MENGANALISIS PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK DI
LEMBAGA PAUD AL HIKMAH KELOMPOK A KELURAHAN TEGAL ALUR KECAMATAN KALIDERES JAKARTA BARAT
Silvia Ningsih1*, Syaidati Salsabila2
Universitas Nahdlatul Ulama Jakarta, Indonesia1,2
Email :
silvianingsih35@gmail.com1
PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan jasmani berkaitan dengan perkembangan fisik motorik anak (Baan, Rejeki, &
Nurhayati, 2020). Melalui karakteristik unik anak yaitu keingintahuan
yang besar dan keinginan untuk mencoba, anak dapat
melakukan latihan-latihan fisik motorik melalui
gerakan-gerakan terkoordinasi
yang difasilitasi dengan lingkungan untuk mendukung atas pemberian stimulasi tersebut Kegiatan di luar ruangan bisa
menjadi pilihan terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot anak. Jika anak
melakukan aktivitas di dalam ruangan, maka pemaksimalan ruangan bisa dijadikan
strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk
berlari, melompat, dan menggerakkan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas (Rismayanthi, 2013).
Pembelajaran harus mampu mengembangkan kecakapan hidup anak dari berbagai
aspek secara menyeluruh (the whole child). Berbagai
kecakapan dilatihkan agar anak kelak menjadi
manusia seutuhnya. Bagian dari diri
anak yang dikembangkan meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, sosial, emosi, kreativitas, dan bahasa. Tujuannya
adalah agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh dan memiliki
kepribadian atau akhlak mulia, cerdas,
dan terampil, mampu bekerja sama
dengan orang lain, mampu hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara
(Suwartini, 2017).
Tinjauan secara psikologi dan ilmu
pendidikan, anak usia dini adalah
masa peletakan dasar atau fondasi
awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak baik
dari minuman, makanan, serta stimulasi dari lingkungan yang memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak pada masa
usia dini dan akan berpengaruh
kepada anak pada saat masa
dewasa nanti. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat terlepaskan
dengan perkembangan struktur otak anak
(Chamidah, 2020).
Menurut Clark (2019) kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100-200 miliar sel otak yang siap
dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal. Usia 0 sampai 6 tahun adalah masa perkembangan
dan pertumbuhan anak yang akan menentukan anak di masa depannya atau
disebut juga masa golden age (masa keemasan) sekaligus menentukan tahap perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya di masa yang sangat kritis ini.
Perkembangan motorik adalah perubahan progresif dalam perilaku motorik sebagai akibat interaksi antara faktor-faktor biologis (kematangan) dan pengalaman dalam siklus kehidupan manusia (Rohendi & Seba,
2017). Perkembangan motorik diartikan pula sebagai perkembangan dari pada unsur-unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh yang terkait erat dengan perkembangan
pusat motorik. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot
oleh karena itu maka setiap
gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola initeraksi
yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam
tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh ketrampilan dan pola gerakan yang dilakukan anak, misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar
mengerakkan seluruh anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari motorik halus anak belajar
ketepatan koordinasi tangan dan mata.
Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar lentur serta anak
belajar berkreasi dan berimajinasi (Aquarisnawati,
Mustami’ah, & Riskasari, 2012).
Perkembangan motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot- otot kecil
(fine motor). Gerakan motorik
halus anak di kaitkan dengan kegiatan meletakan atau memegang suatu
objek dengan menggunakan jari tangan.
Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat
berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini
masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan.
Pada usia 5 tahun atau 6 tahun
gerakan motorik halus berkembang pesat. Perkembangan motorik kasar merupakan
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar (big muscle) atau seluruh anggota tubuh.
Perkembangan motorik kasar memperngaruhi perkembangan kreativitas anak usia
dini, sedangkan perkembangan motorik halus juga mempengaruhi
perkembangan kreativitas anak usia dini.
Perkembangan motorik kasar dan halus
secara bersama-sama memperngaruhi perkembangan kreativitas anak. Anak-anak dengan gangguan koordinasi perkembangan dan gangguan perkembangan saraf pervasive secara konsisten ditemukan memiliki tingkat kebugaran terkait keterampilan motorik yang lebih rendah dari
pada anak-anak yang berkembang secara normal. Oleh karena itu, penting
bagi dokter untuk melihat anak-anak
dengan tinkat keterampilan motorik yang lebih tinggi. Ada pun penelitian yang serupa dilakukan oleh (Asmuddin, Salwiah,
& Zaenal Arwih, 2022) , dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perkembangan Motorik Kasar Anak di Taman Kanak – Kanak Buton
Selatan". Jenis penelitian ini
adalah kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
Pada observasi awal di lembaga PAUD Al Hikmah kecamatan Kalideres Jakarta Barat perkembangan
fisik motorik anak di kelompok A masih belum
berkembang. Banyak sekali anak-anak yang mulai jenuh dengan
kegiatan belajar yang sangat monoton yaitu menggunakan lembar kerja siswa
(LKS) (Arum, Amda, &
Yalizah, 2023). Metode ceramah dan meniru.
Masih kurangnya stimulasi perkembangan fisik motorik anak di sekolah seperti bermain di luar kelas dengan berbagai
macam kegiatan bermain motork kasar, kurangnya bermain asik sesuka
hati di dalam kelas, bermain finger painting, dan lain sebagainya. Peneliti ini bertujuan
agar mengetahui perkembangan fisik motorik anak di sekolah.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif studi kasus. Metode penelitian
kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum lama.
Metode penelitian kualitatif dinamakan metode postpositivistik karena
berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini juga sebagai metode artistik karena
proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan di sebut juga
metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenan dengan
interpretasi terhadap data yang di temukan di
lapangan. Lokasi penelitian dilaksanakan di lembaga PAUD Al Hikmah
kelurahan Tegal Alur kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Lokasi yang dipilih
peneliti tersebut berdasarkan hasil pertimbangan bahwa lokasi tersebut sangat
mendukung untuk diteliti lebih dalam untuk perkembangan motorik anak di lembaga
PAUD tersebut. Sementara untuk teknik pengumpulan data menggunakan observasi
(pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pelaksanaan penelitian dibantu oleh seorang guru selaku mitra
kolaborasi dalam pelaksaaan observasi
selama penelitian berlangsung sehingga secara tidak langsung kegiatan
penelitian dapat dikontrol. Jumlah siswa yang menjadi sampel pada penelitian
ini sebanyak 9 anak dengan usia 4 sampai 5 tahun. Hasil dari menganalisis perkembangan fisik motorik anak
adalah terdapat serta ada aktivitas menstimulasi atau merangsang pengembangan
fisik motorik anak di dalam kelas maupun di luar kelas. Peneliti akan menulis
rincian pembahasan dan analisis data sebagai proses selanjutnya dalam menarik
kesimpulan. Peneliti ini bertujuan agar mengetahui perkembangan fisik motorik
anak di sekolah, mengetahui metode pembelajaran yang seperti apa untuk
mengembangkan fisik motorik anak di sekolah (Istiqomah & Suyadi, 2019).
Perkembangan fisik motorik anak sebelum penelitian
dan sesudah penelitian terbukti adanya peningkatan bagi guru dan murid dalam
kegiatan bermain fisik motorik ini. Sebagaimana uraian perkembangan fisik
motorik anak usia 4 sampai 5 tahun di lembaga PAUD Al Hikmah, Perkembangan
motorik pada anak Inisal “A” sebelum
penelitian anak ini ketika diajak oleh peneliti bermain dia hanya terdiam dan
menunggu arahan dari gurunya. Minat anak ini kurang dalam melakukan kegiatan
bermain motorik kasar karena membuatnya lelah apabila melakukan gerakan gerakan
yang kasar dia lebih suka menggambar, melukis, dan sebagainya. Pada pertengahan
dan akhir penelitian anak ini sudah mau bergabung untuk bermain motorik kasar
dengan menggunakan playmate mainan
edukasi anak, melihat banyak bola, dan melihat benda yang penuh warna dia
menyukainya. Motorik halusnya dengan kriteria anak berkembang dengan baik.
Perkembangan fisik motorik pada anak B ini pada saat pertemuan awal penelitian
anak sangat pasif terbilang tidak berkembang dengan baik karena mempunyai
penyakit yang dialaminya sejak bayi sehingga tidak berkembang fisik motoriknya.
Peneliti mengajak berbagai macam kegiatan fisik motorik kepada anak, tetapi
anak tidak langsung merespon. Anak ini juga mengalami gangguan speech delay atau ketelambatan berbicara
karena keterlambatan berkembang dari sejak bayi dan kurang diajak komunikasi
dengan orang tua. Perkembangan motorik halusnya anak kurang fokus dengan apa
yang dia lakukan pada saat mengerjakan.
karena dia harus terus dibimbing oleh guru dalam
melakukan segala sesuatu. Setelah pertengahan dan akhir anak pun masih harus
dalam bimbingan guru pada saat melakukan kegiatan apapun di sekolah.
Ketertarikannya dengan warna, gambar, dan bentuk sudah muncul rasa ingin
tahunya, tetapi guru tidak memahami apa yang dibicarakan anak saat anak ingin
tahu. Perkembangan fisik motorik anak C terbilang berkembang dengan baik. pada
awal pertemuan anak masih bingung pada saat di ajak bermain di luar kelas oleh
peneliti karena sebelumnya memang tidak diperbolehkan diluar kelas karena
pandemi covid-19 dan anak sangat antusias dengan adanya kegiatan bermain
motorik.
Banyak pertanyaan yang ia lontarkan pada saat
bermain diluar kelas, dan rasa ingin tahunya sangat besar. Perkembangan motorik
halusnya terbilang berkembang dengan baik dari mulai awal sampai akhir
penelitian karena anak ini bisa menyelesaikan tugasnya dengan cara mandiri
sampai selesai. Perkembangan motorik anak D mempunyai rasa ingin tahu yang
sangat besar apa yang dia lihat disekitar dan apa yang ada dipikiran nya dan
sangat antusias dengan adanya kegiatan bermain motorik. Pada saat peneliti
mengajak kegiatan bermain motorik kasar, anak agak lambat karena kebesaran
badan atau obesitas. Tetapi anak walaupun kebesaran badan terbilang sangat
aktif dalam kegiatan bermain motorik halus maupun kasar. Pada pertemuan awal
dalam perkembangan motorik halus ia agak bingung apabila tidak diperintah oleh
guru, harus dalam bimbingan guru dalam melakukan kegiatan bermain sampai
selesai. Pada pertemuan pertengahan dan awal sudah bisa bermain sendiri
walaupun terus dalam bimbingan guru. Anak yang gemuk atau terlalu kurus akan
sulit menyesuaikan diri dengan anak lain yang memiliki proposi tubuh yang
normal. Anak yang gemuk akan lamban dalam mengikuti aktivitas permainan yang
menuntut kelincahan di bandingkan dengan anak yang tidak gemuk. Sementara anak
yag kurus mungkin akan kesulitan jika harus mengikuti aktivitas yang melibatkan
penggunaan energi yang optimal (Nofianti, 2021). Hal ini karena anak yang kurus dan kelihatan
kurang sehat membuatnya kurang bisa menggunakan energi dalam waktu yang lama
atau aktivitas yang berat. Pada awalnya mungkin akan timbul rasa kurang mampu
dan selanjutnya akan muncul persepsi yang negatif tentang dirinya bahwa dia
anak yang memiliki kekurangan dan tidak sama dengan anak lainnya. Perkembangan
motorik anak E lebih banyak diam tidak banyak bicara dengan teman teman yang
lain karena ia malu teman -temannya tidak ada yang paham dengan apa yang di
bicarakan dan sangat aktif dalam kegiatan bermain (Wijayanto, 2021). Pada pertemuan awal anak sangat antusias adanya
kegiatan bermain motorik yang dilaksanakan di kelas. Pada pertemuan awal anak
terlihat pendiam sekali saat peneliti mengajaknya untuk bermain. Kegiatan
bermain apapun anak sangat senang karena dia lebih senang bermain dari pada
menulis, berhitung, dan membaca. Pada pertengahan dan akhir, rasa ingin tahu
anak mulai muncul, berinteraksi dengan temannya serta mulai bermain Bersama dan
melakukan kegiatan bermain diluar kelas, anak lebih suka dari pada di dalam
kelas. Berbicara agak masih cadel atau tidak jelas, jadi guru atau peneliti agak
kebingungan apa yang di bicarakan. Berbicara cadel dikarenakan mempunyai
penyakit dikelemahan otot, atau lidah yang terlalu pndek sehingga anak tidak
jelas dalam berbicara. Orang tua harus ajarkan anak berbicara jelas kepada anak
agar anak bisa mencontoh dengan baik. Lalu ajarkan anak berbicara dengan pola
yang baik, agar anak tidak menjadi kebiasan yang tidak baik.
Perkembangan motorik anak F hiperaktif, aktivitas
yang berlebihan sehingga sulit dikendalikan seperti berlari dan berputar-putar.
Pada awal pertemuan anak tidak bisa dikendalikan sama sekali karena moodnya
suka rusak pada saat dirumah pada saat berangkat sekolah, jadi meluapkan
emosinya di sekolah dengan teriak-teriak, bicara tanpa henti, memukuli temannya
kalo ada di dekatnya. Gangguan hiperaktif ini tidak biasanya serta ditandai
dengan kurangnya perhatian, pelampiasan emosi, dan aktivitas yang berlebihan.
Anak yang memiliki masalah ini tidak bisa duduk dengan tenang, fokus,
memperhatikan, mengikuti petunjuk, dan menunggu orang lain. Sering sekali
terjadi di kelas seperti itu sehingga guru kuwalahan menghadapi anak seperti
itu. Peneliti mengajak berkomunikasi dengan baik setelah amarahnya reda, sudah
capek dengan teriak-teriak, dan berputar-putar, alhamdulillah anak mau
diredakan dengan memberikan motivasi, mengajarkan anak untuk memecahkan masalahnya
sendiri, dan mengajaknya bermain bola di luar kelas atau di lapangan sekolah
dengan cara melatih anak untuk meningkatkan interaksi sosial, seperti
melibatkan anak dalam bermain bola atau permainan lainnya. Pada pertengahan dan
akhir anak saat melakukan kegiatan bermain motorik halus anak cukup berkembang
dengan baik walaupun harus dalam bimbingan guru. Kegiatan motorik kasar anak
sering lepas kendali dari guru, karena saat bermain motorik kasar anak-anak
berlari- lari, melompat, dan lainnya sehingga ia dapat berputar-putar sampai
dia capek, dan bisa saja memukuli temannya.
Perkembangan motorik anak G terbilang berkembang
dengan baik (Puswandari, 2019). Pada pertemuan awal anak belum bisa
berinteraksi dengan orang baru, jadi harus mengenalkan diri dulu kepada
anak-anak siapa saya (peneliti) dan siapapun yang menurutnya orang baru. Pada
pertemuan pertengahan dan akhir anak sangat berantusias dalam kegiatan bermain
motorik kasar dan halus, apalagi kegiatan bermain bola, melempar, berlari anak
paling senang. Dalam kegiatan bermain motorik halus, anak masih belum bisa
melakukannya dengan mandiri oleh karena itu harus dalam bimbingan guru. Perkembangan
motorik anak H ini berkembang dengan baik. Awal pertemuan anak masih belum
paham peraturan permainan sehingga banyak sekali pertanyaan yang muncul dari
mulutnya berbagai macama pertanyaan. Pada pertemuan pertengahan dan akhir anak
sudah bisa bermain dengan mandiri dalam melakukan kegiatan bermain motorik kasar dan halus yang
dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas. Anak bisa membantu
menjelaskan kepada temannya yang belum faham dengan permainannya dan membantu
bagaimana cara bermainnya. Anak selalu menyelesaikan kegiatannya dengan baik
dan benar.
Perkembangan motorik anak I, anak pemalu dan kurang
interaksi sosial. Pada pertemuan awal anak sangat pemalu, ia juga mengalami
speech delay karena kurang diajak komunikasi dengan orang tuanya, banyak
melihat gawai atau handphone dan kurangnya stimulasi. Maka anak harus sering diajak ngobrol menjadi salah
satu cara yang efektif untuk mengatasi keterlambatan bicara anak, memberikan
kosakata dalam kesehariannya di lingkungan sekitar, contohnya kosakata yang
baik agar anak mencontohnya dengan baik. Anak kurang aktif juga dalam kegiatan
bermain motorik kasar maupun halus. Pada pertemuan pertengahan dan akhir, anak
mulai berpartisipasi dalam kegiatan bermain motorik kasar dan halus. Anak juga
sudah mau berinteraksi dengan teman temannya di kelas.
Perkembangan motorik anak J pemalu, pendiam, dan
pasif atau tidak berpartisipasi selama kegiatan penelitian berlangsung karena
ia masuk sekolah pada saat awal pertemuan saja tidak smapai akhir. Sehingga anak
tidak masuk prosedur penyajian data akhir penelitian. Pada pertemuan awal anak
masuk sekolah setelah itu tidak masuk sampai akhir, perkembangan anak kurang
berkembang interaksi sosialnya kurang. Perkembangan motorik kasar dan halus pun
tidak berkembang dengan baik.
Anak ketika diajak kegiatan di luar kelas nurut saja
sampainya di lapangan anak hanya diam dan tidak ikut serta dalam kegiatan
bermain. Ketika kegiatan bermain di dalam kelas anak menyendiri tidak bergabung
dengan teman-teman yang lain karena anak sangat pemalu dan takut dengan orang
baru di sekitarnya. Perkembangan motorik anak K anak sudah berhenti sekolah
sebelum penelitian dilakukan Perkembangan motorik anak L anak pendiam dan
jarang komunikasi di dalam kelas kecuali ketika pada saat ditanya sama guru.
Pada pertemuan awal anak kurang berantusias dalam kegiatan bermain motorik
kasar dan
halus, jadi anak kurang berkembang dalam kegiatan
bermain motorik kasar dan halus. Anak kurang berinteraksi dengan teman-teman di
sekolah sebelum adanya penelitian memang anak jarang masuk sekolah lebih
tepatnya tidak mau sekolah maunya pegang handphone. Semenjak adanya penelitian
anak masuk sekolah pada saat awal pertemuan saja tidak smapai akhir. Sehingga
anak tidak masuk prosedur penyajian data akhir penelitian.
Pada pertemuan awal anak masuk sekolah setelah itu
tidak masuk sampai akhir, Perkembangan motorik anak M aktif dan rasa ingin
tahunya besar. Pada pertemuan awal melakukan kegiatan bermain di dalam kelas,
anak tidak paham apa yang dijelaskan bagaimana cara bermainnya oleh guru,
karena ia masih belum bisa menerima intruksi yang sangat cepat jadi harus di
dekatkan dulu anaknya dijelaskan dengan pelan-pelan baru anak paham bagaimana cara melakukannya
Anak melakukan kegiatan bermainnya harus dalam
bimbingan guru sampai selesai. Anak tidak mengikuti penelitian ini sampai akhir
sehingga tidak masuk prosedur penyajian data akhir penelitian perkembangan
fisik motorik ini. Perkembangan fisik motorik anak usia 4 sampai 5 tahun di
PAUD Al-Hikmah kelurahan tegal alur kecamatan kalideres Jakarta barat. Pada
awal pertemuan hampir semua anak-anak belum berkembang dengan baik, namun
dengan adanya kegiatan bermain motorik kasar dan halus yang dilaksanakan oleh
peneliti adanya peningkatan bagi anak dan guru dalam melakukan kegiatan bermain
motorik kasar serta halus.
Suasana di dalam kelas terlihat banyak peningkatan
dipertengahan dan akhir penelitian karena guru sudah tahu bagaimana metode
pembelajaran yang baik untuk anak usia dini. Selama ini guru hanya menggunakan
metode ceramah, diskusi dan meniru itu saja setiap hari yang di lakukan oleh
guru di kelas.
Cara untuk mengoptimalkan perkembangan motorik kasar
anak usia dini yaitu melalui aktivitas
bermain seperti bermain bola, menari, bermain perang- perangan, berolahraga,
termasuk senam. Senam merupakan salah satu olahraga yang dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan motorik kasar pada anak usia
dini. Berbagai macam senam diantaranya senam irama dan senam fantasi.
Peneliti menemukan banyak sekali perkembangan pada
saat diadakan kegiatan bermain fisik, motorik kasar dan halus, anak bisa
berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekitarnya. Perkembangan tidak hanya
di sekolah saja, banyak wali murid yang berbicara kepada guru anak saya ada
perkembangan yang sebelumnya pendiam di rumah, diam bermain, keluar dengan
teman- temannya, anak yang sebelumnya belum bisa menulis, serta belum mewarnai
dengan rapih. Sekarang sudah mulai rapih dan fokus, anak-anak mengenal bentuk
kacang-kacangan, pola, tekstur mana yang kasar dan mana yang halus. Ada satu
anak yang memiliki kasus hiperaktif sehingga guru dan peneliti yang sedang
melakukan kegiatan bermain kualahan karena ia sering lari-lari dan
berputar-putar sampai capek dan tidak bisa dikendalikan oleh guru ataupun
peneliti pada saat di dalam kelas maupun di luar kelas. Kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengembangkan fisik motorik anak diantaranya dengan
kegiatan melompat, menendang, meronce, melukis dengan cat air, berlari, dan
lain sebagainya
Pembahasan
Peneliti akan menguraikan hasil
observasi dan wawancara dari perkembangan fisik motorik anak usia 4 sampai 5
tahun di lembaga PAUD Al Hikmah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat. Kegiatan
perkembangan motorik anak ini berupa stimulasi fisik motorik kasar dan halus
anak berupa kegiatan bermain di dalam kelas maupun di luar kelas serta membuat
sebuah karya yang menstimulus motorik halus. Berikut ragam kegiatan, Membuat
kolase menggunakan cangkang telur kacang-kacangan, Membuat gelang dari bahan
daur ulang (meronce), Menggunting pola kertas, Bermain bola tendang/lempar,
Bermain estafet bola, Bermain playmate. Berjalan di atas papan keseimbangan,
Melukis gambar dengan cat warna, Bermain finger painting.
Pada awal pertemuan pelaksanaan awal,
peneliti (guru) mengawali proses pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada
seluruh siswa dilanjutkan dengan membaca doa mau belajar dan klasikal. Jumlah
anak yang hadir mengikuti proses pembelajaran sebanyak 13 orang, berjalan nya
penelitian di pertengahan ada siswa yang berhenti sekolah 1 anak dan yang tidak
masuk setelah 1 minggu berjalannya penelitian ada anak 3 orang yang tidak masuk
sampai selesainya penelitian sehingga tidak masuk dalam prosedur penyajian data
akhir dalam penelitian perkembangan fisik motorik dari 13 anak yang bertahan
sampai akhir penelitian hanya 9 anak. Semua anak berusia 4 sampai 5 tahun.
Selanjutnya peneliti memberikan apersepsi dengan melakukan tanya jawab bersama
anak, kemudian melanjutkan dengan menjelaskan bagaimana proses pembelajaran
yang akan menggunakan berbagai macam kegiatan bermain yang menstimulus
perkembangan motorik anak yaitu meronce, menggungting, melempar bola, menendang
bola, menempel dan melompat.
Pada kegiatan inti, peneliti
menjelaskan dan mengajak anak untuk berdiskusi bersama tentang bagaimana
bermain untuk melatih motorik kasar dan motorik halus anak serta memberi
kesempatan untuk anak mengemukakan idenya terhadap permainan yang akan di
lakukan. Kegiatan bermain yang akan dilakukan adalah membuat gelang (meronce)
yang berbahan yaitu sedotan dan benang jahit.
Peneliti mengajak berdiskusi tentang bahan daur ulang (sedotan) dan
benang jahit Anak menyebutkan warna sedotan yang sudah mereka pilih untuk
digunting kecil kecil lalu ada salah satu anak yang menyebutkan fungsi sedotan
itu untuk minum es. Begitu juga ada yang belum tahu apa itu benang jahit. Pada
saat anak menyebutkan fungsi sedotan, timbul suasana ramai dengan pendapat
masing masing anak. Selanjutnya peneliti memberikan kesempatan kepada anak
untuk memulai bermain meronce gelang dengan menyiapkan sedotan, gunting, benang
jahit, dan wadah. Untuk cara bermainnya: (1) Menyiapkan wadah untuk menampung
sedotan yang sudah di potong kecil-kecil, (2) Gunting sedotan dengan ukuran
tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang, (3) Gunting benang jahit sesuai
dengan ukuran yang diinginkan anak, (4) Masukan sedotan ke dalam benang jahit
secara beraturan agar terlihat rapih saat dipakai, (5) Lalu diikat agar
gulungan sedotan tidak terjatuh pada saat dipakai di tangan sebagai gelang.
Melalui permainan ini anak bisa
mengenal warna, bentuk, pola, dan menstimulus koordinasi antara mata dengan
tangan. Dengan mengembangkan koordinasi antara mata dan tangan, anak akan
belajar untuk berfokus, melihat apa yang ada didepan mata. Hal ini pun sangat
didukung dengan berpikir karena merupakan salah satu dari kreativitas anak
dalam belajar melukis. Seperti yang pernah di temui seorang peneliti lain.
Ketika observasi di lapangan, salah satu anak mengalami aktifitas belajar
melukis dengan tenang, walaupun diajak
berbicara ia tetep berfokus dalam menyelesaikan lukisannya karena yang
bekerja adalah tangan dan mata. Selanjutnya peneliti mengajak anak-anak keluar
kelas atau menuju lapangan untuk bermain lempar bola dan menendang bola, kegiatan
bermain ini melatih big muscle (otot besar) anak. Kegiatan bermain melempar
bola dan menendang bola dilaksanakan di luar kelas maupun di dalam kelas.
Perkembangan motorik kasar pada anak usia 4 tahun yaitu anak sangat menyenangi
kegiatan fisik yang mengandung bahaya. Pada anak usia 5 tahun keinginan
melakukan kegiatan berbahaya bertambah dan menyenangi kegiatan lomba.
Selanjutnya peneliti mengajak anak untuk bermain estafet bola permainan ini
melatih interaksi sosial anak, kerja sama, dan melatih big muscle (otot besar).
Kegiatan bermain bola didalam kelas seperti bermain estafet bola, ini melatih
sosial anak untuk bekerja sama, serta melatih otot besar juga. Walaupun bermain
estafet bolanya di dalam kelas, anak sangat antusas sekali dalam kegiatan bermain
ini.
Selanjutnya peneliti mengajak anak
untuk melompat di atas karpet yang sudah ada huruf dan macam-macam perlompatan
(playmate), di permainan ini anak dapat mengenal huruf sambil melompat, melatih
keterampilan motorik kasar anak seperti: lompat satu kaki, loncat kodok,
berjalan dengan menjaga keseimbangan, jalan jinjit, dan lain sebagainya,
menambah pengetahuan anak dalam mengenal huruf dan angka, bermain sekaligus
olahraga, serta melatih kesabarannya untuk mengikuti semua peraturan permainan
yang ada. Anak sangat senang pada saat bermain ini karena ada banyak warna dan
gambar yang menarik perhatiannya, bahkan suka dibuat perlombaan dengan anak
-anak. Selanjutnya peneliti mengajak untuk melakukan kegiatan bermain finger
painting (bermain warna langsung dengan jari-jari mungilnya), anak menyampurkan
warna dengan sesuka hatinya masing-masing dengan imajinasinya sendiri.
Permainan ini membuat anak sangat menyukainya karena melihat banyak warna dan
bermain bebas sampai kotor-kotor ke pakaiannya. Yang perlu di sediakan pada
saat bermain finger painting yaitu wadah atau tempat, cat warna botolan, serta
kertas hvs. Kegiatan bermain finger painting ini melatih otot-otot halus atau
motorik halusnya, mengeksresikan emosi, mengenal warna, dan bentuk. Selanjutnya
peneliti mengajak anak untuk melakukan kegiatan bermain melukis dengan cat
warna. Kegiatan ini juga salah satu kegiatan favorit di kelompok A di PAUD Al-
Hikmah Kelurahan Tegal Alur Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
Kegiatan melukis ini membuat anak
untuk mengekspresikan emosinya di suatu kertas dan melatih konsentrasi anak
untuk mengikuti pola yang sudah ada. Kegiatan ini melatih motorik halus anak,
membantu konsentrasi anak, mengembangkan kemampuan komunikasinya, dan sebagai
media berekspresi. Melukis diterapkan dalam kegiatan pembelajaran untuk
membentuk motorik halus anak salah satunya dengan melakukan finger painting
yang diterapkan dalam kegiatan bimbingan belajar, hal ini membuahkan hasil atau
manfaat yang sangat mendukung untuk berkembang anak di usia dini.
Perkembangan motorik halus anak dalam
melukis, dapat memiliki kelebihan atau manfaat untuk kehidupan sehari-hari.
Berikut beberapa manfaat dengan diadakannya belajar finger painting untuk anak
usia dini. Belajar finger painting pun dapat membantu mengekspresikan emosi,
dimana anak dengan mudah mengendalikan emosi marah, dengan belajar melukis jari
anak akan merasa terhibur dengan mainkan cat dengan jari-jarinya yang mungil,
serta menuangkan perasaannya diatas kertas gambar, sehingga tercipta ekspresi
emosi anak.
Melukis jari dengan mengembangkan
motorik halus anak mempunyai banyak manfaat untuk membantu menumbuhkembangkan
anak menjadi anak yang kreatif serta produktif. Bahwa keterampilan motorik
halus anak menggunakan kemampuan tangan, mata, imajinasi dan berpikir, selain
itu pun melibatkan dukungan positif untuk pertumbuhan anak agar tidak merasa
takut dan mempunyai sifat percaya diri yang baik untuk mengembangkan
kreativitas yang lebih baik dijenjang pendidikan berikutnya.
Perkembangan motorik kasar dan halus
anak mampu menarik minat anak untuk bermain tetapi perlu perbaikan pada
pertemuan selanjutnya. Peneliti dan guru (kolaborator) memberikan media yang
memadai dan menarik untuk anak sehingga memudahkan anak untuk bermain yang
tidak berbahaya bagi anak. Setelah disediakan media untuk bermain yang begitu
menarik perhatian anak, ada saja anak yang kurang minat dengan permainan ini
ada yang mengatakan kelelahan apabila bermain lompat atau bermain bola di
lapangan, itu karena mood (suasana hati) anak sedang tidak baik pada saat masuk
sekolah.
Peneliti dalam proses kegiatan
pengembangan fisik motorik kasar dan halus pada pertemuan pertama dan ke dua
anak belum paham dengan permainan tersebut, karena terbukti dua anak yang
memiliki kriteria belum berkembang dalam motorik kasar dan halusnya serta harus
dalam bimbingan guru dan terbukti tiga anak yang belum berani mengemukakan
gagasan atau ide nya yang kuat. Jadi terbukti anak-anak kelompok A PAUD Al
Hikmah ini hampir pasif selama pembelajaran berlangsung karena mereka terbiasa
meniru apa yang dilakukan oleh guru.
Pada pertemuan ketiga anak masih
pasif dalam bermain karena menunggu perintah guru, mereka tidak dapat bermain
dengan sendiri tanpa perintah guru. Dan tidak dapat bermain bebas sesuai
keinginannya dengan menggunakan media pembelajaran yang telah di sediakan oleh
guru. Saat penelitian berlangsung terbukti ada empat anak yang memiliki
kriteria berkembang dalam kegiatan bermain yang melatih motorik kasar dan halus
anak tidak terpengaruh oleh orang lain, rasa ingin tahu nya sangat besar, dan
dapat menggunakan media pembelajaran secara mandiri.
Ada beberapa anak yang harus
dibimbing dalam kegiatan bermain motorik kasar dan halus anak melalui metode
bermain di kelas maupun di dalam kelas untuk menstimulus perkembangan fisik
motorik anak usia 4 tahun sampai dengan 5
tahun di lembaga
PAUD Al Hikmah
Tegal Alur Kalideres
Jakarta Barat.
Keberhasilan penggunaan metode
bermain dengan melempar, melompat, menendang bola, menempel, menggunting kertas
maupun bahan-bahan daur ulang dan meronce gelang di tunjukan dari aktif nya
anak pada masing-masing indikator yang di amati.
Keterampilan motorik yaitu
perkembangan kematangan seseorang dalam mengendalikan gerak tubuhnya dan
menggunakan otak menjadi pusat pengendalian gerak, Gerakan dibedakan menjadi
dua macam yaitu gerak yang menggunakan otot besar atau kasar dan gerak yang
menggunakan otot-otot kecil yang saling terkoneksi serta saling
berkesinambungan. Anak yang perkembangan motoriknya baik, biasanya sejalan dengan
keterampilan sosialnya yang positif. Dengan keterampilan motorik tersebut maka
anak-anak akan dapat bermain bersama dengan temen-temennya, seperti melompat,
berlari, bertepuk tangan, dan sebagainya. Selain itu motorik yang bagus juga
ditandai dengan cepatnya reaksi motorik anak, semakin baik koodinasi, dan kerjasamanya. Mata, tangan,
dan kaki semakin selaras satu sama lain (Khadijah & Amelia, 2020). Dengan demikian kepercayaan diri
anak akan muncul, rasa bangga baik pada diri sendiri ataupun dari orangtua.
Secara garis besar ada tiga tingkat perkembangan keterampilan motorik anak usia
dini yaitu tahap kognitif, asosiatif, dan autonomous. Otak adalah suatu hal
yang sangat penting dalam perkembangan motorik seseorang. Pada saat otak
seseorang berkembang dengan baik, maka saraf dan otot-otot akan berkembang
dengan baik. Terjadinya koordinasi antara saraf dan otot adalah untuk
menghasilkan gerakan yang dikontrol penuh oleh sistem otak seorang individu
tersebut. Maka dari itu gerakan yang sangat sederhana dari anak merupakan
koordinasi kompleks dari otak, saraf, dan otot tubuh manusia.
Otak anak menjadi pusat kontrol
sebuah aktivitas gerakan anak (Widhianawati, 2011). Otak mengolah informasi yang
diterima otak secara berkesinambungan dan simultan. Otak bersama dengan
jaringan saraf membentuk sebuah sistem saraf pusat yang menghasilkan lima pusat
kontrol dan akan menggerakkan setiap aktivitas yang dilakukan oleh anak.
Perkembangan motorik berhubungan
dengan suatu kemampuan gerak anak. Gerakan merupakan unsur yang paling utama
dalam perkembangan motorik anak. Anak harus diberikan berbagai macam kegiatan
fisik yang beragam untuk membuat mereka bergerak, jika anak melakukan aktivitas
fisik atau gerakan dengan baik atau berhasil maka aktivitas selanjutnya anak
akan menjadi lebih percaya diri dalam melakukan suatu kegiatan atau anak mau
untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan fisik tersebut. Seorang anak
harus dibiarkan untuk menemukan kegiatan yang ia sukai sendiri atau memilih
aktivitas fisik yang cocok atau sesuai dengan perkembangan dan kemampuannya.
Teori yang menjelaskan secara detail
tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang di
kembangkan Theln dan Whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk
membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungan
yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka
tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak
misalnya ketika anak terlihat mainan dengan beraneka ragam, anak memersepsikan
dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya (Fatmawati, 2020). Persepsi tersebut memotivasi anak
untuk melakukan sesuatu yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan
tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan
yang menarik baginya. Proses perkembangan motorik secara aktual tampak melalui
perubahan- perubahan perilaku gerakan.
Anak-anak terutamanya usia taman
kanak-kanak dan sekolah dasar terlihat dalam belajar bagaimana gerak-gerak
secara efisien (Mustafa & Mediatama, 2023). Perbedaan-perbedaan dalam perilaku
gerakan mereka dipengaruhi faktor-faktor biologis dan lingkungan yang dapat
dilihat melalui pengamatan terhadap perubahan dalam proses (bentuk) dan
prestasi (performans). Oleh karena itu, proses perkembangan motorik tampak
melalui perkembangan progresif dan pada kemampuan-kemampuan gerakan.
Perkembangan motorik dimanifestasikan melalui perilaku gerakan actual yang
teramati. Gerakan yang teramati itu terdiri dari tiga gerakan yaitu (1).
Gerakan lokomotor, (2). Gerakan non-lokomotor, (3). Gerakan manipulatif.
Gerakan lokomotor merujuk kepada gerakan-gerakan yang melibatkan suatu
perubahan dalam lokasi tubuh dari suatu tempat.
Perkembangan motorik anak akan
terlihat secara jelas melalui gerakan yang dilakukan. Anak diharapkan dapat
melakukan gerakan secara optimal karena gerak yang dilakukan oleh anak dapat
menimbulkan pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman.
Pertumbuhan fisik motorik anak
tidaklah selalu sama, ada anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat dan ada
yang terlambat. Selain berubahnya berat dan tinggi badan, anak juga mengalami
perubahan fisik. Selain itu, sebagaimana dikatakan oleh Syamsul perkembangan
pada masa kanak-kanak (early childhood) yaitu usia 2 sampai 6 tahun. Secara
deskriptif, anak-anak menunjukan kemampuan dan keterampilan motorik dan menjadi
lebih tertarik dalam interaksi sosial dengan orang-orang disekitarnya. Seiring
perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat
terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan
minatnya (Kamelia, 2019).
Perbaikan yang dilakukan pada
pelaksanaan pertengahan dan akhir menunjukan banyak sekali perubahan pada anak
dalam kegiatan perkembangan motorik kasar dan halus anak serta menunjukan
pengaruh yan sangat signifikan. Terlihat pada perbedaan dan saat pelaksanaan
awal, anak masih pasif dan kurang faham dengan kegiatan bermain motorik ini.
Ketika anak diberi bermain bebas dengan sesuai imajinasi anak tanpa diperintah
oleh guru, anak masih pasif dan belum bisa bermain sendiri. Guru hanya menjelaskan
bagaimana cara bermain saja itu tidak cukup. Anak harus dibimbing sampai
kegiatan bermain itu berakhir. Pada pelaksanaan pertengahan dan pelaksanaan
akhir, anak mulai bermain aktif dan dapat menggunakan media dengan cara mandiri
serta tetap dalam pengawasan dan bimbingan guru.
Terbukti pada anak serta saat
pelaksanaan penelitian awal masih harus menarik perhatian agar anak mau mulai
bermain dan harus dibimbing oleh guru. Pada saat pelaksanaan pertengahan, anak
mulai tertarik dengan kegiatan motorik kasar dan halus. Pada saat guru memberi
tahu bagaiaman cara bermain yang akan dilakukan, anak mulai aktif untuk
kegiatan bermain menempel cangkang telur dan kacang-kacangan. Anak mulai
mengemukakan gagasan dan idenya terhadap kegiatan bermain yang akan dimulai dan
menjawab pertanyaan seputar kegiatan bermain menempel dan terlihat anak
menjawabnya dengan keberagaman kosakata yang terdengar dari mulutnya. Aspek
fleksibilitas terlihat pada saat anak memahami arahan yang diberikan oleh guru
sehingga anak mampu bermain sendiri dengan caranya sendiri dan mampu
menyelesaikan kegiatannya dengan baik. Aspek orisinilitas terlihat anak pada
saat mampu mengungkapkan ide-idenya yang orisinil, orisinil berarti anak mampu
menghasilkan ide dari pemikirannya sendiri dengan cara spontan tanpa mencontoh
orang lain. Aspek elaborasi anak terlihat pada saat mengungkapkan karya yang
akan dibuat, anak terlihat mau menerima saran dan informasi dari orang lain dan
menggabungkan ide yang di miliki.
Lingkup perkembangan fisik pada anak
usia 4 sampai 5 tahun sesuai dengan peraturan Menteri no. 58 tahun 2009 adalah
motorik. Motorik yaitu perkembangan yang
mengendalikan gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan
saraf, otot, otak dan spinal cord. Perkembanagn motorik meliputi motorik kasar
dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan
otot-otot besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan
anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan
otot-otot halus atau sebagai anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih (Azizah, Nadhifa, & Hakim, 2023).
Perkembangan motorik anak dapat
terlihat melalui berbagai pembelajaran atau permainan yang dapat mereka
lakukan. Oleh karena itu, pengembangan fisik motorik pada anak usia dini juga
berhubungan erat dengan kegiatan bermain yang merupakan aktivitas utama bagi
anak usia dini. Perkembangan mototik fisik sama pentingnya dengan perkembangan
lainnya, serta bisa dipakai sebagai titil awal untuk menentukan pertumbuhan
perkembangan anak. Hal ini karena perkembangan fisik motorik seperti perubahan ukuran tubuh anak usia dini.
Masa yang sangat
mendasar yang dialami pada kehidupan manusia terjadi pada masa anak usia dini
karena proses perkembangan anak terjadi dengan sangat cepat. Aspek perkembangan
fisik motorik merupakan hal yang paling menonjol yang dialami oleh seorang anak
dalam masa perkembangannya. Para orang tua dan guru harus mengetahui
perkembangan yang dialami seorang anak, yaitu pertama, pada diri kita sendiri
“self under standing” bisa memahami serta mengerti tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, kedua sebagai pendidik dan orang tua, seharusnya memberikan
pendidikan yang terbaik pada tumbuh kembang anak, dan yang ketiga adalah adanya
usaha untuk mendalami tumbuh kembang anak agar kita belajar terus menerus “Is
on going process” dan hal ini juga dilakukan oleh para ahli (Moleong, 2019). Seluruh langka-langkah pembelajaran
yang dilaksanakan oleh peneliti alhamdulillah berjalan dengan lancar,
berdasarkan penelitian pada pelaksanaan awal mulai berkembang terhitung dengan
skor 34,67 dan pada pelaksanaan pertengahan dan akhir mengalami peningkatan
dengan mendapatkan nilai skor 39,22 dengan kriteria anak berkembang sangat
baik. Terdapat keberhasilan dalam melakukan penelitian perkembangan fisik
motorik anak usia 4 tahun sampai usia 5 tahun di lembaga PAUD Al Hikmah pada
masing-masing indikator yang diamati jika dibandingkan dengan kondisi awal
anak-anak sebelum diberi tindakan.
KESIMPULAN
Anak-anak yang kreatif memiliki keterbukaan dalam segala hal
untuk menerima sesuatu informasi yang baru. Namun yang terjadi masih banyak
yang belum menyadari pentingnya mensttimulasi perkembangan motorik anak usia dini.
Guru dan orang tua hanya fokus pada
kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
Sehingga perlu dirancang kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik anak pada penelitian
yang telah dilakukan melalui perkembangan fisik motorik anak
berdasarkan observasi dan wawancara. Hal ini dapat dibuktikan
dengan meningkatnya perkembangan anak dan guru dalam perkembangan motorik anak usia 4 tahun
sampai usia 5 tahun di lembaga PAUD Al Hikmah kelurahan Tegal Alur kecamatan
Kalideres Jakarta Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Aquarisnawati, Puri, Mustami’ah, Dewi, & Riskasari,
Windah. (2012). Motorik Halus pada anak usia prasekolah ditinjau dari bender
gestalt. Jurnal Insan Media Psikologi,
13(3).
Arum, Dwi Sekar, Amda, Ahmad Dibul, & Yalizah, Yosi.
(2023). Pengembangan Lembar Kerja
Siswa (LKS) Berbasis Lingkungan Sekolah Pada Pembelajaran Tematik.
Institus Agama Islam Negeri Curup.
Asmuddin, Asmuddin, Salwiah, Salwiah, & Zaenal Arwih,
Muh. (2022). Analisis Perkembangan Motorik Kasar Anak di Taman Kanak – Kanak
Buton Selatan. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol
6 Issu(2549-8959 (Online) 2356-1327 (Print)), 3429–3438.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i4.2068
Azizah, Annafi Nurul Ilmi, Nadhifa, Afida Cholisa, &
Hakim, Luqmanah. (2023). Melatih Kemampuan Motorik Halus Dan Motorik Kasar Anak
Usia Dini (Teori Dan Praktik). Penerbit
Tahta Media.
Baan, Addriana Bulu, Rejeki, Hendriana Sri, & Nurhayati,
Nurhayati. (2020). Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini. Bungamputi, 6(1).
Chamidah, Atien Nur. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak: Faktor Risiko Dan Pencegahannya. Jurnal Majelis Media Aspirasi Konstitusi,(7),
51–79.
Fatmawati, Fitri Ayu. (2020). Pengembangan fisik motorik anak usia dini. Caremedia
Communication.
Istiqomah, Hascita, & Suyadi, Suyadi. (2019).
Perkembangan fisik motorik anak usia sekolah dasar dalam proses pembelajaran
(studi kasus di SD Muhammadiyah Karangbendo Yogyakarta). El Midad, 11(2), 155–168.
Kamelia, Nur. (2019). Perkembangan fisik motorik anak usia
dini (standar tingkat pencapaian perkembangan anak) stppa tercapai di ra
harapan bangsa maguwoharjo condong catur yogyakarta. KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood Education, 2(2), 112–136.
Khadijah, M. Ag, & Amelia, Nurul. (2020). Perkembangan fisik motorik anak usia dini:
teori dan praktik. Prenada media.
Moleong, Lexy J. (2019). Metodologi penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya Bandung.
Mustafa, Pinton Setya, & Mediatama, Insight. (2023). PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN UNTUK GURU
KELAS MI/SD.
Naimah, Konik. (2019). Mengembangkan kecerdasan sosial
emosional anak usia dini melalui kegiatan makan bersama di sekolah. El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama, 7(1), 63–85.
Nofianti, Rita. (2021). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Edu Publisher.
Puswandari, Putri. (2019). Upaya meningkatkan perkembangan motorik kasar anak melalui permainan
tradisional lompat tali di TK PKK Mulyojati Metro Barat. IAIN Metro.
Rismayanthi, Cerika. (2013). Mengembangkan keterampilan gerak
dasar sebagai stimulasi motorik bagi anak taman kanak-kanak melalui aktivitas
jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani
Indonesia, 9(1).
Rohendi, Aep, & Seba, Lauren. (2017). perkembangan
Motorik. Bandung: Alfabeta.
Suwartini, Sri. (2017). Pendidikan karakter dan pembangunan
sumber daya manusia keberlanjutan. Trihayu:
Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 4(1).
Widhianawati, Nana. (2011). Pengaruh pembelajaran gerak dan
lagu dalam meningkatkan kecerdasan musikal dan kecerdasan kinestetik anak usia
dini. Jurnal Penelitian Pendidikan,
2(2), 154–163.
Wijayanto, Adi. (2021). Dinamika Perkembangan dan Pembelajaran Geraka Anak.