ALPHA FEMALE DALAM NOVEL THE ALPHA GIRL’S GUIDE

 

Maria Florencia Yunita Bello

Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Indonesia 

Email : nitabello1306@gmail.com

ABSTRAK

Studi ini menyelidiki representasi perempuan dalam novel "The Alpha Girl's Guide", dengan fokus pada karakter alpha female yang dihadirkan dalam narasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis teks untuk mengungkap bagaimana konsep alpha female direpresentasikan dalam novel tersebut, serta implikasi sosial dan budaya yang terkandung di dalamnya. Temuan menunjukkan bahwa karakter alpha female dalam novel ini memperlihatkan kompleksitas dan keragaman dalam perwujudan mereka, dari sisi kekuatan hingga kerentanan. Analisis juga menggali bagaimana representasi ini mencerminkan dinamika gender dan kuasa dalam masyarakat kontemporer. Implikasi temuan ini terhadap pemahaman tentang perempuan dalam sastra dan realitas sosialnya juga dibahas.

 

Kata kunci: Gadis Alfa; Perempuan; Jenis kelamin; Novel

 

ABSTRACT

This study investigates the representation of women in the novel "The Alpha Girl's Guide", focusing on the alpha female characters presented in the narrative. This research uses a text analysis approach to reveal how the alpha female concept is represented in the novel, as well as the social and cultural implications contained therein. The findings show that the alpha female characters in this novel show complexity and diversity in their manifestations, from strength to vulnerability. The analysis also explores how these representations reflect gender and power dynamics in contemporary society. The implications of these findings for the understanding of women in literature and their social realities are also discussed.

 

Keywords: Alpha Girl's; Woman; Gender; Novel        

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International

 

PENDAHULUAN

Berbagai perspektif tentang perbedaan gender sekarang ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, penailain yang tumpang tindih antara peran perempuan dan laki-laki sering kita dengar dilingkungan kita. Perempuan kerap kali dipandang sebelah mata, lemah, dan lain sebagainya. Saat seorang perempuan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, akan diikuti dengan pertanyaan untuk apa punya pendidikan yang tinggi pada akhirnya kalian hanya akan menjadi ibu rumah tangga (Saiddaeni, 2023). Ada juga saat sorang wanita dengan usia matang untuk menikah memilih untuk belum menikah maka akan menimbulkan pertanyaan baru lagi.

Peran laki-laki dan perempuan secara sosial, bukanlah sesuatu yang given dan kodrati sifatnya. Namun konstruksi peran sesungguhnya telah dibentuk jauh sebelum budaya dan perkembangan masyarakat mencapai titik didih kemajuan. Paling tidak, terdapat dua teori peran, yang bisa diguakan untuk melihat peran laki-laki dan perempuan (Purnomo, 2016).

Peran perempuan secara tradisional cenderung mengurusi masalah interen (didalam rumah). sedangkan laki-laki yakni mencari nafkah. Menurut Murniati (2018). perempuan lebih diberi tugas untuk   produksi   yang   dipakai   sendiri (domestik), sedangkan laki-laki berproduksi untuk pasar (publik).

Perspektif yang salah selama ini perlu dibenahi. Perempuan punya hak yang sama untuk menjadi orang yang ambisius, mempunyai mimpi yang besar, dan pencapaian luar biasa yang diinginkan tanpa perlu ada komentar menyudutkan. Perempuan punya hak yang sama dengan laki-laki untuk menjadikan diri mereka sukses tanpa bergantung pada orang lain.

Keadilan dan kesetaraan gender sudah siperjuangkan sejak masa R.A. Kartini, dimana emansipasi menjadi tonggak kebebasan perempuan Indonesia untuk mengenyam pendidikan yang setara dengan kaum laki-laki. Kartini merupakan sosok perempuan yang berpengaruh dan legenda bagi Indonesia, karena Kartini perempuan sekarang ini dapat merasakan dampak baik yang menguntungkan dalam kehidupan sosial diera globalisasi ini.

Alpha Female dalam Novel "The Alpha Girl’s Guide": Sebuah Analisis Sosiokultural dan Psikologis

1.    Konteks Sosiokultural:

·       Menyelidiki bagaimana konsep alpha female tercermin dalam konteks sosial dan budaya yang dibangun dalam novel.

·       Menganalisis bagaimana nilai-nilai, norma-norma, dan ekspektasi gender masyarakat mempengaruhi konstruksi karakter alpha female dalam narasi.

·       Memeriksa perubahan sosial dan pergeseran kekuasaan gender yang tercermin melalui representasi alpha female dalam novel.

2.    Representasi Karakter Alpha Female:

·       Mendekonstruksi karakter-karakter alpha female dalam novel, mengidentifikasi atribut-atribut yang membuat mereka "alpha" dan bagaimana atribut-atribut ini tercermin dalam tindakan dan dialog mereka.

·       Meneliti peran alpha female dalam dinamika hubungan antar karakter, termasuk interaksi dengan karakter alpha male dan karakter perempuan lainnya.

·       Menganalisis transformasi karakter alpha female sepanjang cerita, termasuk perubahan kepribadian, konflik internal, dan perkembangan karakter.

3.    Psikologi Alpha Female:

·       Menggunakan teori psikologi untuk menjelaskan motivasi, kekuatan, dan kelemahan karakter alpha female dalam novel.

·       Membahas konsep identitas dan kepercayaan diri yang mungkin menjadi inti dari kepribadian alpha female.

·       Menganalisis konflik internal yang dialami oleh karakter alpha female, seperti ketegangan antara keinginan untuk mempertahankan kekuasaan dan kebutuhan akan hubungan yang intim.

4.    Dampak Alpha Female dalam Narasi:

·       Meneliti bagaimana keberadaan dan peran alpha female mempengaruhi plot, tema, dan pesan moral novel secara keseluruhan.

·       Menganalisis implikasi sosial dan budaya dari representasi alpha female dalam novel, termasuk bagaimana hal itu memengaruhi pembaca dalam memahami peran dan identitas perempuan dalam masyarakat.

Dengan menerapkan pendekatan multidimensional yang mencakup konteks sosiokultural, representasi karakter, psikologi, dan dampak naratif, grand teori ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep alpha female dalam novel "The Alpha Girl’s Guide" dan relevansinya dalam memahami dinamika gender dalam sastra kontemporer.

Dalam novel The Alpha Girls Guide ada kutipan yang menarik, “Mengapa kita harus merasa kemampuan kita lebih rendah, hanya karena kita perempuan?” (Hidayati, 2015). Perempuan memiliki kemampuan yang luar biasa. Pada perempuan dipercayakan banyak hal yang tidak dapat dilalui oleh kaum lelaki. Oleh karena itu melalui penelitian ini peneliti ingin lebih membuat perempuan lebih mengetahui potensi besar yang mereka punya dan lebih percaya diri.

Tujuan lainnya adalah untuk menganalisis dinamika gender yang terungkap melalui representasi alpha female dalam novel, termasuk bagaimana mereka berinteraksi dengan karakter lain, terutama karakter alpha male, dan bagaimana hubungan ini mencerminkan pergeseran kekuasaan gender.

Melalui pemaparan dinamika hubungan antara karakter alpha female dan karakter lainnya, pembaca dapat lebih sadar akan peran dan stereotip gender yang mungkin ada dalam masyarakat, serta dampaknya terhadap interaksi sosial.

 

METODE PENELITIAN

 

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeskplorasi dan memahami isi novel secara sentral. Oleh karena itu Peneliti melakukan wawancara langsung dengan pembaca novel ini dikota Kupang, mengobservasi buku bacaan dan mendokumentasikannya dan data penelitian ini disajikan dalam bentuk tulisan yang bersifat kualitatif semata (Lubna, Novianti, Mulyana, & Heryadi, 2020). Dengan metode ini diharapkan dapat menggali informasi dan perspektif yang luas tentang peran perempuan. Teknik analisis data dilakukan secara bertahap yaitu melalui pengumpulan data lewat wawancara mendalam, disatukan dengan teori dan data yang ada kemudian dibahas secara deskriptif.

Fokus penelitian ini adalah karakter utama dalam novel yang diidentifikasi sebagai alpha female. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana penulis menggambarkan karakter tersebut, peran sosialnya, serta dinamika interaksi dengan karakter lain dalam cerita.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mendalam tentang karakteristik alpha female dalam novel "The Alpha Girl’s Guide", serta bagaimana karakter tersebut memengaruhi alur cerita dan interaksi antar karakter.

HASIL DAN PEMBAHASAN

The Alpha Girl’s Guide

Novel The Alpha Girl’s Guide ciptaan Herry Manampiring ini, dibuat berdasarkan hasil pengamatan, riset artikel, wawancara langsung, dan diskusi langsung dengan banyak perempuan dimedia social. Isi novel ini sangat ringan, penuh ilustrasi menarik, dan sangat terbuka.

Dalam novel ini para pembaca disuguhkan isi novel yang menarik, yaitu tentang Alpha Female. Didalam novel ini dijelaskan sejak awal sebutan alpha male dan alpha female merupakan sebutan yang digunakan untuk sekelompok fauna atau binatang seperti pada spesies primata misalnya gorilla, simpanse, dan juga spesies mamalia lain, Manapiring (2015). Seperti yang kita ketahui spesies ini biasanya hidup berkelompok dan memiliki strata sosial. Ada kelompok yang lebih dominan, menjadi pemimpin, dan juga menguasai hak untuk kawin. Alpha male menjadi pempimpin kelompok dengan tujuan dapat melindungi kawanan spesiesnya dari serangan predator atau spesies lain.

Status Alpha ini tidak hanya dimiliki oleh primata jantan tetapi juga dimiliki oleh beberapa spesies primate betina, yang disebut alpha female. Dalam kelompok primate ini alpha female lebih terlihat karena pengaruhnya terhadap anggota betina lainya. Bagaimana primata dengan status alpha female dihormati dan disegani oleh kawanan betina yang lain, bahkan oleh primata jantan sekalipun. Konsep ini diterapkan pada kehidupan manusia sekarang ini, sehingga sering kita temui berbagai penyebutannya, alpha girl, alpha woman, dan alpha female. Status alpha female tidak semata diklaim oleh orang itu sendiri melainkan bergantung pada pengakuan oleh anggota kelompok yang lain.

Sumber: Novel The Alpha Girl’s Guide

Setelah dipahami tentang alpha female, pembaca diajak untuk mengetahui pentingnya pendidikan bagi seorang perempuan. Sering kita jumpai dikehidupan kita perempuan yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dijadikan sasaran pertanyaan, untuk apa mempunyai pendidikan yang tinggi?

Sumber: Novel The Alpha Girl’s Guide

Novel ini membuka jalan pikiran kita, bahwasannya seorang perempuan berhak memilih untuk melanjutkan pendidikan karena dapat lebih menggali potensi yang ada dalam diri perempuan itu sendiri. Melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi bagi seorang perempuan bukan semata untuk mendapat pengakuan melainkan persiapan diri untuk segala hal yang tidak pasti kedepannya.

Pendidikan yang tinggi adalah bekal untuk diri permpuan itu sendiri, sehingga tidak selalu bergantung pada oranglain, menjadi lebih mandiri dan dapat menjadi saluran bantuan untuk oranglain yang membutuhkan. Itulah yang menjadi point utama dalam novel ini tentang perempuan dengan pendidikan tinggi.

Hal menarik lainnya yang ditawarkan novel ini adalah, bagaimana memiliki kualitas dalam pertemanan maupun hubungan dengan seorang laki-laki. The alpha girl’s guide menyatakan kualitas lebih penting dari kuantitas dalam suatu hubungan. Kualitas hubungan yang dibangun didasarkan pada prinsip kesetaraan dan kesejajaran. Pertemanan yang sehat membuat seorang perempuan berjiwa besar melalui pembicaraan-pembicaraan yang berbobot dan terdapat nilai maupun maknanya. Kualitas hubungan yang dibangun oleh seorang perempuan juga membantu membentuk karakternya sendiri.

Alpha Female dalam Perspetif Teori Interaksi Simbolik

Dalam kehidupan kita setiap harinya tentu sering kita jumpai proses berinteraksi antara sesama. Dalam proses ini tentu saja terdapat simbol yang digunakan dan symbol tersebut merupakan hasil yang disepakati unutk digunakan dalam proses interaksi manusia. Dari sinilah kita menemukan keterkaitan yang ada sampai pada munculnya sebutan Alpha Female. Sebutan ini adalah hasil dari symbol yang ditafsirkan dan menjadi kesepakatan bersama lewat proses interaksi yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat.

Interaksi simbolik adalah salah satu teori yang membahas tentang symbol dan makna. Teori ini berbicara tentang interaksi, dimana isyarat nonverbal dan makna dari suatu pesan verbal, akan mempengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat nonverbal (seperti body language, gerak fisik, baju, status, dll) dan pesan verbal (seperti kata-kata, suara, dll yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang memiliki arti yang sangat penting. George Herbert Mead (1863−1931).

Dalam proses interaksi tentunya diperlukan komunikasi untuk menciptakan suatu makna kemudian makna tersebut disusun dengan jelas untuk membuat suatu makna yang dapat diterima oleh setiap individu. Blumer mengenalkan tiga premis interaksi simbolik, yaitu:

1.       Manusia melakukan tindakan terhadap “sesuatu” berdasarkan makna yang dimiliki “sesuatu” tersebut untuk mereka.

2.       Makna dari “sesuatu” tersebut berasal dari atau muncul dari interaksi sosial yang dialami seseorang dengan sesamanya.

3.       Makna-makna yang ditangani dimodifikasi melalui suatu proses interpretatif yang digunakan orang dalam berhubungan dengan “sesuatu” yang ditemui.

Teori Interaksi Simbolik dan pengembangan diri menurut Mead dalam Theories of Human Communication (2009, 121) mengatakan bahwa Interaksi Simbolis merupakan sebuah cara berpikir mengenai pikiran, diri sendiri, dan masyarakat yang telah memberi kontribusi besar terhadap tradisi sosiocultural. Seperti yang kita ketahui bahwa pelaku komunikasi tidak hanya berinteraksi dengan objek-objek social melainkan juga berkomunikasi dengan diri mereka sendiri.

Munculnya sebutan alpha female adalah bagian dari proses interaksi yang ada dalam kehidupan masyarakat. Dari proses ini maka alpha female dimaknai sebagai perempuan yang cerdas, menonjol diantara yang lainnya, percaya diri, mampu mengontrol kehidupannya dengan baik dan tetap menjalankan perannya sebgai seorang perempuan dengan sebaik-baiknya. Alpha female dapat menjadi contoh positif bagi banyak perempuan.

 

KESIMPULAN

The Alpha Girl’s Guide, adalah novel yang berisi pedoman dan panduan bagi banyak perempuan untuk menjadi Alpha Female yang menginspirasi dan membawa perubahan. Menjadi perempuan mandiri yang cerdas, penuh percaya diri akan potensi yang dimiliknya dan independen. Karakter alpha female dalam novel "The Alpha Girl’s Guide" adalah representasi kuat dari perempuan modern yang mandiri, cerdas, dan berpengaruh. Melalui berbagai aspek cerita, novel ini berhasil menyampaikan pesan tentang pemberdayaan perempuan dan pentingnya kepercayaan diri serta ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup. Penelitian ini mengungkapkan bahwa alpha female tidak hanya memainkan peran penting dalam alur cerita, tetapi juga berfungsi sebagai agen perubahan sosial yang menginspirasi dan memberdayakan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Andika, Mayola. (2018). Reinterpretasi Ayat Gender Dalam Memahami Relasi Laki-Laki Dan Perempuan (Sebuah Kajian Kontekstual Dalam Penafsiran). Musãwa Jurnal Studi Gender Dan Islam, 17(2), 137–152.

Hidayati, Nurul. (2015). Beban ganda perempuan bekerja (antara domestik dan publik). Muwazah: Jurnal Kajian Gender, 7(2).

Lubna, Syarifah, Novianti, Evi, Mulyana, Ade, & Heryadi, Toni. (2020). Prosiding seminar hasil penelitian kebahasaan dan kesastraan selisik bahasa dan sastra Indonesia.

Purnomo, Agus. (2016). Teori peran laki-laki dan perempuan. EGALITA.

Saiddaeni, Saiddaeni. Perempuan Dan Pendidikan: Untuk Apa Sekolah Tinggi-Tinggi Jika Akhirnya Hanya Menjadi Ibu Rumah Tangga. , (2023).