Lentera: Multidisciplinary Studies
Volume 1 Number 4, August, 2023
p- ISSN: 2987-2472 | e-ISSN: 2897-7032
https://lentera.publikasiku.id/index.php
217
UPAYA PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA DI MTS MIFTAHUL HUDA
Aulia Savira Putri
1
, Melinda Azwia
2*
, Ani Qotuz zuhro’ Fitriana
3
Fakultas Dakwah, UIN Khas Jember, Jawa Timur Indonesia
1,2,3
E-mail: ap9129785@gmail.com
1
, melindaazwial14@gmail.com
2
3
ABSTRAK
Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat merubah bangsa ini menjadi lebih
baik, akan tetapi banyak remaja yang melakukan kenakalan dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
yang melanggar aturan, norma, dan nilai-nilai yang sudah ada. Kenakalan remaja ini meresahkan untuk
masyarakat. Kenakalan remaja merupakan perilaku yang menggambarkan adanya kesalahan dalam pola
Pendidikan, baik di sekolah, keluarga, bahkan dimasyarakat. Adapun faktor adanya kenakalan remaja
disebabkan oleh pola asuh orang tua yang salah, lingkungan sekolah yang buruk, kontrol diri yang lemah,
lingkungan sosial dan masyarakat yang kurang mendukung dan juga salah dalam pergaulan. Kenakalan
remaja tidak hanya dilakukan oleh orang yang putus sekolah, akan tetapi juga orang yang berstatus
menjadi siswa. kenakalan remaja ini juga terjadi pada siswa MTs Maftahul Huda untuk kenakalan remaja
ini harus mendapatkan perhatian dari pihak keluarga dan juga pihak sekolah, serta mereka harus
melakukan berbagai upaya untuk mencegah kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa.
Kata Kunci: Pencegahan; Kenakalan Remja; Siswa Siswi SMP
ABSTRACT
Teenagers are the next generation of the nation who are expected to change this nation for the better, but
many teenagers commit delinquency and these actions are actions that violate existing rules, norms, and
values. This juvenile delinquency is troubling for society. Juvenile delinquency is a behavior that
illustrates errors in educational patterns, both in schools, families, and even in the community. The factors
of juvenile delinquency are caused by wrong parenting, poor school environment, weak self-control,
social and community environment that is less supportive and also wrong in association. Juvenile
delinquency is not only committed by people who drop out of school, but also people who are students.
This juvenile delinquency also occurs in MTs Maftahul Huda students for juvenile delinquency must get
attention from the family and also the school, and they must make various efforts to prevent juvenile
delinquency committed by students.
Keywords: Prevention; Juvenile Delinquency; Middle School Students
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah periode peralihan yang tidak terputus atau berubah dari masa
sebelumnya, melainkan merupakan transisi dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya.
Pengalaman masa lalu akan memberikan pengaruh pada masa sekarang dan masa depan. Saat
anak-anak memasuki masa remaja, mereka perlu meninggalkan perilaku dan sikap yang terkait
dengan masa kecil, serta belajar mengadopsi pola perilaku dan sikap baru sebagai pengganti yang
telah ditinggalkan. Remaja diharapkan menjadi generasi penerus bangsa yang mampu mengubah
bangsa menjadi lebih baik. Namun, seringkali remaja melakukan pelanggaran terhadap aturan,
norma, dan nilai-nilai yang sudah ada (Marwoko, 2019). Seperti kenakalan remaja yang begitu
mengkhawatirkan dan meresahkan untuk masyarakat. Menurut Harefa, dkk., (2022). Masalah
sosial hingga saat ini yang masih sering terjadi pada masyarakat salah satunya yakni perbuatan
yang menyimpang dilakukan oleh remaja yang biasa disebut dengan sebutan delinquency (Afrita
& Yusri, 2023).
[Upaya Pencegagahan Kenakalan Remaja di MTs Miftahul Huda]
218
Aulia Savira Putri, Melinda Azwia, Ani Qotuz zuhro’ Fitriana
Perilaku kenakalan remaja (juvenile delinquency) mencerminkan kesalahan dalam pola
pendidikan, termasuk pendidikan di rumah, masyarakat, dan sekolah. Penilaian terhadap hal ini
tidak dapat disederhanakan ke dalam satu aspek saja, melainkan melibatkan banyak aspek,
termasuk aspek individu remaja itu sendiri. Pada dasarnya, kenakalan remaja menunjukkan
kurangnya disiplin remaja dalam mengikuti aturan dan norma yang berlaku, baik dalam keluarga,
sekolah, masyarakat, maupun dalam norma diri sebagai individu. Untuk mencegah hal ini, penting
bagi individu remaja untuk diberikan pemahaman yang baik mengenai norma-norma tersebut
sebelumnya melalui pendidikan yang diberikan oleh keluarga mereka (Rahmawati, 2016).
Kenakalan remaja bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pola asuh orang tua yang
salah, lingkungan sekolah yang buruk, kontrol diri yang lemah, lingkungan sosial dan masyarakat
yang kurang mendukung dan juga salah dalam pergaulan sehingga menyebabkan remaja ini
menjadi nakal. Kenakalan remaja ini tidak hanya dilakukan oleh orang yang putus sekolah saja,
tetapi juga remaja yang statusnya sebagai pelajar. Kenakalan reamaja ini juga terjadi pada siswa
di MTs Maftahul Huda kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa disekolah tersebut seperti:
merokok, membolos, melawan guru, mencuri. pergaulan remaja pada MTs ini harus mendapat
pengawasan terutama dari pihak sekolah dan juga orang tua remaja tersebut, sehingga dengan
adanya pengawasan dapat meminimalisir adanya kenakalan remaja. Selain adanya pengawasan
juga perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh pihak sekolah dan orang tua dalam
mencegah kenakalan remaja tersebut. Hal inilah yang melatar belakangi peneliti dalam
mengangkat judul “Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja di MTs Maftahul Huda”.
METODE PENELITIAN
Pada pelaksanaan penelitian ini metode yang digunakan yakni pendekatan deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitatif ialah jenis penelitian yang mengumpulkan data alami melalui
observasi dan analisis mendalam. Bodgan & Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
langkah-langkah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun
lisan dari subjek penelitian. Metode kualitatif biasanya tidak menggunakan perhitungan angka
pada statistika sosial, akan tetapi lebih menekankan perolehan data dengan hasil observasi dan
wawancara. Jenis penelitian deskriptif sendiri merupakan penjabaran atau mendeskripsikan
subjek penelitian. Data deskriptif ialah suatu data yang diuraikan dengan menggunakan kata-kata
secara detail (Rukin, 2021). Kualitatif deskriptif digunakan untuk menjabarkan teori dari data
yang telah didapatkan di lapangan atau tempat penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di MTs
Maftahul Huda, di kecamatan Jenggawah kabupaten Jember. Instrumen yang digunakan yaitu
observasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk memperoleh data atau informasi dengan
melihat dan mengamati. Sedangkan wawancara digunakan untuk mengetahui informasi lebih
lanjut. Subyek penelitian yang digunakan pada penelitian yaitu guru BK dan beberapa siswa.
Subyek yang didapat dalam penelitian ini melalui Teknik Simple Random Sampling. Menurut
Sugioyono (2001), Simple Random Sampling dinyatakan sederhana karena pengambilan sampel
pada penelitian dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata pada populas (Mamik, 2015).
Jadi, Teknik Simple Random Sampling dengan melakukan pengumpulan data diambil secara acak
dari individu maupun kelompok dari keseluruhan populasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kenakalan remaja menurut beberapa ahli:
Kenakalan remaja merujuk pada tindakan yang dilakukan oleh remaja yang melanggar
peraturan, termasuk pelanggaran hukum, agama, serta norma-norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Tindakan ini dapat menyebabkan kerugian bagi orang lain dan mengganggu
[Upaya Pencegagahan Kenakalan Remaja di MTs Miftahul Huda]
Vol. 1, No. 4, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
219
ketertiban masyarakat secara umum, termasuk remaja tersebut sendiri menurut Willis, (2014)
dalam (Maryuti & Sari, 2022).
Menurut Kartono (1992), Kenakalan remaja merujuk pada perilaku yang melibatkan
kejahatan atau kenakalan pada anak-anak dan remaja. Ini merupakan gejala sosial yang patologis,
di mana remaja mengembangkan perilaku yang menyimpang akibat pengabaian sosial. Kenakalan
remaja mencakup rentang luas, mulai dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
hingga pelanggaran status, bahkan tindakan kriminal (Suryandari, 2020).
Menurut Sudarsono (1991), Kenakalan remaja terjadi pada tindakan yang melanggar
hukum, bertentangan dengan norma-norma sosial, mengabaikan prinsip-prinsip kepatutan, dan
melanggar ketentuan agama yang dilakukan oleh remaja (Suryawan, 2016).
Berdasarkan beberapa definisi kenakalan remaja di atas dapat disimpulkan bahwa
kenakalan remaja merupakan gejala sosial yang disebabkan karena adanya pengabaian sosial, dan
kenakalan remaja juga berdampak negatif terhadap psikologi anak yang menjadi pelaku
kenakalan remaja, dan akibat dari kenakalan remaja ini dapat mengganggu ketentraman
masyarakat, menyebabkan kerugian pada orang lain, atau bahkan berdampak pada dirinya sendiri,
karena perilaku ini termasuk perilaku yang melanggar hukum, agama, serta norma-norma yang
berlaku.
Bentuk-bentuk kenakalan remaja yang umum dilakukan disekolah
Sunarwiyati S. (1985) Kenakalan remaja dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori,
yaitu: a. Kenakalan biasa, seperti terlibat dalam tawuran, sering berkeluyuran, sering membolos
sekolah, atau pergi dari rumah tanpa memberi tahu. b. Pelanggaran yang berkaitan dengan
tindakan kejahatan dan pelanggaran, seperti mengemudi tanpa Surat Izin Mengemudi (SIM),
mengambil barang orang tua tanpa izin, dan sejenisnya. c. Kenakalan khusus, seperti
penyalahgunaan narkoba atau obat-obatan terlarang, kasus pemerkosaan, dan berbagai tindakan
lainnya (Sarwirini, 2011).
Tingkat kenakalan remaja di era sekarang ini semakin meningkat, hal ini perlu diperhatikan
oleh para orang tua yang memiliki anak remaja. Ada berbagai contoh kenakalan remaja yang bisa
terjadi, mulai dari sifatnya yang tidak membahayakan hingga tindakan kriminal. Adapun bentuk
kenakalan remaja sebagai berikut:
1. Merokok
Merokok di jaman sekarang merupakan hal yang wajar dan sudah tidak asing lagi di kalangan
pelajar, di kalangan remaja sendiri merokok dianggap sebagai bagian dari gaya hidup yang
bisa memberikan kenikmatan tersendiri bagi dirinya, meskipun itu akan membahayakan bagi
orang di sekitarnya. Terkadang remaja merokok juga karena tidak ingin ditinggal oleh
kelompoknya dan juga sebagai pelampiasan untuk melupakan masalahnya. Menurut
Joewana (2004) penyebab dari perilaku merokok pada remaja dengan adanya pengakuan bisa
mengilangkan kekecewaan, serta menganggap hal tersebut tidak melanggar norma (Prasasti,
2017).
2. Bolos sekolah
Menurut Marti dkk,. (2026) perilaku membolos merupakan perbuatan yang dilakukan oleh
siswa tidak mengikuti jam pelajaran atau tidak hadirnya siswa tanpa alasan yang jelas (Utami
et al., 2017). Bolos sekolah sering dilakukan oleh para pelajar, hal ini biasanya dilakukan per
kelompok atau pergeng, faktor penyebab mereka membolos sekolah itu seperti, tidak senang
dengan guru yang mengajar, tidak suka mata pelajaran yang sedang diajarkan, dan bosan
dengan kegiatan yang sedang dilakukan di dalam kelas.
3. Tawuran
tawuran merupakan bentuk kekerasan yang biasanya dilakukan oleh antar sekolah, dimana
hal ini sudah menjadi tradisi yang sudah melekat dikalangan pelajar. Tawuran ini dapat
menimbulkan keresahan bagi orang tua karena bisa mengakibatkan korban yang terluka
akibat penggunaan senjata tajam saat tawuran. Menurut Nurrochsyam (2013) ada empat
brntuk kekerasan yaitu kekerasan fisik, kekerasan seksualitas, kekerasan psikologis, dan
[Upaya Pencegagahan Kenakalan Remaja di MTs Miftahul Huda]
220
Aulia Savira Putri, Melinda Azwia, Ani Qotuz zuhro’ Fitriana
kekerasan deprivasi yaitu penelantaran (Ulumudin, 2016). Tawuran ini termasuk ke dalam
kekerasan fisik kaerna melakukan pemukulan, pengeroyokan dan bahkan penggunaan
senjata tajam.
4. Menonton video porno
Menonton video porno ini dapat membuat ukuran otak menjadi kecil serta penurunan
aktivitas otak atas respon terhadap rangsangan, seringkali menonton video porno ini dapat
mengakibatkan seseorang kecanduan dan ingin menyaksikan lagi dan lagi. Hal ini perlu
adanya pengawasan orang tua terkait dalam penggunaan gadget.
5. Melawan guru
Melawan guru merupakan pemandangan yang lumrah dikalangan sekolah, hal ini dilakukan
oleh siswa karena mereka merasa tidak terima atas apa yang dilakukan oleh guru. Meskipun
siswa tersebut melakukan kesalahan, sedangkan guru hanya menegur atas perbuatan tersebut.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan di MTs Maftahul Huda Kenakalan remaja yang
dilakukan oleh siswanya adalah kenakalan yang masih bersifat biasa, karena kenakalan yang
dilakukan oleh siswanya rata-rata kenakalan seperti merokok, membolos sekolah, melawan guru.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja
Willis (2012) Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh empat faktor yang meliputi faktor
internal individu remaja, faktor lingkungan keluarga atau rumah tangga, faktor lingkungan
masyarakat, dan faktor yang berasal dari lingkungan sekolah (Fatimah & Umuri, 2014).
1. Faktor dari dalam diri
Faktor kenakalan remaja ini bisa terjadi karena tidak adanya kontrol dari diri sendiri
serta ketidakmampuan seseorang dalam mengenali dirinya, sehingga dapat mendorong
seseorang dalam melakukan hal-hal yang belum pernah mereka lakukan dan rasakan, selain
itu juga karena tidak bisa mengontrol emosional yang ada pada dirinya sehingga
mengakibatkan remaja bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Seperti halnya merokok
yang dilakukan siswa di MTs Maftahul Huda ini mereka melakukannya karena rasa
penasaran terhadap rokok sehingga mereka mencoba untuk merokok tanpa berpikir Panjang
terlebih dahulu.
2. Faktor dalam lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga juga dapat menyebabkan remaja dalam melakukan kenakalan,
terutama remaja yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis seperti keluarga broken
home, keluarga yang diliputi konflik keras, dan anak yang kedua orang tuanya sibuk dalam
pekerjaan. Anak yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis ini mereka merasa kurang
kasih sayang, kurangnya perhatian dari orang tua sehingga mereka melakukan segala cara
agar supaya mereka mendapatkan perhatian orang tuanya. Menurut Janesari (2009) ada tiga
keluarga yang dapat memunculkan kenakalan remaja yaitu, a. keluarga yang tidak harmonis
disebabkan karena orang tua yang bercerai, minimnya komunkasi antar keluarga, dan konflik
keluarga, b. pengasuhan yang salah, dan c. anak yang ditolak (Jasmisari & Herdiansah,
2022).
3. Faktor dari lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat juga bisa menjadi salah satu faktor terjadinya kenakalan
remaja. Karena lingkungan masyarakat ini membentuk pribadi seseorang. Jika lingkungan
masyarakat lebih di dominasi oleh orang-orang yang berperilaku negatif seperti minum-
minuman keras maka seorang remaja akan mengikuti apa yang dicontohkan oleh masyarakat
tersebut. Akan tetapi, jika lingkungan masyarakat lebih didominasi oleh orang-orang yang
bebrbuat hal positif maka seorang remaja juga akan mengikutiya, karena seseorang akan
mencontoh apa yang mereka lihat. Lingkungan masyarakat sepatutnya menjadi lingkungan
[Upaya Pencegagahan Kenakalan Remaja di MTs Miftahul Huda]
Vol. 1, No. 4, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
221
yang dapat menjadi tempat tinggal yang baik dan mengoptimalkan pertumbuhan bagi remaja,
dengan membentuk komunitas yang baik seperti ikatan remaja (Simatupang, 2023).
4. Faktor yang bersumber dari sekolah
Sekolah merupakan Pendidikan yang formal, yang mana bisa menjadi salah satu faktor
kenakalan remaja karena di sekolah anak banyak berinteraksi dengan orang lain salah
satunya adalah teman sekolah, dimana teman sekolah ini bisa menjadi pengaruh yang besar
terhadap perubahan tingkah laku seseorang. Ketika seseorang dilingkungan sekolah bergaul
dengan teman yang baik maka perilakunya akan menjadai baik, tetapi sebaliknya jika bergaul
dengan teman yang tidak mendukung dalam hal belajar maka, dapat menjadikan seorang
anak berperilaku menyimpang.
Sistem pengajaran dan guru juga bisa menyebabkan remaja melakukan kenakalan
seperti membolos karena mereka merasa bosan, sehingga kegiatan dikelas sudah tidak
menarik lagi. Hal ini seperti yang dilakukan salah satu siswa di MTs Maftahul Huda dimana
anak tersebut membolos sekolah karena ajakan dari teman-temannya. Atau karena bosan di
kelas. Terkadang mereka juga membolos ketika sedang jam kosong ketika jam masuk kelas
dimualai. Untuk itu dalam mengatasi kenakalan remaja yang ada di sekolah ini perlu adanya
kerjasama antara orang tua dengan guru yang ada di sekolah tersebut.
Upaya mencegah kenakalan remaja dengan pembinaan karakter
Pergaulan remaja di zaman yang sekarang ini berkembang dari yang baik hingga buruk, hal
ini dapat dilihat dari remaja zaman dulu dengan remaja zaman sekarang, dimana remaja zaman
sekarang lebih berani dalam mengekspresikan emosinya dan mengungkapkan perasaannya tanpa
sembunyi-sembunyi. Masa remaja adalah masa dimana seseorang sedang mencari jati diri, hal ini
remaja ingin mencoba dalam banyak hal yang belum mereka ketahui. Hal ini mereka berharap
akan mendapatkan ketenangan dari rasa penasarannya. Pergaulan remaja di zaman sekarang
sangat bebas, untuk itu orang tua harus memperhatikan pergaulan anaknya, karena orang tua tau
kapan anak harus dibebaskan dan kapan harus dilarang, akan tetapi jangan telalu mengengkang
karena dapat menyebabkan anak menjadi pemberontak. Jika seorang remaja masih bisa
brkomunikasi dengan orang tua maka bimbingan dalam pergaulan masih tersampaikan. Informasi
tentang apa yang sedang mereka lakukan dengan teman-temannya termasuk efek dari apa yang
sudah dilakukan juga harus di bicarakan, selain orang tua, guru juga mempunyai peranan dalam
melihat pergaulandan kenakalan seorang remaja ketika berada disekolah.
Sekolah merupakan Pendidikan yang bersifat formal yang tidak hanya memberikan ilmu
pengetahuan saja tetapi juga menanamkan nilai dan norma-norma yang ada dimasyarakat,
disekolah ini seorang remaja dapat akan bertemu dengan banyak teman yang berasal dari latar
belakang yang berbeda, dan disini orang tua tidak dapat melihat pergaulan seorang remaja, unuk
itu ketika disekolah guru mempunyai peranan penting dalam melihat perilaku-perilaku yang
peserta didiknya lakukan. Remaja lebih sering melakukan kenakalan di lingkungan sekolah
daripada di lingkungan keluarga. Kenakalan remaja yang dilakukan seperti, membolos, tidur
dikelas, merokok, untuk kenakalan remaja ini upaya yang dilakukan oleh guru yaitu memberikan
point setiap pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, dan ketika point itu sudah melebihi batas
maka siswa akan mendapatkan hukuman atau sanksi serta panggilan orang tua dan melaporkan
setiap kenakalan siswa kepada orang tuanya.
Sekolah juga melakukan pembinaan karakter melalui pembiasaan sikap disekolah seperti
siswa berdo’a sebelum dan seseudah belajar, memberikan salam, meminta izin keluar/masuk
kelas sebagai penerapan nilai religius, selain, pembinaan sikap pada juga pembinaan kerohanian,
seperti, melaksanakan sholat dhuha, sholat dzuhur berjama’ah, membaca asmaul husna, dan
membaca juz 30 sebelum belajar mengajar. Hal ini diharapkan agar remaja yang ada di sekolah
tersebut dapat melakukan hal-hal yang positif. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan unuk mencegah
kenakalan remaja dan membentuk remaja agar mempunyai kepribadian yang positif sehingga
mereka melakukan perbuatan yang baik dan tidak meresahkan masyarakat.
[Upaya Pencegagahan Kenakalan Remaja di MTs Miftahul Huda]
222
Aulia Savira Putri, Melinda Azwia, Ani Qotuz zuhro’ Fitriana
KESIMPULAN
Juvenile delinquency (kenakalan remaja) merupakan gejala sosial yang disebabkan karena
adanya pengabaian sosial, dan kenakalan remaja juga berdampak negatif terhadap psikologi anak
yang menjadi pelaku kenakalan remaja, dan akibat dari kenakalan remaja ini dapat mengganggu
ketentraman masyarakat, menyebabkan kerugian pada orang lain, atau bahkan berdampak pada
dirinya sendiri, karena perilaku ini termasuk perilaku yang melanggar hukum, agama, serta
norma-norma yang berlaku. Bentuk kenakalan remaja yaitu: merokok, bolos sekolah, tawuran,
menonton video porno, dan melawan guru. Faktor yang menyebakan kenakalan remaja, faktor
dari dalam diri, faktor dalam lingkungan keluarga, faktor dari masyarakat, dan faktor yang
bersumber dari sekolah. Adapun upaya dalam mencegah kenakalan remaja yang dilakukan
disekolah yaitu memberikan hukuman kepada remaja yang melakukan kenakalan, serta
memberikan pembinaan karakter dengan adanya pembinaan sikap dan pembinaan kerohanian.
DAFTAR PUSTAKA
Afrita, F., & Yusri, F. (2023). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja. Educativo:
Jurnal Pendidikan, 2(1), 1426.
Fatimah, S., & Umuri, M. T. (2014). Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di desa kemadang
kecamatan tanjungsari kabupaten gunungkidul. Jurnal Citizenship, 4(1), 8795.
Jasmisari, M., & Herdiansah, A. G. (2022). Kenakalan Remaja Di Kalangan Siswa Sekolah
Menengah Atas Di Bandung: Studi Pendahuluan. Aliansi: Jurnal Politik, Keamanan Dan
Hubungan Internasional, 137145.
Mamik, M. (2015). Metodologi Kualitatif (C. Anwar, Ed.; 1st ed.). Zifatama Publishing.
Marwoko, G. (2019). Psikologi Perkembangan Masa Remaja. Tasyri: Jurnal Tarbiyah-Syariah-
Islamiyah, 26(1), 6075.
Maryuti, I. A., & Sari, N. P. W. P. (2022). Prediktor Kenakalan Remaja: Merokok, Mendramatisir,
dan Berkelahi. Prediktor Kenakalan Remaja: Merokok, Mendramatisir, Dan Berkelahi,
4(1), 2231.
Prasasti, S. (2017). Kenakalan remaja dan faktor penyebabnya. Prosiding Seminar Nasional
Bimbingan Dan Konseling, 1(1), 2845.
Rahmawati, N. (2016). Kenakalan remaja dan kedisiplinan: perspektif psikologi dan islam.
Sawwa: Jurnal Studi Gender, 11(2), 267288.
Rukin, S. P. (2021). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Jakad Media Publishing.
Sarwirini, S. (2011). Kenakalan Anak (Juvenile Deliquency): Kausalitan dan Upaya
Penanggulangannya. Perspektif, 16(4), 244. https://doi.org/10.30742/perspektif.v16i4.87
Simatupang, N. (2023). Peran Masyarakat dalam Pencegahan Kenakalan Remaja. SANKSI
(Seminar Nasional Hukum, Sosial Dan Ekonomi), 2(1), 3239.
https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/sanksi/article/view/14308/pdf
Suryandari, S. (2020). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja. JIPD
(Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar), 4(1), 2329.
[Upaya Pencegagahan Kenakalan Remaja di MTs Miftahul Huda]
Vol. 1, No. 4, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
223
Suryawan, I. G. A. J. (2016). Cegah Kenakalan Remaja Melalui Pendidikan Karakter. Jurnal
Penjaminan Mutu, 2(1), 6470.
Ulumudin, I. (2016). Kajiam Fenomena Tawuran Pelajar Pendidikan Menengah. Jurnal Ilmiah
Mimbar Demokrasi, 15(2). https://doi.org/10.21009/jimd.v15i2.8812
Utami, J., Yuline, Y., & Wicaksono, L. (2017). Studi Kasus Tentang Peserta Didik yang Sering
Membolos di SMP Negeri 7 Sungai Raya. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 6(12), 18.