiatan bermain yang merupakan aktivitas utama bagi anak usia dini. Perkembangan mototik fisik sama pentingnya dengan perkembangan lainnya, serta bisa dipakai sebagai titil awal untuk menentukan pertumbuhan perkembangan anak. Hal ini karena perkembangan fisik motorik seperti  perubahan ukuran tubuh anak usia dini.

Masa yang sangat mendasar yang dialami pada kehidupan manusia terjadi pada masa anak usia dini karena proses perkembangan anak terjadi dengan sangat cepat. Aspek perkembangan fisik motorik merupakan hal yang paling menonjol yang dialami oleh seorang anak dalam masa perkembangannya. Para orang tua dan guru harus mengetahui perkembangan yang dialami seorang anak, yaitu pertama, pada diri kita sendiri “self under standing” bisa memahami serta mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, kedua sebagai pendidik dan orang tua, seharusnya memberikan pendidikan yang terbaik pada tumbuh kembang anak, dan yang ketiga adalah adanya usaha untuk mendalami tumbuh kembang anak agar kita belajar terus menerus “Is on going process” dan hal ini juga dilakukan oleh para ahli (Moleong, 2019). Seluruh langka-langkah pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti alhamdulillah berjalan dengan lancar, berdasarkan penelitian pada pelaksanaan awal mulai berkembang terhitung dengan skor 34,67 dan pada pelaksanaan pertengahan dan akhir mengalami peningkatan dengan mendapatkan nilai skor 39,22 dengan kriteria anak berkembang sangat baik. Terdapat keberhasilan dalam melakukan penelitian perkembangan fisik motorik anak usia 4 tahun sampai usia 5 tahun di lembaga PAUD Al Hikmah pada masing-masing indikator yang diamati jika dibandingkan dengan kondisi awal anak-anak sebelum diberi tindakan.

KESIMPULAN

Anak-anak yang kreatif memiliki keterbukaan dalam segala hal untuk menerima sesuatu informasi yang baru. Namun yang terjadi masih banyak yang belum menyadari pentingnya mensttimulasi perkembangan motorik anak usia dini. Guru dan orang tua hanya fokus pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Sehingga perlu dirancang kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik anak pada penelitian yang telah dilakukan melalui perkembangan fisik motorik anak berdasarkan observasi dan wawancara. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya perkembangan anak dan guru dalam perkembangan motorik anak usia 4 tahun sampai usia 5 tahun di lembaga PAUD Al Hikmah kelurahan Tegal Alur kecamatan Kalideres Jakarta Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Aquarisnawati, Puri, Mustami’ah, Dewi, & Riskasari, Windah. (2012). Motorik Halus pada anak usia prasekolah ditinjau dari bender gestalt. Jurnal Insan Media Psikologi, 13(3).

Arum, Dwi Sekar, Amda, Ahmad Dibul, & Yalizah, Yosi. (2023). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Lingkungan Sekolah Pada Pembelajaran Tematik. Institus Agama Islam Negeri Curup.

Asmuddin, Asmuddin, Salwiah, Salwiah, & Zaenal Arwih, Muh. (2022). Analisis Perkembangan Motorik Kasar Anak di Taman Kanak – Kanak Buton Selatan. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 6 Issu(2549-8959 (Online) 2356-1327 (Print)), 3429–3438. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i4.2068

Azizah, Annafi Nurul Ilmi, Nadhifa, Afida Cholisa, & Hakim, Luqmanah. (2023). Melatih Kemampuan Motorik Halus Dan Motorik Kasar Anak Usia Dini (Teori Dan Praktik). Penerbit Tahta Media.

Baan, Addriana Bulu, Rejeki, Hendriana Sri, & Nurhayati, Nurhayati. (2020). Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini. Bungamputi, 6(1).

Chamidah, Atien Nur. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak: Faktor Risiko Dan Pencegahannya. Jurnal Majelis Media Aspirasi Konstitusi,(7), 51–79.

Fatmawati, Fitri Ayu. (2020). Pengembangan fisik motorik anak usia dini. Caremedia Communication.

Istiqomah, Hascita, & Suyadi, Suyadi. (2019). Perkembangan fisik motorik anak usia sekolah dasar dalam proses pembelajaran (studi kasus di SD Muhammadiyah Karangbendo Yogyakarta). El Midad, 11(2), 155–168.

Kamelia, Nur. (2019). Perkembangan fisik motorik anak usia dini (standar tingkat pencapaian perkembangan anak) stppa tercapai di ra harapan bangsa maguwoharjo condong catur yogyakarta. KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood Education, 2(2), 112–136.

Khadijah, M. Ag, & Amelia, Nurul. (2020). Perkembangan fisik motorik anak usia dini: teori dan praktik. Prenada media.

Moleong, Lexy J. (2019). Metodologi penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya Bandung.

Mustafa, Pinton Setya, & Mediatama, Insight. (2023). PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN UNTUK GURU KELAS MI/SD.

Naimah, Konik. (2019). Mengembangkan kecerdasan sosial emosional anak usia dini melalui kegiatan makan bersama di sekolah. El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama, 7(1), 63–85.

Nofianti, Rita. (2021). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Edu Publisher.

Puswandari, Putri. (2019). Upaya meningkatkan perkembangan motorik kasar anak melalui permainan tradisional lompat tali di TK PKK Mulyojati Metro Barat. IAIN Metro.

Rismayanthi, Cerika. (2013). Mengembangkan keterampilan gerak dasar sebagai stimulasi motorik bagi anak taman kanak-kanak melalui aktivitas jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 9(1).

Rohendi, Aep, & Seba, Lauren. (2017). perkembangan Motorik. Bandung: Alfabeta.

Suwartini, Sri. (2017). Pendidikan karakter dan pembangunan sumber daya manusia keberlanjutan. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 4(1).

Widhianawati, Nana. (2011). Pengaruh pembelajaran gerak dan lagu dalam meningkatkan kecerdasan musikal dan kecerdasan kinestetik anak usia dini. Jurnal Penelitian Pendidikan, 2(2), 154–163.

Wijayanto, Adi. (2021). Dinamika Perkembangan dan Pembelajaran Geraka Anak.