https://lentera.publikasiku.id/index.php
139
Lentera: Multidisciplinary Studies
Volume 1 Number 3, May, 2023
p- ISSN: 2987-2472 | e-ISSN: xxxx-xxxx
PENERAPAN PENCEGAHAN DAN KEJADIAN BERULANG COVID-19 PADA
TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Dwiyanti Purbasari
1
, Yanti Susan
2
, Inne Septia Delian
3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mahardika Cirebon, Indonesia
E-mail: dwiyanti@stikesmahardika.ac.id
ABSTRAK
Peningkatan kasus terkonfirmasi COVID-19 terjadi pada semua masyarakat termasuk tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan yang terkonfirmasi COVID-19 sebanyak 5.421 kasus dan 278 sampai dengan Bulan
Maret 2022 yang meninggal dunia di Indonesia . Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan
penerapan pencegahan dan kejadian berulang COVID-19 pada tenaga kesehatan rumah sakit.. Penelitian
dilakukan dengan analitik korelasional Hasil penelitian diperoleh 18% responden menerapkan sebagian
penerapan pencegahan COVID-19 selama melaksanakan tugas, 72% responden mengalami COVID-19
berulang, 100% responden yang tidak menerapkan pencegahan selama melaksanakan tugas mengalami
kejadian berulang COVID-19. Hasil uji Ramk Spearman didapatkan ada hubungan positif dan kuat
antara penerapan pencegahan dan kejadian berulang COVID-19 tenaga kesehatan di rumah sakit {p
value = 0,00; r = 0,615; α = 0, 05. Rumah sakit perlu meningkatkan upaya promotif preventif bagi tenaga
kesehatan melalui program PPI di lingkungan rumah sakit.
Kata Kunci: Pencegahan; Kejadian Berulang; Covid-19; Tenaga Kesehatan
ABSTRACT
The increase in confirmed cases of COVID-19 occurs in all communities, including health workers.
Health workers confirmed with COVID-19 as many as 5,421 cases and 278 until March 2022 who died
in Indonesia. The study aims to determine the relationship between the implementation of prevention and
the recurrent incidence of COVID-19 in hospital health workers. The research was conducted with
correlational analytics The results of the study obtained that 18% of respondents implemented part of the
implementation of COVID-19 prevention during carrying out tasks, 72% of respondents experienced
recurrent COVID-19, 100% of respondents who did not implement prevention during carrying out tasks
experienced repeated events of COVID-19. The results of the Ramk Spearman test found that there was a
positive and strong relationship between the implementation of prevention and the recurrent incidence of
COVID-19 health workers in hospitals {p value = 0.00; r = 0.615; α = 0.05. Hospitals need to increase
preventive promotion efforts for health workers through PPI programs in the hospital environment.
Keywords: Influence; Agricultural Sector; Economic Growth
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International
PENDAHULUAN
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan
coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada
setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) (Kementrian Kesehatan RI, 2019).
World Health Organization (2022) melaporkan bahwa kasus COVID-19 yang telah
dikonfirmasi yakni total kasus sebanyak 450.229.635 juta yang meninggal sebanyak 6.019.085
orang di dunia sampai dengan tanggal 10 Maret 2022. Kejadian kasus COVID-19 yakni total kasus
sebanyak 5.847.900 dan kasus yang meninggal dari seluruh kasus sebanyak 151.414 orang sampai
Vol. 1, No. 3, 2023
140
Dwiyanti Purbasari, Yanti Susan, Inne Septia Delian
tanggal 10 Maret 2022 di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2022). Kejadian COVID-19
yakni total kasus sebanyak 1.074.514 dan kasus yang meninggal sebanyak 15.422 orang sampai
tanggal 10 Maret 2022 di Jawa Barat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2022).
Kementerian kesehatan RI telah menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang strategi dan penanggulangan atau membatasi penularan
berdasarkan tingkat penularan. Selain itu, Kementerian kesehatan RI telah menetapkan Pedoman
pencegahan dan pengendalian COVID-19 revisi 04 tentang Strategi-strategi pencegahan dan
penularan infeksi (PPI) untuk mencegah atau membatasi penularan di tempat layanan kesehatan.
Peningkatan kasus COVID-19 terjadi pada masyarakat umum dan juga tenaga kesehatan.
Perawat dan petugas kesehatan lainnya berada di garis depan perawatan kesehatan yang sangat
berpeluang untuk terinfeksi COVID-19. COVID-19 ditularkan melalui dua cara, seperti kontak
langsung (batuk, bersin, dan inhalasi droplet) dan penularan kontak (kontak dengan mulut,
hidung, dan selaput lendir mata) dari seorang pasien, keluarga, pengunjung atau tenaga kesehatan
lain yang sedang mengalami COVID-19 (Peng et al., 2020). Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa banyak petugas kesehatan telah terinfeksi COVID-19 di banyak rumah sakit
di seluruh dunia. Di Cina, petugas kesehatan sebanyak 3,8% (1.716 kasus) dari 44.672 kasus
COVID-19 (dikonfirmasi PCR) yang didiagnosis hingga 11 Februari 2020) (Ahn et al., 2020; Li
et al., 2020; Scohy et al., 2020). Penelitian yang dilakukan di Turki memperlihatkan bahwa tingkat
positif SARS-CoV-2 di antara dokter,perawat, petugas kebersihan, dan pekerjaan lainnya adalah
6,3%, 8,0%, 9,1%, dan 2,6%, masing-masing. Di Italia dan Belanda, kasus COVID-19 pada
petugas kesehatan adalah di bawah 10% (9,0% vs 6,4%) (Sikkema et al., 2020). kejadian kasus
tinggi di Washington yaitu sekitar 29,9% (McMichael et al., 2020).
Tenaga kesehatan yang terkonfirmasi COVID-19 sebanyak 5.421 kasus dan 278 sampai
dengan Bulan Maret 2022 yang meninggal dunia di Indonesia (kementrian Kesehatan RI, 2022).
International Council of Nurses (ICN) pertama kali melaporkan bahwa lebih dari 100 perawat
telah meninggal dunia karena COVID-19 dan menunjukkan peningkatan sebanyak 90.000 petugas
kesehatan telah terinfeksi dan kematian perawat telah meningkat menjadi lebih dari 600 perawat
(International Council of Nurses, 2020). Data yang diperoleh menunjukan tenaga kesehatan yang
terkonfirmasi COVID-19 yaitu sebanyak 429 sampai dengan Bulan Maret 2022 dan tersebar di
rumah sakit dan puskesmas yang ada di Kota Cirebon (Dinas Kesehatan Kota Cirebon, 2020).
Nova dan Adisasmito (2021) menjelaskan bahwa faktor risiko penyebab tenaga kesehatan
di rumah sakit selama COVID-19 seperti ketersediaan alat pelindung diri (APD), paparan pasien
yang terinfeksi, beban kerja yang berlebihan, pelatihan PPI, kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya dan faktor psikologis. Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang COVID-19
tergolong baik, namun faktor seperti kategori pekerjaan, pengalaman kerja mempengaruhi sikap
dan perilaku mereka sehingga faktor kecemasan, kelelahan dan stres cukup bervariasi (Nova &
Adisasmito, 2021).
Herawati (2021) mengungkapkan adanya hubungan yang signifikan antara sikap (p-value
0,023) dan sarana prasarana (p-value 0,034) dengan upaya pencegahan dan penanggulangan
COVID-19. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur (p-value 0,466), pendidikan (p-
value 0,553), pengetahuan (p-value 1.000), dukungan petugas kesehatan (p-value 0,811) dengan
upaya pencegahan dan penanggulangan COVID-19) (Herawati et al., 2021).
Nursiah (2019) menjelaskan bahwa gambaran kepatuhan penggunaan APD petugas IGD
di RSUD Kota Makassar pada masa pandemi COVID-19 yaitu pada kategori patuh sebesar 56%
dan tidak patuh 44%. Untuk pengetahuan petugas IGD sebesar 92 % memiliki pengetahuan baik
dan 8% memiliki pengetahuan kurang. Untuk sikap petugas IGD yaitu sebesar 88% memiliki
sikap baik dan 12 % memiliki sikap buruk. Untuk ketersediaan APD di IGD yaitu sebesar 92 %
sudah lengkap dan 8 % tidak lengkap. Untuk pengawasan di IGD yaitu sebesar 44% responden
yang menyatakan pengawasan yang dilakukan di IGD baik sedangkan 56 % pengawasan yang
dilakukan di IGD masih kurang (Nursiah, 2021).
[Penerapan Pencegahan Kejadian Berulang Covid-19 pada Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit]
Vol. 1, No. 3, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
141
Devianti, Sri (2020) menjelaskan bahwa 100% responden dikategori patuh pada saat
pemakaian dan pelepasan APD serta 95% responden juga masih dikategorikan patuh pada tingkat
kepatuhan selama penggunaan APD, selebihnya 2 responden (5%) masuk dalam ketegori tidak
patuh. Kondisi tersebut memerlukan upaya tatalaksana yang tepat agar penyebaran infeksi dapat
dihambat dan kejadian COVID-19 tidak berulang (Deviyanti, 2021).
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan Penelitian ini yaitu menganalisa
hubungan penerapan pencegahan dan kejadian berulang COVID-19 pada tenaga kesehatan di
rumah sakit.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional
(Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di rumah
sakit meliputi dokter, perawat, bidan yang pernah mengalami COVID-19 yaitu sebanyak 50
orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling yaitu sejumlah 50 orang. Data
variable penerapan pencegahan COVID-19 dikumpulkan dengan menggunakan lembar
keusioner. Hasil uji instrument dengan pearson product moment didapatkan nilai r hitung =
0,880-0,997 dan r table 0,468 sehingga dapat dikatakan bahwa item pertanyaan pada variabel
penelitian valid. Hasil uji instrument denagn alpha cronnbah = 0,952 dan r table 0,468 sehingga
dapat dikatakan seluruh pernyataan dalam variabel tersebut reliabel. Analisa data menggunakan
uji Rank spearman (Nursalam, 2013). Uji etik penelitian dinyatakan layak etik berdasarkan Surat
Keterangan Layak Etik No.059/KEPK.STIKMA/VI/2022 dari KEPK STIKes Mahardika
Cirebon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rerata usia responden yaitu 32.80 tahun, usia termuda yaitu 24 tahun dan tertua yaitu 45
tahun (tabel 1). Responden perempuan sebanyak 96%, responden dokter sebanyak 4%, perawat
sebanyak 36%, bidan sebanyak 10%, farmasis sebanyak 32%, analis sebanyak 8% dan
radiographer 10% (tabel 2).
Tabel 1
Peran Usia Responden di Rumah Sakit Sumber Kasih di Kota Cirebon
Usia
N
Mean
Median
Modus
SD
Min
Max
CI
50
32.80
30.00
27
a
6.286
24
45
34.59
Sumber : Data Primer, 2022
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kesehatan
Karakteristik
Frekuensi
Presentase
a. Jenis kelamin
Laki-laki
2
4%
Perempuan
28
96%
Jumlah
50
100%
b. Tenaga kesehatan
Dokter
2
4%
Perawat
18
36%
Bidan
5
10%
Farmasi
16
32%
Analis
4
8%
Radiografer
5
10%
Jumlah
50
100%
Sumber : Data Primer, 2022
Vol. 1, No. 3, 2023
142
Dwiyanti Purbasari, Yanti Susan, Inne Septia Delian
Responden yang menerapkan pencegahan COVID-19 sebanyak 82% dan mengalami kejaidan
COVID-19 berulang sebanyak 72% (tabel 3).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan Pencegahan COVID-19 dan
Kejadian COVID-19 berulang pada Tenaga Kesehatan
Tingkat
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
a. Penerapan Pencegahan COVID-19
Menerapkan seluruhnya
7
14,0
Menerapkan sebagian
41
82,0
Tidak menerapkan
2
4,0
b. Kejadian Covid-19 Berulang
Tidak terjadi
14
28,7
Terjadi
36
72,0
Sumber : Data Primer, 2022
Hasil uji korelasi Rank spearman menunjukan ada hubungan positif dan kuat antara
penerapan pencegahan COVID-19 dan kejadian berulang COVID-19 pada tenaga kesehatan di
rumah sakit Semakin lengkap penerapan pencegahan COVID-19 dilakukan oleh tenaga kesehatan
maka tidak akan terjadi COVID-19 berulang {p value = 0,000; r = 0,615; α = 0,05}. (table 4)
Tabel 3
Hubungan Penerapan Pencegahan dan Kejadian Berulang COVID-19 pada Tenaga Kesehatan
Variabel
p value
r
Penerapan pencegahan COVID-19
Kejadian berulang COVID-19
0,000
0,615
Sumber: Data Primer, 2022
Pembahasan
UU No. 34 tahun 2014 menjelaskan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan untuk melakukan upaya kesehatan sesuai dengan
kewenangannya. Tenaga kesehatan yang berada di rumah sakit meliputi tenaga medis; tenaga
psikologi klinis; tenaga keperawatan; tenaga kebidanan; tenaga kefarmasian; tenaga kesehatan
masyarakat; tenaga kesehatan lingkungan; tenaga gizi; tenaga keterapian fisik; tenaga keteknisian
medis; tenaga teknik biomedika. Tenaga kesehatan ini telah menyelesaikan pendidikan tinggi.
Tenaga kesehatan dalam penelitian ini berada pada rentang usia 24 45 tahun dan rerata
usianya yaitu 32,80 tahun.. Usia responden pada penelitian ini sejalan dengan usia responden
penelitian Herawati, Yasinta, Indragiri (2021) yaitu rerata berada pada usia 34,667 tahun. Ia
berada pada rentang umur dewasa Pada usia ini, seseorang telah memiliki banyak pengetahuan,
pengalaman dan berbagai kemampuan. Hal tersebut menjadi dasar seseorang dalam bertindak
atau berperilaku (Herawati et al., 2021).
Pencegahan COVID-19 harus dilakukan semua individu mencakup semua kalangan umur.
Namun, dalam hasil penelitian ini sebagian besar (82%) responden hanya menerapkan sebagian
pencegakan COVID-19. Beberapa aspek pencegahan COVID-19 yang belum dilakukan oleh
responden yaitu terlalu lama menggunakan masker yang tidak diganti tiap 4 jam, sesudah melepas
sarung tangan tidak mencuci tangan, penggunaan ruang makan dan ruang ganti secara bergantian
tanpa dilakukan sterilisasi terlebih dahulu.
Kementerian Kesehatan (Kementerian Kesehatan RI., 2020) menjelaskan strategi-strategi
PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di tempat layanan kesehatan bahwa tenaga
kesehatan harus menjalankan langkah-langkah pencegahan standar (menjaga kebersihan tangan
dan pernafasan, menggunakan APD sesuai risiko, pengelolaan limbah yang aman); menerapkan
[Penerapan Pencegahan Kejadian Berulang Covid-19 pada Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit]
Vol. 1, No. 3, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
143
langkah-langkah pencegahan tambahan atas kasus COVID-19 (kewaspadaan kontak dan droplet,
kewaspadaan earbone pada prosedur yang menimblkan aerosol). are the foundation of WHO
Strategies to prevent current and future threats from infection and antimicrobial resistance
in health care. A facility level IPC programme with a dedicated and trained IPC team, or at
minimum an IPC focal point, should be in place and supported by the national and facility senior
management.(20) Ensuring adequate clinical staffing levels is recommended as a core component
to prevent the transmission of health care-associated infections, in particular spread through
outbreaks
Pedoman WHO tentang komponen inti program pencegahan dan pengendalian infeksi di
tingkat nasional dan tingkat fasilitas perawatan kesehatan akut menjelaskan strategi dasar WHO
untuk mencegah ancaman saat ini dan masa depan dari infeksi dan resistensi antimikroba dalam
perawatan kesehatan. Fasilitas program pencegahan dan pengendalian infeksi, tim pencegahan
dan pengendalian infeksi yang berdedikasi dan terlatih harus ada dan didukung oleh manajemen.
Elemen kunci untuk pencegahan dan pengendalian penularan COVID-19 di tempat perawatan
kesehatan adalah penerapan teknik,pengendalian lingkungan dan administratif sebagai tambahan
untuk perilaku individu dan APD.
Tenaga kesehatan secara alami berisiko tinggi terhadap infeksi COVID-19 karena
pajanan di tempat kerja yang mungkin terjadi. COVID-19 sendiri memiliki tingkat infeksifitas
yang sangat tinggi. (World Health Organization, 2020). Dalam hasil penelitian ini sebagian besar
(72%) tenaga kesehatan mengalami kejadian berulang COVID-19. Penetapan diagnosa klinik
COVID-19 dibedakan menjadi berat ringannya kasus COVID-19 yang terdiri tanpa gejala, ringan,
sedang, berat dan kritis (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK. 01. 07 /
menkes/413/2020) (Protokol Kesehatan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dalam Rangka
Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), 2022).
Kejadian COVID-19 yang berulang pada responden penelitian ini sebanyak 100% karena
adanya riwayat kontak dengan pasien dan keluarga yang terkonfirmasi COVID-19 secara terus
menerus, dan kontak dengan tindakan yang menimbulkan aerosol (nebuliezer, memasang NGT,
memasang OGT, dan lain-lain) dalam waktu yang lama. Deteksi dini infeksi COVID-19 pada
tenaga kesehatan dapat dicapai melalui syndromic surveillance dan/atau tes laboratorium. Hal ini
merupakan strategi kunci untuk mencegah penularan sekunder ke pasien, antar petugas kesehatan
dan di seluruh tempat perawatan kesehatan (World Health Organization, 2020).
Penelitian ini selaras dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nova, Narizma
(2020) yang menjelaskan bahwa faktor risiko penyebab tenaga kesehatan di rumah sakit
mengalami COVID-19 seperti ketersediaan alat pelindung diri (APD), paparan pasien yang
terinfeksi, beban kerja yang berlebihan, pelatihan PPI, kondisi medis yang sudah ada sebelumnya
dan faktor psikologis. Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang COVID-19 tergolong baik,
namun faktor seperti kategori pekerjaan, pengalaman kerja mempengaruhi sikap dan perilaku
mereka sehingga faktor kecemasan, kelelahan dan stres cukup bervariasi.
Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian Nursiah (2019) yang menunjukkan
bahwa kepatuhan penggunaan APD petugas IGD di RSUD Kota Makassar pada masa pandemi
COVID-19 yaitu pada kategori patuh sebesar 56% dan tidak patuh 44% (Nursiah, 2021). Untuk
pengetahuan petugas IGD sebesar 92 % memiliki pengetahuan baik dan 8% memiliki
pengetahuan kurang. Untuk sikap petugas IGD yaitu sebesar 88% memiliki sikap baik dan 12 %
memiliki sikap buruk. Untuk ketersediaan APD di IGD yaitu sebesar 92 % sudah lengkap dan 8
% tidak lengkap.
Hasil penelitian Sri Devianti (2020). dengan judul “Hubungan kepatuhan perawat terhadap
penggunaan APD selama pandemi COVID-19 di RSKD Dadi”. Hasil pada penelitian ini, semua
responden (100%) dikategori patuh pada saat pemakaian dan pelepasan APD serta sebagian besar
responden (95%) juga masih dikategorikan patuh pada tingkat kepatuhan selama penggunaan
APD, selebihnya 2 responden (5%) masuk dalam ketegori tidak patuh. Kondisi tersebut
memerlukan upaya tatalaksana yang tepat agar penyebaran infeksi dapat dihambat dan kejadian
Vol. 1, No. 3, 2023
144
Dwiyanti Purbasari, Yanti Susan, Inne Septia Delian
COVID-19 tidak berulang. Kepatuhan menerapkan APD tidak hanya dilakukan tenaga Kesehatan
tapi juga pihak keluarga dari tenaga Kesehatan, hasil penelitian Kasmad dkk,. (2021) meunjukan
bahwa anggota keluarga tenaga medis menyadari konsekuensi yang didapatkan dari profesi yang
dimiliki anaknya, suaminya, istrinya atau orang tuanya yang menjadi tenaga kesehatan,
dibuktikan dengan prosentase di atas 50% memiliki koping positif dalam menerapkan
menggunaan APD (Kasmad et al., 2021). Selain itu perlu asanya kepatuhan dari pengunjung
dalam menerapkan APD, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Marlina tahun 2022 bahwa
kepatuhan pengunjung klinik dalam kategori tinggi sebanyak 36 responden dengan presentase
(45,6), kategori sedang sebanyak 25 responden dengan presentase (31,6%) dan kategori kurang
sebanyak 18 responden dengan presetase (22,8%) (Marlina et al., 2021).
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian serta pembahasan mengenai hubungan body shaming dengan
konsep diri pada remaja di SMP Negeri 3 Gunung Jati Kabupaten Cirebon, maka simpulan
penelitian ini, yaitu : a) Sebagian besar (54,6%) Responden mengalami perlakuan body shaming
dengan kategori sedang. b) Sebagian besar konsep diri negatif (63,8%). Nilai p value <
𝛼
, maka
Ha dierima dan Ho ditolak, disimpulkan bahwa terdapat Hubungan Body Shaming dengan
Konsep Diri pada remaja di SMP Negeri 3 Gunung Jati Kabupaten Cirebon ( p-value = 0,000 <
𝛼
= 0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Ahn, D.-G., Shin, H.-J., Kim, M.-H., Lee, S., Kim, H.-S., Myoung, J., Kim, B.-T., & Kim, S.-J.
(2020). Current status of epidemiology, diagnosis, therapeutics, and vaccines for novel
coronavirus disease 2019 (COVID-19).
Deviyanti, S. (2021). Evaluasi Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada Masa Pandemi Covid-19 di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi [Skripsi,
Universitas Hasanuddin].
Dinas Kesehatan Kota Cirebon. (2020). Data Covid-19 Kota Cirebon 2022.
Https://Covid19.Cirebonsatudata.Go.Id/Data
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2022). Data Covid-19 Provinsi Jawa Barat.
Https://Covid19.Jawabarat.Go.Id/Data.
Herawati, C., Indragiri, S., & Widyaningsih, Y. I. (2021). Faktor Determinan Perilaku dalam
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 16(1), 5259.
International Council of Nurses. (2020). Protecting nurses from COVID-19 a top priority: A
survey of ICN’s national nursing associations.
https://www.icn.ch/system/files/documents/2020-09/Analysis_COVID-
19%20survey%20feedback_14.09.2020%20EMBARGOED%20VERSION_0.pdf
Kasmad, K., Marisa, D. E., & Kadafi, A. (2021). Koping keluarga tenaga kesehatan dalam
menghadapi pandemik Covid-19 Kota Cirebon. Jurnal Kesehatan, 12(2).
Protokol Kesehatan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dalam Rangka Pencegahan Dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Pub. L. No.
HK.01.07/MENKES/1591/2020, Keputusan Mentri Kesehatan Indonesia (2022).
[Penerapan Pencegahan Kejadian Berulang Covid-19 pada Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit]
Vol. 1, No. 3, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
145
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman kesiapan menghadapi COVID-19. Pedoman
Kesiapan Menghadapi COVID-19. 2020;0115.
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Satuan Tugas COVID-19. Data COVID-19. 2022;0115.
Kementrian Kesehatan RI. (2019). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease
2019 (COVID-19). In Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P).
Li, Q., Guan, X., Wu, P., Wang, X., Zhou, L., Tong, Y., Ren, R., Leung, K. S. M., Lau, E. H. Y.,
Wong, J. Y., Xing, X., Xiang, N., Wu, Y., Li, C., Chen, Q., Li, D., Liu, T., Zhao, J., Liu,
M., Feng, Z. (2020). Early Transmission Dynamics in Wuhan, China, of Novel
CoronavirusInfected Pneumonia. New England Journal of Medicine, 382(13), 11991207.
Marlina, L., Marisa, D. E., & Nurlaili, L. (2021). Pengetahuan Dan Kepatuhan Penerapan
Protokol Kesehatan Pada Pengunjung Praktik Mandiri Bidan Di Desa Rajagaluh Kidul.
Jurnal Kesehatan Mahardika, 8(2), 3944.
McMichael, T. M., Currie, D. W., Clark, S., Pogosjans, S., Kay, M., Schwartz, N. G., Lewis, J.,
Baer, A., Kawakami, V., & Lukoff, M. D. (2020). Epidemiology of COVID-19 in a long-
term care facility in King County, Washington. New England Journal of Medicine, 382(21),
20052011.
Nova, N., & Adisasmito, W. B. B. (2021). Gambaran Umum Faktor Risiko Covid-19 pada Tenaga
Kesehatan Rumah Sakit di Asia. Jurnal Health Sains, 2(8), 10321039.
Nursalam, S. (2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursiah, N. (2021). Gambaran Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Petugas IGD
di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar pada Masa Pandemi Covid-19 = Overview
of Compliance with the Use of Personal Protective Equipment (PPE) for Emergency Room
Officers at Makassar City Hospital during the COVID-19 Pandemic [Skripsi, Universitas
Hasanuddin]. http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/12677
Peng, X., Xu, X., Li, Y., Cheng, L., Zhou, X., & Ren, B. (2020). Transmission routes of 2019-
nCoV and controls in dental practice. International Journal of Oral Science, 12(1), 16.
Scohy, A., Anantharajah, A., Bodéus, M., Kabamba-Mukadi, B., Verroken, A., & Rodriguez-
Villalobos, H. (2020). Low performance of rapid antigen detection test as frontline testing
for COVID-19 diagnosis. Journal of Clinical Virology, 129, 104455.
Sikkema, R. S., Pas, S. D., Nieuwenhuijse, D. F., O’Toole, Á., Verweij, J., van der Linden, A.,
Chestakova, I., Schapendonk, C., Pronk, M., & Lexmond, P. (2020). COVID-19 in health-
care workers in three hospitals in the south of the Netherlands: a cross-sectional study. The
Lancet Infectious Diseases, 20(11), 12731280.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D (6th ed.). Alfabeta.
Vol. 1, No. 3, 2023
146
Dwiyanti Purbasari, Yanti Susan, Inne Septia Delian
World Health Organization. (2020). Modes of transmission of virus causing COVID-19:
implications for IPC precaution recommendations: scientific brief, 29 March 2020. World
Health Organization.