Lentera: Multidisciplinary Studies
Volume 1 Number 4, August, 2023
p-ISSN: 2987-2472 | e-ISSN: 2897-7032
https://lentera.publikasiku.id/index.php
255
PENGALAMAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT SWASTA YOGYAKARTA
Kristianto Wicaksono
1*
, Agustina Sri Oktri Hastuti
2
, Theresia Tatik Pujiastuti
3
STIKes Panti Rapih Yogyakarta, Indonesia
1,2,3
E-mail: kristiantowicaksono29@gmail.com
1
, oktri_hastuti@stikespantirapih.ac.id
2
,
theresiatatikpuji[email protected]m
3
ABSTRAK
Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang menjalani hemodialisa mengalami banyak perubahan dalam
hidupnya. Terapi hemodialisa terbukti sukses sebagai terapi pendukung penyakit gagal ginjal kronik
dengan efektivitas tinggi. Terapi ini dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, namun tidak dapat
mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman pasien GGK
yang menjalani terapi hemodialisa dengan metode kualitatif dengan perspektif fenomenologi deskriptif.
Pengambilan data secara in dept interview pada 6 orang pasien GGK yang diambil secara purposive
sampling dan analisa data menggunakan metode Colaizi. Hasil penelitian mendapatkan 6 tema utama
yaitu 1 Pasien mengalami ketidaknyamanan pada seluruh tubuhnya setelah menjalani terapi hemodialisa,
tema ke 2 Pasien merasa sedih dan tidak percaya mengalami sakit yang berat, tema ke 3 pasien merasa
pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan yang baik selama menjalani therapi Hemodialisa, tema ke
4 pasien memiliki motivasi tinggi berasal dari diri sendiri, tema ke 5 Pasien semakin mendekatkan diri kepada
Tuhan sang pencipta dan tema ke 6 Pasien mengalami ketidaknyamanan mengikuti anjuran diet.
Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan bahwa pengalaman pasien GGK menjalani Hemodialisa
merupakan suatu hal penting yang menentukan keberhasilan terapi. Mengingat pentingnya pengalaman
pasien yang menjalani hemodialisa, maka disarankan keluarga dapat menemani, memberikan dukungan
dan semangat bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi Hemodialisa.
Kata Kunci: Gagal Ginjal Kronik ; Hemodialisa ; Pengalaman
ABSTRACT
Chronic Kidney Failure (CKD) patients undergoing hemodialysis experience many changes in their lives.
Hemodialysis therapy has proven successful as a supportive therapy for chronic kidney failure with high
effectiveness. This therapy can prolong life indefinitely, but cannot restore all kidney function.
Objective: This study aims to explore the experiences of CKD patients undergoing hemodialysis therapy
with a qualitative method with a descriptive phenomenological perspective. Methods: In-dept interview
data were collected on 6 CKD patients who were taken by purposive sampling. Results: The results of the
study found 6 main themes, 1 Patients experience discomfort throughout their body after undergoing
hemodialysis therapy, theme 2 Patients feel sad and do not believe they are experiencing severe pain,
theme 3 patients feel the importance of family support and a good environment while undergoing
Hemodialysis therapy, theme 4 patients have high motivation from themselves, theme 5 Patients get closer
to God the creator and theme, 6 Patients experience discomfort following dietary recommendations.
Given the importance of the experience of patients undergoing hemodialysis, it is recommended that
families can accompany, provide support and encouragement for chronic kidney failure patients
undergoing hemodialysis therapy.
Keywords: Chronic Kidney Failure ; Hemodialysis ; Experience
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International
[Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rumah Sakit Swasta Yogyakarta]
256
Kristianto Wicaksono, Agustina Sri Oktri Hastuti, Theresia Tatik Pujiastuti
PENDAHULUAN
Gagal ginjal merupakan masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari bahwa penyakit
gagal ginjal menduduki peringkat ke-12 tertinggi sebagai penyebab angka kematian dunia
Prevalensi Gagal ginjal kronik telah mencapai proporsi epidemik dengan 10-13% pada populasi
di Asia dan Amerika. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat jika prevalensi Diabetes
Mellitus dan Hipertensi juga terus meningkat (Agistia, 2018).
Berdasarkan data Riskesdas (Riskesdas, 2018), di Indonesia penyakit Gagal ginjal kronik
meningkat sebanyak 3,8% pada tahun 2018. Hal inimenunjukkan bahwa penderita gagal ginjal
kronik semakin meningkat setiap tahunnya. Penanganan pasien gagal ginjal kronik tahap akhir
dapat dilakukan dengan hemodialisa. Hemodialisa merupakan pengobatan (replacement
treatment) pada penderita gagal ginjal kronik stadium terminal, dimana fungsi ginjal digantikan
oleh alat yang disebut dyalizer (artifical kidney), pada dialyzer ini terjadi proses pemindahan zat-
zat terlarut dalam darah kedalam cairan dialisa atau sebaliknya (Wiliyanarti & Muhith, 2019).
Berdasarkan data Indonesian Renal Registry (Indonesian Renal Registry, 2018), pasien gagal
ginjal kronik yang masih menjalani hemodialisa rutin sampai pada tanggal 31 Desember 2018
meningkat sebanyak 53,59 % atau berjumlah 66.433 dibandingkan tahun 2017 sebanyak
30.831.Prevalensi tertinggi melakukan hemodialisa terletak pada Provinsi DKI Jakarta yaitu
sebesar 38,7% , urutan kedua yaitu Provinsi Bali 38% dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menempati urutan ke tiga yaitu sebesar 37,7%. Hal ini sama dengan data berdasarkan Rekam
Medis Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2020, bahwa jumlah pasien hemodialisa mengalami
kenaikan sebesar 11,08% dari jumlah pasien pada tahun 2019. Terapi hemodialisa terbukti sukses
sebagai terapi pendukung penyakit gagal ginjal kronik dengan efektivitas tinggi. Terapi ini dapat
memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, namun tidak dapat mengembalikan seluruh fungsi
ginjal. Berdasarkan data yang dilakukan oleh Perkumpulan Nefrologi Indonesia tahun 2014 82%
orang lebih banyak melakukan terapi hemodialisa dibandingkan dengan CAPD (Continuos
Ambulatory Peritoneal Dialysis) yaitu 12,8% dan transplantasi ginjal yaitu 2,6%. Hal ini
menunjukan bahwa hemodialisa menjadi salah satu terapi yang paling sering digunakan
masyarakat untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah terganggu (Kristianti, Widani, &
Anggreaini, 2020).
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisa harus dapat beradaptasi
dengan program dialysis, ketergantungan pada mesin hemodialisa, perubahan pola hidup dan
gaya hidup seperti harus melakukan terapi hemodialisa secara rutin, melakukan pembatasan
cairan, dan diet Gagal Ginjal Kronik. penerimaan penyakit dan pengobatan sangat penting agar
pasien dapat disiplin dalam terapi dan dietnya. Penerimaan diri seseorang akan mempengaruhi
lamanya mengambil suatu keputusan. Petugas kesehatan, khususnya perawat dapat mendorong
penerimaan diri melalui komunikasi yang terapeutik dan penjelasan secara terperinci tentang
penyakit dan pengobatan yang akan dilakukan oleh pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya
(Bayhakki & Hatthakit, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal
22 Juni 2021 kepada sebanyak 10 pasien di ruang Hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih dengan
metode wawancara didapatkan bahwa pasien yang melakukan terapi hemodialisa tampak cemas
karena takut dengan manajemen terapi yang dihadapi. Merasa takut dan khawatir sehingga selalu
bertanya tentang keadaannya menjalani terapi hemodialisa. Perasaan cemas takut dan khawatir
akan keadaan kesehatan, perkembangan, dan selama proses hemodialisa sehingga menyebabkan
pasien gelisah berlebihan. Selama proses hemodialisa berlangsung bahwa banyak pasien terlihat
murung, kurang semangat, takut gelisah, dan kurang percaya diri. Selain itu, pasien tersebut tidak
bisa bekerja terlalu berat merubah pola dan gaya hidup sebelum sakit dengan kondisi sakit saat
ini. Penjelasan yang lengkap dan akurat, pemahaman dan kesiapan yang optimal dibutuhkan oleh
pasien yangmenjalani terapi hemodialisa. Maka dari itu peneliti tertarik untuk menggali lebih
dalam pengalaman pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta.
[Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rumah Sakit Swasta Yogyakarta]
Vol. 1, No. 4, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
257
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan metode Phenomenology deskriptif.
Variabel yang dianalisa adalah pengalaman menjalani di Hemodialisa Rumah Sakit Swasta
Yogyakarta. Peneliti memilih metode kualitatif phenomenology deskriptif yang digunakan untuk
menggali dan membangun pemahaman atas pengalaman pengalaman yang dialami seseorang,
rata-rata jumlah pasien HD perbulannya adalah 300 pasien dengan tambahan kasus baru 15-20
pasien perbulan. Metode yang digunakan untuk melakukan analisa data yaitu dengan metode
Colaizzi. Alasan pemilihan metode analisa ini didasarkan pada kesesuaian dengan filosofi
Hussserl, yaitu suatu penampakan fenomena hanya akan ada bila ada subyek yang mengalami
fenomena (informan), sehingga sangat cocok untuk memahami arti dan makna suatu fenomena
pengalaman. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 6 partisipan. Sampel dalam penelitian
ini adalah pasien Gagal Ginjal Kronik yang memenuhi kriteria baik inklusi maupun eksklusi dan
sedang menjalani terapi hemodialisa di unit HD Rumah Sakit Swasta Yogyakarta. Teknik
sampling dalam penelitian ini yaitu menggunakan purposive sampling, dimana teknik
pengambilan sampel dipilih dengan pertimbangan dan tujuan yang sesuai dengan penelitian.
Peneliti menjelaskan tujuan dari peneliti. Peneliti meminta persetujuan partisipan, lalu partisipan
menandatangani informed consent dilanjutkan dengan membuat perjanjian wawancara, setelah
seleasai wawancara peneliti memverifikasi dan validasi hasil wawancara mendalam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi 6 tema, antara lain:
a. Pasien mengalami ketidaknyamanan seluruh tubuh setelah menjalani terapi HD
Perubahan fisik yang terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa yaitu kaki kram,
lebih cepat capek, sering mengeluh bengkak, sering lemah, dan sering pingsan (Dani dkk.,
2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalina (2018) secara keseluruhan
pasien gagal ginjal kronik memiliki perubahan pada fisiknya seperti pasien merasa kelelahan,
mual dan muntah, kram otot, nyeri, kulit kering dan pusing dan perubahan tersebut merupakan
manifestasi klinis dari gagal ginjal kronik.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hampir semua partisipan mengalami
ketidaknyamanan seluruh tubuh diantaranya lemas, mual dan muntah. Berikut pemaparan
dari partisipan tersebut :
“Rasa di lidah kacau, lemas, mual muntah.” (P1, 43 tahun) demikian pula partisipan
yang lain juga menyatakan “perubahan menjalani cuci darah ya rasa mual itu bisa hilang,
Alhamdulillah ya apa namanya saya juga makan sudah mulai normal kembali” (P6, 42
tahun)
a. Pasien merasa sedih dan tidak percaya mengalami sakit yang berat
Hasil penelitian mengungkapkan saat pertama kali mendengar hasil diagnose medis
bahwa hampir semua pasien yang mengidap penyakit gagal ginjal dan harus menjalani terapi
hemodialisa mengalami syok, kaget, menyangkal dan tidak percaya. Berikut pemaparan dari
partisipan tersebut :
“Awalnya kaget, tidak mengira bisa sakit gagal ginjal.” (P1, 43 th) “awalnya syok, kaget
saat divonis dokter.” (P5)
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menurut Irmawati (2009), bahwa pasien
yang baru beberapa kali melakukan cuci darah cenderung memiliki tingkat kecemasan dan
stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang sudah berkali-kali melakukan cuci
darah.
[Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rumah Sakit Swasta Yogyakarta]
258
Kristianto Wicaksono, Agustina Sri Oktri Hastuti, Theresia Tatik Pujiastuti
Hasil penelitian mengungkapkan setelah menjalani terapi hemodialisa, beberapa pasien
mulai dapat menerima dan juga pasrah akan semua terapi yang harus dijalani termasuk terapi
hemodialisa. Berikut pemaparan dari partisipan tersebut :
“Saya nggak sampai depresi karena saya inget kalau hidup hanya sekali, jadi harus
dibuat senang dan pasrah.” (P2)
“Terus saya mencoba mencari alternatif dan opsi lain kerumah sakit lain, tapi malah
kondisi jadi jelek. Akhirnya saya mencoba menerima dan pasrah bahwa saya memang harus
cuci darah, karena saat itu saya juga sudah drop.” (P5)
Sesuai dengan penelitian menurut Hartono, (2016) dalam (Putra, 2019). Pasien gagal
ginjal mengungkapkan pendapat partisipan mengenai penyakitnya yang sangat berbeda
dengan respon emosi saat pertama kali mengidap gagal ginjal, yang dominan mengungkapkan
emosi negatif.
b. Pasien merasa pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan yang baik selama menjalani
terapi HD
Berdasarkan Kristianti dkk., (Kristianti, Widani, & Anggreani, 2020) pengalaman
social tersebut sangat dirasakan ketika para pasien terdiagnosa terapi gagal ginjal kemudian
menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit. Bagi pasien yang sudah terdiagnosa stadium
V, mereka diwajibkan mengikuti terapi hemodialisis 2-3x seminggu. Adanya frekuensi
dialysis ini membuat pasien harus menyesuaikan aktivitas sosialnya dengan jadwal HD yang
sudah ditentukan. Pada pasien HD sangat rentan kehilangan pekerjaan akibat masalah fisik
maupun waktu, mayoritas dari pasien gagal ginjal kronik tidak bekerja, dan untuk pasien yang
mendapatkan terapi hemodialisa tidak pernah kembali pada aktivitas atau pekerjaan dan
hanya diam di rumah.
Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dikemukakan oleh Alhusaini dkk.,
(Alhusaini dkk., 2019) bahwa Pasien yang menjalani terapi hemodialisa, mampu
mempertahankan interaksi sosial dan dukungan sosial yang lebih aktif, dengan adanya respon
yang baik sehingga pasien mampu merasakan kesehatan fisik yang optimal.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa partisipan merasa pihak keluarga membantu
menyiapkan segala bentuk kebutuhan pasien. Berikut pemaparan dari partisipan tersebut :
“Dari keluarga, ibu saya jadi kerja keras, apa-apa sudah disediakan oleh ibu baik masak
air untuk mandi dan sekalian diangkatin biasanya, saya jadi kasian sama ibu saya.” (P1, 43
tahun)
Hasil penelitian pasien lain juga mengungkapkan bahwa pihak keluarga mengingatkan
pasien agar tidak terlalu capek, serta ada larangan bahwa partisipan tidak boleh sendirian
dalam melakukan kegiatannya. Berikut pemaparan dari partisipan tersebut :
“saya mau nyupir sendiri aja gak boleh tetep harus di setirkan adik saya. Sewaktu
hemodialisa juga harus ditungguin adiksaya, tidak boleh orang lain apalagi bukan
keluarga.” (P4, 59 tahun)
Hasil penelitian pasien yang lain juga mengungkapkan bahwa pihak keluarga
mendampingi partisipan saat menjalani terapi hemodialisa, serta ada yang memberikan
dukungan. Berikut pemaparan dari partisipan tersebut :“Dari keluarga, sangat mendukung
dan memberi semangat, apalagi istri saya, selalu mendampingi dan memberikan dukungan
moril walaupun harus bolak balik ke Jakarta, karena kebetulan istri saya kerja di Jakarta.”
(P2, 35 tahun)
Hasil penelitian mengungkapkan tetangga sekitar membantu biaya sekolah anak
partisipan serta ada yang member keringanan untuk kerja bakti. Berikut pemaparan dari
partisipan tersebut :
“dari tetangga sekitar, jadi lebih diperhatikan, apalagi saya juga dibantu untuk daftarin
anak saya keyayasan yatim piatu dan dhuafa supaya dibantu biaya sekolah, terus ada yang
bantu untuk belanja.” (P1, 43 tahun)
[Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rumah Sakit Swasta Yogyakarta]
Vol. 1, No. 4, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
259
“dari tetangga sekitar ada bentuk perhatian, contoh nya kalau saya dalam kerja bakti,
saya kurang saya mohon maaf karena saya cuci darah, dan tetangga mengerti.” (P4, 59
tahun)
c. Pasien memiliki motivasi tinggi berasal dari diri sendiri
Menurut penelitian Yang dkk., (Yang dkk., 2015), dengan judul Health-related quality of
life of Asian patients with end-stage renal disease (ESRD) in Singapore didapatkan
kesimpulannya, karakteristik pasien gagal ginjal yang dilakukan hemodialisa Perlu motivasi
diri yang kuat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisa seperti di Singapura. Adanya hubungan yang kuat motivasi diri dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal di Singapura.
Demikian pula sesuai dengan menurut penelitian (Schmidt-Busby dkk., 2019), tanggung
jawab aktif untuk manajemen diri mereka setelah diagnosis ESRD mereka. Dalam
menghadapi diagnosis akhir mereka, motivasi peserta untuk mengelola sendiri kesehatan
mereka didorong oleh harapan; harapan untuk hidup cukup lama untuk mengubah warisan
keluarga mereka dari ggk dan ESRD. Untuk mencapai ini, ada ketergantungan pada anggota
keluarga sebagai sumber daya untuk dukungan manajemen diri. Sama hal nya dengan
pemaparan seluruh responden.
Menurut penelitian Lee, U. J.et al (Lee dkk., 2015), dengan judul Influence of frailty on
health-related quality of life in pre-dialysis patients with chronic kidney disease in Korea: a
cross-sectional study didapatkan penelitian ini menunjukkan bahwa kelemahan dalam
memotivasi diri mempengaruhi kualitas hidup baik fisik dan mental pada pasien pra-dialisis
dengan gagal ginjal di Korea. Perhatian lebih harus diberikan sebagai deteksi dini dan
pencegahan kelemahan dalam memotivasi diri untuk meningkatlan kualitas hidup pasien
gagal ginjal. Pembelajaran lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan intervensi yang
efektif untuk mengatasi kelemahan pada motivasi diri. Secara bivariat ada hubungan
bermakna antara kelemahan dalam memotivasi diri dengan rendahnya kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik di Korea.
Berikut pemaparan dari beberapa pasien tersebut
“saya mikirnya saya itu masih ingin bahagiain keluarga saya, apalagi saya baru nikah
dan belum dikaruniai anak, jadi motivasi utama yaitu istri.” (P2, 35 tahun)
“yang pertama karena keluarga ya Tulang punggung anak-anak masih kecil masih
pengen nemenin mereka gitu keluarga” (P6, 42 tahun)
d. Pasien mengalami perubahan dalam menjalai hidup yaitu semakin mendekatkan diri kepada
Tuhan sang pencipta
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa beberapa partisipan semakin rajin beribadah
setiap harinya dengan menambah jam berdoa. Spiritualitas merupakan contributor health
related quality of life yang penting bagi pasien dengan penyakit yang membatasi kehidupan.
Spritualitas merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari kualitas hidup individu dan
merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi penderita gagal ginjal kronik (Muzaenah
& Makiyah, 2018). Spiritualitas mencakup nilai, prinsip, kepercayaan, kekuatan batin,
universal, subyektif, multi dimensi dan transendental, umumnya dialami secara individual.
Empat tema spiritualitas pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
diantaranya mendekatkan diri kepada Tuhan seperti rajin beribadah, memperdalam ilmu
agama, dan memperbaiki kualitas ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Dukungan dari orang
terdekat, seperti dukungan dari keluarga, pasangan hidup, dan teman-teman terdekat.
Mempunyai harapan besar untuk sembuh, seperti mencoba pengobatannon medis, yakin
dengan mukjizat dan selalu berdoa agar diberi kesembuhan. Menerima dengan ikhlas
penyakit yang diderita, seperti menerima penyakit sebagai bagian dari cobaan dari Tuhan. Hal
ini menunjukkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisa menggunakan pendekatan
[Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rumah Sakit Swasta Yogyakarta]
260
Kristianto Wicaksono, Agustina Sri Oktri Hastuti, Theresia Tatik Pujiastuti
spiritualitas sebagai koping untuk menghadapi penyakit terminal yang dideritanya (Mailani,
2015).
Berdasarkan hasil penelitian yang saya dapatkan ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Mailani, (2015) spiritualitas pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa diantaranya mendekatkan diri kepada Tuhan seperti rajin beribadah,
memperdalam ilmu agama, dan memperbaiki kualitas ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
Dukungan dari orang terdekat, seperti dukungan dari keluarga, pasangan hidup, dan teman-
teman terdekat. Mempunyai harapan besar untuk sembuh, seperti mencoba pengobatan non
medis, yakin dengan mukjizat dan selalu berdoa agar diberi kesembuhan. Menerima dengan
ikhlas penyakit yang diderita, seperti menerima penyakit sebagai bagian dari cobaan dari
Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisa menggunakan
pendekatan spiritualitas sebagai koping untuk menghadapi penyakit terminal yang
dideritanya baik pada responden satu sampai enam.
Berikut pemaparan dari beberapa pasien tersebut :
“sekarang jadi sering dibanyakin doa malam tiap jam 12. Jadi semenjak sakit, saya jadi
lebih mendekatkan diri ke Tuhan.” (P2, 35 tahun)
“Untuk doa pasti saya lakukan sampai sekarang dan masih doa tengah malam jam 1-2.”
(P4, 59 tahun)
e. Pasien mengalami ketidaknyamanan mengikuti anjuran diet GGK
Hasil wawancara pada seluruh responden menyatakan bahwa pasien kesulitan terhadap
pembatasan cairan dan diet dikarenakan . Hambatan yang dipersepsikan individu dalam
menjalani perilaku yang dianjurkan (perceived barrier) pada pasien GGK mempengaruhi
tingkat kepatuhan pasien. Hambatan ini dapat berasal dari internal dan eksternal. Hambatan
yang berasal dari internal mengenai persepsi dirinya mengenai kemampuan yang dimiliki
agar dapat menampilkan perilaku yang dianjurkan, sedangkan hambatan eksternal dapat
berasal dari keterlibatan orang terdekat, lingkungan serta keterlibatan petugas kesehatan.
Perilaku kontrol yang baik terhadap pembatasan asupan cairan dapat dipengaruhi oleh
pemberian konseling diet dan cairan. Maka dari itu, pemberian konseling diet dan cairan
setiap kali pasien menjalani HD perlu dilakukan. Hal ini sesuai dengan penelitian Tanujiarso
dkk., (Tanujiarso dkk., 2014) yang menunjukkan bahwa pemberian konseling diet cairan
terbukti efektif terhadap pengontrolan IDWG pada pasien GGK yang menjalani HD.
Konseling diet dan cairan dapat melibatkan peran serta keluarga karena semakin tinggi
dukungan sosial, maka semakin tinggi pula pasien GGK berperilaku patuh terhadap
pembatasan cairan (Arjani, 2017). Hal ini sejalan dengan penelitian Andriani dkk., (Andriani
dkk., 2013) yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial
terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa beberapa partisipan merasa kesulitan dalam diet
pembatasan cairan, makanan maupun buah buahan yang dibatasi. Berikut pemaparan dari
beberapa pasien tersebut “iya mas klo makan sih sama aja, lebih ke batasin minum itu agak
sulit karena saya aktifitas kan diluar ruangan ya”
“paling berat adalah masalah buah dan pembatasan minum itu berat saya diatasi klo
minum saya hanya kumur kumur saja untuk menghilangkan rasa haus sama cuci muka. Klo untuk
makan saya pengen makan apa saja saya beli kecuali yg tidak boleh dimakan”
KESIMPULAN
Simpulan dari seluruh pembahasan yang telah dipaparkan oleh penulis dari bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan penelitian ini mengungkapkan bahwa pengalaman pasien
GGK yang menjalani Hemodialisa di rumah sakit Panti Rapih baik fisiologis, psikologis, sosial
dan spiritual merupakan tahapan yang dialami oleh setiap pasien Hemodialisa. Hasil penelitian
ini mendapatkan 5 tema utama yaitu Ketidaknyamanan seluruh tubuh setelah menjalani terapi
[Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rumah Sakit Swasta Yogyakarta]
Vol. 1, No. 4, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
261
HD, Merasa sedih dan tidak percaya mengalami sakit yang berat, Pentingnya dukungan keluarga
dan lingkungan yang baik selama menjalani therapi HD, Motivasi tinggi berasal dari diri sendiri,
Semakin mendekatkan diri kepada Tuhan sang pencipta. Perubahan-perubahan yang dirasakan
setelah menjalani hemodialisa adalah berat badan membaik, nafsu makan membaik, serta sudah
merasa seperti manusia normal kembali seperti saat mereka belum terdiagnosis. Pasien yang
menjalani terapi hemodialisa mempunyai semangat yang kuat dalam diri mereka sendiri. Adanya
pasien lain serta dukungan keluarga dan optimalnya pelayanan dari perawat membuat semangat
dalam diri mereka semakin besar dalam menjalani hemodialisa. Motivasi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam menjalani hemodialisa yang harus dilakukan pada
pasien gagal ginjal kronis, semakin kuat. Motivasi yang diterima dan dimiliki pasien dalam
melakukan hemodialisa yang intens, bersiklus, waktu pengobatan yang lama dan rawat inap
berulang maka akan mempengaruhi peningkatan kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, sosial
dan lingkungan, dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Agistia, W. S. (2018). Gambaran Berduka Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani
Hemodialisis Di Rsud Dr.Soekarjdo Tasikmalaya [Skripsi, Universitas Padjadjaran].
http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/35417
Alhusaini, O. A., Wayyani, L. A., Dafterdar, H. E., Gamlo, M. M., Alkhayat, Z. A., Alghamdi,
A. S., & Safdar, O. Y. (2019). Comparison of quality of life in children undergoing
peritoneal dialysis versus hemodialysis. Saudi Medical Journal, 40(8), 840843.
https://doi.org/10.15537/smj.2019.8.12747
Andriani, D. A., Chanif, C., & Rosidi, A. (2013). Hubungan Dukungan Sosial terhadap Kepatuhan
Pembatasan Asupan Cairan pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Kota Semarang. . Jurnal Keperawatan.
Arjani, I. (2017). Gambaran Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
(GGK) Yang Menjalani Terapi Hemodialisis di Rsud Sanjiwani Gianyar. Meditory : The
Journal of Medical Laboratory, 4(2). https://doi.org/10.33992/m.v4i2.64
Bayhakki, B., & Hatthakit, U. (2012). Lived Experiences of Patients On Hemodialysis: A Meta-
Synthesis. Nephrology Nursing Journal, 39(4), 295304.
https://www.researchgate.net/profile/Bayhakki-
Bayhakki/publication/232244841_Lived_Experiences_of_Patients_On_Hemodialysis_A_
Meta-Synthesis/links/56dcf21008aebabdb4142cee/Lived-Experiences-of-Patients-On-
Hemodialysis-A-Meta-Synthesis.pdf
Dani, R., Utami, G. T., & Bayhakki, B. (2016). Hubungan Motivasi, Harapan, dan Dukungan
Petugas Kesehatan terhadap Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik untuk Menjalani
Hemodialisis. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau, 2(2), 13621371.
Indonesian Renal Registry. (2018). 10th Report Of Indonesian Renal Registry 2018. Indonesian
Renal Registry. https://www.indonesianrenalregistry.org/
Kristianti, J., Widani, N. L., & Anggreaini, L. D. (2020). Pengalaman Pertama Menjalani
Hemodialisa Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia,
10(03), 6571. https://doi.org/10.33221/jiiki.v10i03.619
[Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rumah Sakit Swasta Yogyakarta]
262
Kristianto Wicaksono, Agustina Sri Oktri Hastuti, Theresia Tatik Pujiastuti
Kristianti, J., Widani, N. L., & Anggreani, L. D. (2020). Pengalaman pertama menjalani
hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia,
10(3), 6571.
Lee, S. J., Son, H., & Shin, S. K. (2015). Influence of frailty on health-related quality of life in
pre-dialysis patients with chronic kidney disease in Korea: a cross-sectional study. Health
and Quality of Life Outcomes, 13(1), 70. https://doi.org/10.1186/s12955-015-0270-0
Mailani, F. (2015). Kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis:
systematic review. Ners jurnal keperawatan, 11(1), 18.
Muzaenah, T., & Makiyah, S. N. N. (2018). Pentingnya Aspek Spiritual pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik dengan Hemodialisa: A Literature Review . Herb-Medicine Journal, 1(2).
https://doi.org/10.30595/hmj.v1i2.3004
Putra, S. J. (2019). Pengaruh Promosi Kesehatan mengunakan Metode Snow Balling terhadap
Pengetahuan tentang Pencegahan Penyakit HIV/Aids pada Komunitas Puzzle Indonesia
Kota Bandung Tahun 2019 [Skripsi, Universitas Bhakti Kencana].
http://localhost:8080/xmlui/handle/123456789/2353
Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Riset Kesehatan Dasar . www.depkes.go.id
Schmidt-Busby, J., Wiles, J., Exeter, D., & Kenealy, T. (2019). Self-management action and
motivation of Pacific adults in New Zealand with end-stage renal disease. PLOS ONE, 14(9),
e0222642. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0222642
Tanujiarso, B. A., Isomah, I., & Supriyadi, S. (2014). Efektifitas Konseling Diet Cairan Terhadap
Pengontrolan Interdialytic Weight Gain (IDWG) Pasien Hemodialisis di RS Telogorejo
Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 6(1).
Wiliyanarti, P. F., & Muhith, A. (2019). Life Experience of chronic kidney diseases undergoing
hemodialysis therapy. NurseLine Journal, 4(1), 5460.
Yang, F., Griva, K., Lau, T., Vathsala, A., Lee, E., Ng, H. J., Mooppil, N., Foo, M., Newman, S.
P., Chia, K. S., & Luo, N. (2015). Health-related quality of life of Asian patients with end-
stage renal disease (ESRD) in Singapore. Quality of Life Research, 24(9), 21632171.
https://doi.org/10.1007/s11136-015-0964-0