GAMBARAN KEJADIAN
TRANSIENT NEUROLOGICAL SYMPTOMS PASCA ANESTESI SPINAL DI RSUD BREBES
Mumbani1*, Roro
Lintang Suryani2, Fetty Kumala Dewi3
Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa, Banyumas, Indonesia1,2,3
Email :
mumbanisukses@gmail.com1,
rorolintang@ubh.ac.id2,
fetikumala@ubh.ac.id3
ABSTRAK Gejala Transient Neurological Symptoms (TNS) didefinisikan sebagai nyeri bilateral
simetris di punggung atau bokong atau nyeri yang menjalar ke ekstremitas
bawah setelah pemulihan dari anestesi spinal dan TNS ini masih banyak
dijumpai pada pasien pasca anestesi spinal baik pada jurnal penelitian
ataupun keluhan dilapangan.Tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian Transient
neurological symptoms di RSUD Brebes. Metode penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif deskriptif dengan static analysis.Tehnik
sampling yang digunakan purposive sampling ,jumlah
sampel
sebanyak 43 responden
pasca Anestesi spinal.
Data diambil dengan melakukan observasi setelah H1 dan H 2 pasca ansestesi spinal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian TNS pasca anestesi spinal di RSUD Brebes terdokumentasi sebanyak 11 angka kejadian (25,58%) dari 43 responden penelitian,waktu kejadian setelah H 1 pasca anestesi terdokumentasi 7
penderita TNS (63,64%) dan
pada H 2 pasca anestesi spinal 4 penderita TNS
(36,34%) dari 11 yang mengalami
TNS, lokasi penyebaran gejala TNS terdapat pada punggung pasien sebanyak 6 orang, 3 pada bokong/pantat
dan 2 orang mengeluh TNS pada ekstremitas bawah. Kesimpulanya bahwa TNS ini adalah salah satu komplikasi tindakan anestesi spinal yang sampai saat ini
masih banyak dijumpai dilapangan walaupun gejala TNS bersifat sementara namun tetap menjadi
maslah kesehatan yang mengganggu bagi pasien, TNS ini harus mendapat perhatian untuk para peneliti agar mengembangkan penelitianya yang
lebih baik,sehingga pasien yang mengalami TNS menurun dimasa yang akan datang. Kata Kunci: Transient
Neurological symptoms (TNS); TNS H I dan
TNS H 2 ABSTRACT Transient Neurological Symptoms
(TNS) are defined as bilateral symmetrical pain in the back or buttocks or
pain that radiates to the lower extremities after recovery from spinal
anesthesia and TNS is still commonly found in post-spinal anesthesia
patients, both in research journals and complaints in the field. The purpose
of this research is to describe the incidence of transient neurological
symptoms in RSUD Brebes. The method of this research is descriptive
quantitative research with static analysis. The sampling technique used is
purposive sampling, the number of samples is 43 respondents after spinal
anesthesia. Data were taken by observing after 24 hours and 48 after spinal
anesthesia. The results showed that the incidence of TNS after spinal
anesthesia in Brebes Hospital was documented as many as 11 incidence rates
(25.58%) of 43 study respondents, the time of occurrence H 1 after anesthesia
was documented 7 TNS patients (63.64%) and H 2 after spinal anesthesia 4 TNS
patients (36.34%) out of 11 who experienced TNS, the location of the spread
of TNS symptoms was on the back of 6 patients, 3 on the buttocks and 2 people
complain of TNS in the lower extremities. The conclusion is that TNS is one
of the complications of spinal anesthesia which is still commonly found in
the field, although the symptoms of TNS are temporary but remain a disturbing
health problem for patients, this TNS should receive attention for
researchers to develop better research, so that patients undergoing spinal
anesthesia do not develop TNS in the future. Keywords: Transient
Neurological symptoms (TNS), TNS >24 hours and 48 hours |
|
|
This work is
licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International |
PENDAHULUAN
Gejala Transient
Neurological Symptoms (TNS) didefinisikan sebagai nyeri bilateral simetris
di punggung atau bokong atau nyeri yang menjalar ke ekstremitas bawah setelah
pemulihan dari anestesi spinal (Rehatta, Elizeus, & Hanindito, 2019).TNS
merupakan salah satu komplikasi dari tindakan anestesi spinal yang samapai saat
ini masih banyak dijumpai pad pasien yang mendapatkan anestesi regional dengan
teknik subaraknoid blok anestesi . Tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian Transient
neurological symptoms di RSUD Brebes.
Penelitian di turki pada tahun 2018 dari 591
responden didapatkan 211(35,7%) pasien yang mengalami TNS. angka yang tinggi
ternyata kejadian TNS pada pasien ginekologi selanjutnya urologi diikuti pasien bedah lainya ,disebutkan angka kejadian pada wanita lebih
tinggi dibandingkan pasien pria. (Ateş Çetin, Kayacan, &
Karsli, 2018) .
Penelitian selanjutnya yang dilakukan pada tahun 2018 di
salah satu rumah sakit di Canada didapatkan hasil bahwa dari 679 sampel yang
telah mendapat anestesi spinal dengan menggunakan obat spinal jenis
mepivacaine, terdapat satu kejadian kasus TNS
(0,14%; CI: 0,02-1,04%) (Sankar, Behboudi, Abdallah,
Macfarlane, & Brull, 2018). Penelitian ditahun yang sama melibatkan 600 responden terdapat 8 pasien yang mengalami gejala tersebut (S, A, & M, 2018);(Sumarta, 2020).
Sedangkan penelitian tahun 2020 yang dilakukan pada 160 responden wanita hamil aterm dan
tunggal berusia 18-40 tahun, ASA kelas I, dan menjalani operasi
caesar elektif dengan anestesi spinal. dari 160 responden didapatkan angka kejadian TNS sebanyak 9 kasus ( 5,6% ) (Mohajer, 2020).Hasil penelitian pada tahun yang sama tahun 2020
yang dilakukan eric dkk dari 154 pasien yang dilakukan penelitian dijumpai gejala TNS sebanyak 13 orang
(8,4%) (Schwenk et al., 2020) (Warella & Afitu, 2023). Menurut teori bahwa Insiden TNS ini paling besar terjadi pada pasien rawat
jalan dan obesitas, terutama laki-laki yang menjalani operasi dengan posisi
litotomi. Patogenesis diyakini berhubungan dengan neurotoksisitas dari
obat anestesi lokal yang bersifat
consentrasien depent (Rehatta et al.,
2019).
Sekarang ini anestesi spinal menjadi pilihan yang
banyak digemari dan telah banyak digunakan hampir di semua pembedahan,
termasuk di RSUD Brebes. disamping teknik yang sederhana dan aman anestesi
spinal juga dipilih karena pasien dapat
dipertahankan tetap sadar selama pembedahan. Selain memiliki kelebihan tentunya
anestesi spinal dapat menimbulkan komplikasi (Yuniar,
Sukmaningtyas, & Dewi, 2023);(Raharjo, Wibowo,
Handaya, Arifin, & Nugroho, 2022). Komplikasi anestesi spinal salah satunya Transient
Neurologic symptoms ,Gejala sementara ini disamping menyebabkan gangguan nyeri terhadap pasien juga dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari pasien yang telah mengalami
pembedahan dengqan spinal anestesi,bila gejala ini tidak ditangani dengan baik
maka gejala Transient Neurological
Symptoms ini juga akan berimbas terhadap peningkatan angka mortalitas di
rumah sakit (Santoso &
Dirdjo, 2015).
Rumah sakit umum daerah brebes merupakan salah satu
rumah sakit terbesar di daerah brebes dan menjadi rumah sakit rujukan
di kabupaten Brebes. Sebagai rumah sakit rujukan
RSUD Brebes belum memiliki data tertulis tentang komplikasi yang disebabkan spinal anestesi termasuk angka kejadian Transient Neurological Symptoms pasca anestesi spinal, Data tersebut penting karena dapat digunakan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap pasien di RSUD Brebes, sehingga
morbiditas pasien dapat ditekan.
Data pasien
pembedahan di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Brebes sejak bulan Januari 2021 sampai dengan bulan desember 2021 sekitar 1130 pasien. Sejumlah 489 pasien (43%) yang dilakukan
pembedahan, mendapat tindakan anestesi spinal pada bulan Januari tahun 2022, peneliti melakukan pengambilan data pendahuluan yang terkait dengan keluhan
transien neurological symptoms di ruang alamanda dan ruang teratai RSUD Brebes dengan jumlah
total 12 pasien, masing-masing ruangan diambil 6 pasien, pengambilan dengan cara acak
,pasien diambil sebagai data prasurvey.
Pengambilan dilakukan setelah hari pertama pasca
spinal anestesi, dan hari kedua pasca
spinal anestesi. Berdasarkan hasil prasurvey tersebut didapatkan kejadian 2 orang menegeluh nyeri di punggung bawah bilateral pada hari pertama (setelah 24 jam pasca operasi
dan setelah 48 jam pasca operasi) 10 pasien
sisanya mengeluhkan nyeri di daerah operasi.
Berdasarkan kondisi di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan Gambaran Kejadian Transient
Neurological Symptoms dan karakteristik responden berupa jenis kelamin, jenis pembedahan, dan jenis obat
anestesi pada pasien pasca anestesi spinal di RSUD Brebes.
RSUD Brebes merupakan
rumah sakit rujukan di Kabupaten Brebes. Namun sebagai rumah sakit rujukan, di RSUD Brebes belum pernah dilakukan penelitian terkait dengan Transiens
Neurological Symptoms pasca anestesi spinal. Transient Neurological Symptoms itu sendiri adalah suatu kondisi
yang dapat terjadi pasca dilakukannya tindakan anestesi spinal yang ditunjukkan dengan adanya nyeri di area punggung, bokong, ataupun ektstremitas bawah. Adapun pertanyaan
dalam perumusan penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran kejadian Transient Neurological Symptoms pada pasien pasca anestesi spinal di RSUD
Brebes?
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif dengan static analysis ,Teknik
sampling yang digunakan purposive sampling , populasi penelitian diambil dari seluruh
pasien bedah umum dan kebidanan
yang mendapat anestesi
spinal di RSUD Brebes dengan
jumlah sampel sebanyak 43 responden, Pengambilan sampel sesuai dengan kriteria
inklusi yang sudah ditetapkan, Pengambilan data dilakukan diruang alamanda dan ruang
teratai RSUD Brebes, data diambil dengan melakukan observasi setelah H1 dan H 2 pasca ansestesi
spinal.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian Transient Neurologilcal Symptoms pasca anestesi spinal di RSUD Brebes.Penelitian ini dilakukan dari
bulan november 2021 sampai dengan bulan
juli 2022
Variabel dalam pada penelitian ini adalah variabel
tunggal yaitu Mengetahui gambaran
kejadian Transient Neurological Symptoms pada pasien pasca anestesi
spinal di RSUD Brebes dengan intrumen penelitian pada penelitian ini menggunakan
lembar observasi .
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 Juli s/d 31 juli
2022 di RSUD Brebes. Desain penelitian deskriptif kuantitatif. Dengan menggunakan purposive sampling di ruang alamanda dan ruang teratai, dengan jumlah responden 43 orang, yang memenuhi kiteria.. Alat ukur yang
digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi.
Penelitian dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung kepada responden pada
hari pertama dan hari kedua pasca anestesi spinal Sebelum melakukan penelitian peneliti
terlebih dahulu meminta izin dengan surat izin dari kampus yang ditujukan kepada direktur RSUD Brebes, Kepada Bidang
Keperawatan dan Diklat ,Setelah diberi
surat persetujuan /Izin oleh direktur, kabid keperawatan dan
Diklat RSUD Brebes.
Setelah itu peneliti melapor kebagian Instalasi Ruang alamanda dan ruang
teratai yang digunakan penelitian, kemudian peneliti melakukan
pengambilan data pada respondent yang
sudah bersedia menjadi obyek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada pasien yang mendapat
anestesi spinal pada pembedahan kebidanan dan pembedahan umum saja dan sesuai
dengan kriteria inklusi yang telah
ditentukan dengan sampel yang digunakan sebanyak 43 sampel,setelah dilakukan
observasi sesuai dengan waktu yang ditentukan yaitu pada H 1 dan H 2 pasca
mendapat anestesi spinal.
Setelah melakuakan observasi sampai batas yang ditentukan yaitu pada
tanggal 31 juli 2022,kemudian peneliti melakukan pengumpulan data lalu dilakukan pengeditan
data dan selanjutnya memberikan kode sesuai definisi operasional lalu dimasukan ke dalam tabulasi yang sudah yang
ada,Setelah data ditabulasi selanjutnya data di
analisa dan dilakukan pengolahan
data yang sudah didapat.dengan menggunakan Statistics/Data Analysis Stata 13.0 dan hasil penelitian di sajikan dalam bentuk tabel.
Gambaran karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin,jenis pembedahan
dan jenis obat anestesi spinal pada pasien pasca anestesi spinal di RSUD
Brebes.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,
Jenis pembedahan dan
Jenis Obat Anestesi spinal pada pasien pasca
Anestesi Spinal di
RSUD Brebes
Jenis Kelamin |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
Pria |
15 |
34,88 |
Wanita |
28 |
65,12 |
Jenis Pembedahan |
|
|
Bedah Kebidanan |
28 |
65,12 |
Bedah Umum |
15 |
34,88 |
Jenis Obat Anestesi spinal |
|
|
Bupivacain 0,5% |
13 |
30,23 |
Lidocain 5% |
30 |
69,77 |
Total |
43 |
100.00 |
Sumber : Statistics/Data Analysis
Stata 13.0.(tahun 2022)
Berdasarkan tabel
diatas didapatkan bahwa responden berjenis kelamin pria lebih tinggi 34,88%
dari wanita, sedangkan pada karakteristik pembedahan ,Bedah kebidanan
mendominasi 65% dari bedah umum dan
karakteristik Jenis Obat Anestesi bahwa pemakaian bupivacain 0,5% lebih rendah dibandingkan penggunaan Lidocain 5% yaitu 69,77% dari 43 pasien.
Gambaran kejadian Transient neurological symptoms pasca
anestesi spinal di RSUD Brebes
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Angka Kejadian Transient Neurological
Symptoms Pasca Anestesi spinal di RSUD
Brebes
TNS |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
TNS |
11 |
25,55 |
Tidak TNS |
32 |
74.45 |
Total |
43 |
100.00 |
Sumber : Statistics/Data Analysis Stata 13.0. (2022)
Dari tabel diatas dari 43 renponden ,kejadian Transient
Neurological Symptoms terdokumentasi
25,55% dari 43 sampel dan
sisanya tidak ditemukan keluhan TNS
Gambaran kejadian lokasi transient neurological
symptoms pada punggung,
pantat, dna ekstremitas bawah
Tabel 3 Distribusi Frekuensi
Kejadian Transient Neurological Symptoms Pada Punggung, Bokong/Pantat, Dan Ektremitas
Bawah Pada Pasien Pasca Anestesi
Spinal di RSUD Brebes
Lokasi TNS |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
Punggung |
6 |
54,55 |
Bokong/pantat |
3 |
27.27
|
Ekstremitas bawah |
2 |
18.18
|
Total |
11 |
100.00 |
Sumber :
Statistics/Data Analysis Stata 13.0.(tahun 2022)
Berdasarkan tabel diatas
menunjukan bahwa kejadian TNS yang terjadi di lokasi
punggung lebih besar dibanding dengan bokong/pantat dan ekstremitas bawah.
Gambaran kejadian transient neurological symptoms H 1 dan H 2 setelah
mendapat anestesi spinal
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kejadian Transient Neurological Symptoms
pasca 1 dan H 2 pasca
anestesi spinal
Waktu Kejadian TNS |
Frekuensi (f) |
Persentase (%) |
TNS H 1 |
7 |
63.64 |
TNS H 2 |
4 |
36.36 |
Total |
11 |
100.00 |
Sumber :
Statistics/Data Analysis Stata 13.0.(tahun 2022)
Dari tabel diatas di atas bahwa kejasian
TNS H 1 terdokumentasi lebih tinggi dari H 2
PEMBAHASAN
Gambaran karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, jenis pembedahan, dan jenis obat anestesi spinal pada pasien pasca
anestesi spinal di RSUD Brebes.
Berdasarkan karakteristik responden pada jenis
kelamin jumlah pasien wanita lebih
tinggi dari pada pasien pria,namun hasil penelitian menunjukan bahwa gejala TNS ditemukan pada
pria lebih tinggi angka kejadiannya dari
pada wanita .Sedangkan Pada penelitian Ates dkk. bahwa justru ditemukan pada
penelitiannya pasien wanita lebih tinggi
terkena TNS dibandingkan dengan pasien pria (Ateş Çetin et
al., 2018). Tetapi
pada penelitian selanjutnya ditahun yang
sama dilakukan Vahabi dkk. bahwa insiden TNS pada pria dan wanita masing-masing tidak
ada perbedaan signifikan yang diamati secara statistik antara TNS dan jenis
kelamin (P=0,001)(S et al.,
2018). Hal ini didukung oleh pendapat Andre
Van Zundet bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang tidak meningkatkan
resiko pengembangan TNS (Andre, 2018).Asumsi peneliti kejadian TNS pada pria cenderung
lebih tinggi dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti ambulatori dini pada pria yang cenderung lebih sering melakukan aktifitas lebih dini sebelum masa
pulih anestesi spinal .Disamping faktor diatas bahwa
dikatakan disebuah stadi bahwa wanita lebih mampu menahan rasa nyeri dari pria (Lina, 2008).
Selanjutnya dilihat dari karakteristik jenis pembedahan hasil penelitian ini
menunjukan bahwa pembedahan kebidanan lebih banyak dari pembedahan umum,
namun hasil observasi yang telah
dilakukan bahwa TNS terdokumentasi pada pembedahan umum terdokumentasi lebih
banyak dari pembedahan kebidanan dari seluruh penderita TNS. ini sejalan dengan teori bahwa jenis pembedahan itu termasuk
dalam faktor resiko pengembangan TNS telah didokumentasikan TNS pada semua jenis pembedahan (Andre, 2018) ,Hal ini
dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Ates dkk bahwa secara signifikan kejadian TNS lebih
tinggi pada pasien ginekologi dan urologi (Ateş Çetin et
al., 2018) .
Asumsi
peneliti bahwa peningkatan gejala TNS pada pembedahan umum terjadi karena pada
pembedahan umum lebih banyak melakukan manipulasi posisi pembedahan,sehingga
akan memungkinkan terjadinya penekanan penekan daerah daerah tertentu yang
menyebabkan terganggunya mikro sirkulasi dan aktifitas nero muskuler terutama
diarea area yang dilakukan manipulasi posisi,selain manipulasi posisi juga
proses ambulatori yang cepat bisa mempengaruhi kejadian tersebut ,dimana proses
pemulangan pasien di rsud rata- rata untuk kasus kasus bedah umum hanya
maksimal 3 hari masa perawatan.
Karakteristik responden berdasarkan jenis obat anestesi spinal yang
digunakan pada 43 pasien pada penelitian
ini bahwa pemakaian obat anestesi spinal dengan lidocain 5% lebih tinggi dari pemakian bupivacain 0,5% ,hasil penelitian
ini menunjukan kejadian TNS dengan menggunakan obat anestsi spinal lidocain 5%
lterdokumentasi lebih banyak dari pemakaian bupivacain 0,5% , hal ini sesuai
dengan teori yang disampekan Rehatta
dkk dalam bukunya Anaestesiologi cetakan KATI-PERDATIN tahun
2019 bahwa angka kejadian TNS pasca anestesi spinal yang disebabkan oleh
lidokain hiperbarik (insiden mencapai
12%), dan bupivacain (1%).
Cang-Hoon Koo dkk 2020 dalam penelitianya
bahwa Insiden TNS secara signifikan lebih tinggi pada kelompok lidokain
daripada bupivakain (p <0,001),(Koo, Shin, Han,
& Ryu, 2020).Asumsi peneliti pemekian lidocain 5% yang tinggi
maka berkontribusi akan tingginya angka kejadian TNS sendiri di disamping itu
juga bahwa pemilihan obat tersebut selain didasarkan pada tindakan bedah, lama
waktu pembedahan juga atas pertimbangan dokter spesialis anestesi.
Gambaran kejadian Transient Neurological Symptoms pasca
anestesi spinal di RSUD Brebes
Hasil
penelitian pada penelitian ini setelah dilakukan analisa statik dan pengolahan
data yang didapatkan bahwa secara umum insiden TNS setelah anestesi spinal sebanyak 11 (25% ) dari 43 responden hasil tersebut
termasuk tinggi. Melihat hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2018
didapatkan 211 (35,7%)
mengalami TNS dari 591 responden (Ateş Çetin et al.,
2018) insiden TNS terdokumentasi lebih tinggi.
Namun penelitian Schwenk dkk tahun 2020
menunjukan gejala TNS sebanyak 13 orang
(8,4%) dari 154 respondent, hasil ini lebih rendah bila dilihat dari hasil
penelitin sebelumnya. Pada penelitian di tahun yang sama Mohajer dkk. (2020) dari 160 responden didapatkan angka
kejadian TNS sebanyak 9 kasus ( 5,6% ) angka ini juga lebih rendah
dari penelitian sebelumnya. Asumsi
peneliti bahwa kejadian TNS pada pasien yang mendapatkan anestesi spinal adalah termasuk komplikasi pembiusan jenis regional
blok terutama pada tehnik subaracnoid blok,disamping dipengaruhi oleh beberapa
hal termasuk jenis obat anestesi lidokain 5% yang dalam teori menyumbang faktor
terbanyak,ditunjang pemekaian lidokain 5% dirumahsakit tempat penelitian masih
menjadi pilihan ,yang kedua jenis jarum quinck yang digunakan ,dimana dalam
penelitian jarum jenis ini angka
keejadian TNSnya lebih banyak ketimbang jenis yang lain,posisi operasi juga
termasuk faktor resiko terjadinya TNS terutama posisi lithotomy pada pasien
kasus bedah umum .Selanjutnya kemungkinan terjadinya TNS adalah mobilisasi dini
< 24 jam pasca anestesi spinal.hal tersebut satu penyumbang kejadian TNS
pada pasien,selanjutnya kurangnya edukasi pada pasien yang menjalani anestesi
spinal, sehingga kebanyakan pasien dilapangan
melakukan mobilisasi lebih awal kurang dari 24 jam pasca anestesi spinal.
Gambaran kejadian Transient Neurological Symptoms pada punggung, pantat, dan ektremitas bawah pasien
Berdasarkan
lokasi terjadinya gejala Transient
Neurological Symptoms menurut Sudadi
Transient Neurological Symptoms adalah gejala berupa perasaan nyeri atau
tidak nyaman dipunggung, pantat, paha, atau ektremitas bawah (kedua kaki sampai
dengan tungkai ).
Hasil penelitian ini dari observasi yang telah
peneliti lakukan didapatkan insiden gejala TNS pada punggung lebih tinggi
dari TNS pada bokong/pantat dan kaki, Ashwin Sangkar dalam penelitianya tahun 2018 mendefinisikan
TNS sebagai nyeri punggung onset baru yang menyebar ke bokong atau kaki secara
bilateral(Sankar et al., 2018).Sedangkan menurut teori bahwa TNS
disebut juga iritasi radikuler transien
ditandai dengan nyeri punggung yang menjalar ke kaki tanpa disertai defisit
sensorik maupun motorik yang terjadi stelah anestesi spinal dan dapat hilang
spontan dalam beberapa hari (Rehatta et al.,
2019). Namun hasil penelitian tang dilakukan Ates dkk dalam penelitianya ditemukan nyeri
pada punggung hanya 3% sedangkan nyeri pada pinggang dan ektremitas bawah 13 %
dari pasien yang mengalami gejala TNS (Ateş Çetin et
al., 2018). Asumsi peneliti bahwa kejadian TNS yang
didominasi keluhan pada punggung pasien, Hal tersebut dimungkinkan berkaitan dengan faktor posisi operasi karena
salah satu faktor terjadinya TNS kebanyakan terjadi pada posisi lithotomy
artroscopy,Penekanan daerah punggung ini dipengaruhi oleh terganggunya
sirkulasi neuro muskuloer selama pembedahan dan saat pasien bedrest tanpa melakukan alih posisi mirang kanan dan
kiri selama menunggu proses pemulihan.
Gambaran kejadian Transient Neurological Symptoms pada H 1
dan H 2 Pasca anestesi spinal.
Hasil
observasi pasien yang mengalami TNS pada
H 1 dan H 2 pasca anestesi spinal ,bahwa
TNS pada H 1 lebih banyak terdokumentasi dari pada H 2. Dalam teori bahwa kejadian TNS muncul pada pasien pasca 24 jam pulih dari spinal anestesi. Gejala
paling sering muncul 2 sampai 5 jam setelah mobilisasi dan tanpa ditandai
dengan gejala defisit neurologis (Andre, 2018). Di katakana oleh sudadi dalam
bukunya Komplikasi pasca Anestesi spinal bahwa gejala TNS akan
sembuh sendirinya kurang dari 4 hari (Sudadi, 2017). ini sesuai dengan
penelitian pada tahun 2017 bahwa gejalanya TNS muncul dalam beberapa jam hingga
24 jam setelah pulih dari anestesi spinal dan dapat berlangsung hingga dua hingga
lima hari (Forget et al.,
2019).Sedangkan menurut penelitian vahabi.S dkk dalam
jurnalnya bahwa ditribusi TNS yang di obesrvasi 6jam,12jam,18 jam pasca 24jam (recovery) dan 48 jam pasca recovery tidak ada
perbedaan yang signifikan (S et al.,
2018).Namun pada penelitian yang dilakukan Atez dkk
bahwa dari evaluasi TNS yang dilakukan dalam 24 dan 48 jam pertama
pascaoperasi mendeteksi gejala TNS setelah 48 jam pasca operasi (Ateş Çetin et
al., 2018) Asumsi peneliti bahwa gejala TNS H 1 menunjukan
angka yang tinggi dimungkinkan karena berbagai faktor terutama karena proses
ambulasi yang terlalu cepat,posisi bedrest tanpa alih posisi ,atau kurangnya
kuatnya obat obat analgetik yang dikonsumsi pasien.Namun proses onsetnya
TNS tidak selalu muncul pada H1
tetspi muncul pada waktu H 2 atau bahkan hari 3.ini dimungkinkan bahwa
TNS ini merupakan gejala yang proses munculnya tiap individu berbeda beda.
Keterbatasan lainnya pada saat melakukan
informed consent pada saat pengambilan data awal, data demografi, dan informed consent serta kesediaan responden yang direncanakan diambil saat pasien ada di ruang penerimaan ternyata sangat
sulit. Hal ini terutama pada pasien yang butuh pelayanan segera seperti pada kasus kebidaan dimana rata-rata pasien kurang kooperatif karena rasa
cemas dan kesakitan, maka peneliti mengambil data demografi dan informed
KESIMPULAN
Data karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin yang di teliti, ditemukan jumlah pria lebih sedikit dari pada wanita.berdasarkan karakteristik responden
jenis pembedahan yang diteliti didapatkan hasil bedah umum lebih sedikit daripada bedah kebidanan ,berdasarkan
karakteristik responden berdasarkan jenis obat anestesi di dapatkan
penggunaan lidocain 5% lebih tinggi dari
bupivacain 0,5%.
Hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa angka kejadian Transient Neurological Symptoms pasca ansetesi spinal di Rsud brebes
berdasarkan hasil penelitian ini mencapai 11 orang (25%) dari 43 jumlah respondence
Berdasarkan waktu kejadianya insiden Transient Neurological Symptoms pasca anestesi spinal pada H 1 didokumentasikan hasil tinggi dari H 2 setelah anestesi spinal.
Menurut lokasi terjadinya gejala Transient
Neurological Symptoms pada area
punggung terdokumentasi lebih tinggi dari area
bokong/pantat dan ekstremitas bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Andre, Van Zunder. (2018). Gejala Neurologi Transien:Pencegahan dan Pengobatan.
Ateş Çetin, Zübeyde, Kayacan, Nurten, & Karsli,
Bilge. (2018). Transient neurological symptoms after spinal anesthesia. Agri,
30(2), 5870. https://doi.org/10.5505/agri.2018.76148
Forget, P., Ja, Borovac, Em, Thackeray, Nl, Pace, Forget, P.,
Ja, Borovac, Em, Thackeray, & Nl, Pace. (2019). Transient neurological
symptoms(TNS)following spinal anesthesia with lidocaine versus other local
anaesthetics in adult surgical patients: a network meta-analysis. Cochrane
Library, (12), 184. https://doi.org/10.1002/14651858.CD003006.pub4.www.cochranelibrary.com
Koo, Chang Hoon, Shin, Hyun Jung, Han, Sung Hee, & Ryu,
Jung Hee. (2020). Lidocaine vs. Other Local Anesthetics in the Development of
Transient Neurologic Symptoms (TNS) Following Spinal Anesthesia: A Meta-Analysis
of Randomized Controlled Trials. Journal of Clinical Medicine, 9(2),
493.
Lina, Nur. (2008). Faktor-faktor
risiko kejadian batu saluran kemih pada laki-laki (studi kasus di RS Dr.
Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang). program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Mohajer, Maryam. (2020). Comparison of Sprotte and Quincke Spinal Needles on the Frequency and
Severity of Transient Neurologic Syndrome (TNS) after Spinal Anesthesia in
Patients undergoing Cesarean Delivery: A Randomized Clinical Trial
2021-02-02T10:46:18Z dc.date.issued 2020 en.
Raharjo, Warsinggih, Wibowo, Agung Ary, Handaya, Adeodatus
Yuda, Arifin, Fransiscus, & Nugroho, Adianto. (2022). Buku Konsensus Nyeri Perioperatif dalam
Bidang Bedah Digestif. FIB Unhas Bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter
Spesialis Bedah Digestif
.
Rehatta, N. Margarit., Elizeus, & Hanindito, Aida R.
tanti. (2019). Anestesiologi Dan
Terapi Intensif:Buku Teks Kati-Perdatin. books.google(old).
S, Vahabi, A, Karimi, & M, Ghanavati. (2018). Comparison
of Complications between Gender during Spinal Anesthesia. Journal of Surgery
and Operative Care, 3(2), 211.
https://doi.org/10.15744/2455-7617.3.201
Sankar, Ashwin, Behboudi, Minou, Abdallah, Faraj W.,
Macfarlane, Alan, & Brull, Richard. (2018). Transient neurologic symptoms
following spinal anesthesia with isobaric mepivacaine: a decade of experience
at Toronto Western Hospital. Anesthesiology Research and Practice, 2018.
Santoso, Budi, & Dirdjo, Maridi M. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien Stroke Hemoragic dengan Post Craniotomy dan Trakeostomy Terhadap
Pemberian Preoksigen untuk Suction dalam Pencapaian Saturasi Oksigen di Ruang
Stroke Unit RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015.
Schwenk, Eric S., Kasper, Vincent P., Smoker, Jordan D.,
Mendelson, Andrew M., Austin, Matthew S., Brown, Scot A., Hozack, William J.,
Cohen, Alexa J., Li, Jonathan J., Wahal, Christopher S., Baratta, Jaime L.,
Torjman, Marc C., Nemeth, Alyson C., & Czerwinski, Eric E. (2020).
Mepivacaine versus bupivacaine spinal anesthesia for early postoperative
ambulation: A randomized controlled trial. Anesthesiology, (4), 801811.
https://doi.org/10.1097/ALN.0000000000003480
Sumarta, Norma Hanifah. (2020). Hubungan aktivitas fisik sehari-hari dengan derajat hipertensi pada
lansia di kota batu. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Warella, Natalia i, & Afitu, Nicolas Kasfar. (2023). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Op
Craniotomy Ec Tumor Otak Di Ruang Intensive Care Unit Rsud Labuang Baji
Makassar. Stik Stella Maris.
Yuniar, Ridho Abdi, Sukmaningtyas, Wilis, & Dewi,
Pramesti. (2023). Hubungan Pemberian Anastesi Spinal Levobupivacaine dengan
Kejadian Hipotensi pada Pasien Sectio Caesarea di Rsud Taman Husada Bontang. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 7(2), 1533215341.