https://lentera.publikasiku.id/index.php
99
STUDI KASUS MEROKOK DI LINGKUNGAN SEKOLAH YANG
BERTENTANGAN DENGAN MISI DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI
Elisa Julianti Br. Pinem
1
, Siti Tiara Maulia
2*
Universitas Jambi, Indonesia
1,2
1
2
ABSTRAK
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengatasi para pelajar yang merokok di lingkungan sekolah
sehingga terciptanya lingkungan sekolah sehat bersih dan nyaman. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dimana terdapat pengamatan dan hasil wawancara. Hasil dari
penelitian ini yaitu a. Ajakan teman yang mengejek pelajar yang tidak merokok sehingga dikatakan sebagai
laki-laki yang tidak gentel sehingga membuat pelajar tersebut merokok karena ia tidak terima dengan
ejekan temannya tersebut. b. Adanya tawaran iklan di tv yang mengajak pelajar tersebut agar mencoba
merokok dengan tergiyur harga rokok yang murah. Kasus seperti ini pelajar lebih banyak menghabiskan
waktunya bersama teman-temannya dan menganggap bahwa merokok tanda laki-laki yang berani. sekolah
merupakan rumah kedua bagi kaum muda karena masa studi yang panjang dilaksanakan di sekolah. Seperti
SMP Negeri 16 Kota Jambi pelajar harus mengikuti kegiatan pembelajaran selama kurang lebih 8 jam
sehari karena dengan adanya sistem ini sekolah lebih lama untuk mengelola aktivitas atau memberikan
arahan kepada pelajar. Diharapkan kepada guru Bk agar menyelidiki kasus seperti ini agar terciptanya
lingkungan yang sehat sehingga membuat pelajar nyaman untuk belajar. Sekolah memiliki peran yang
penting dalam mengatasi kasus seperti ini dengan adanya kebijakan untuk menghentikan pelajar merokok
di lingkungan sekolah. Kepala sekolah sudah memberikan larangan dengan cara jikalau kedapatan pelajar
yang merokok dilingkungan sekolah akan mendapatkan konsekuensinya seperti di Score, Memanggil
orang tua, dan Point Pelanggaran.
Kata Kunci: Merokok; Lingkungan Sekolah; Masa Remaja
ABSTRACT
The purpose of this research is to overcome students who smoke in the school environment to create a
healthy, clean, and comfortable school environment. The research method used in this study is a
qualitative method in which there are observations and interview results. The results of this study are a.
Invitation of friends who mock students who do not smoke so that they are said to be impolite men who
make these students smoke because they do not accept the ridicule of their friends. B. There is an
advertisement offer on TV that invites these students to try smoking by being tempted by cheap cigarette
prices. In cases like this student spend more time with their friends and think that smoking is a brave man.
Schools are the second home for young people because long periods of study are carried out at schools.
Like SMP Negeri 16 Jambi City, students must take part in learning activities for approximately 8 hours
a day because with this system it takes longer for schools to manage activities or give directions to
students. It is hoped that Bk teachers will investigate cases like this to create a healthy environment so
that students are comfortable learning. Schools have an important role in overcoming cases like this with
a policy to stop students from smoking in the school environment. The school principal has issued a ban
in a way that if students are caught smoking in the school environment, they will receive consequences
such as the Score, Calling parents, and Violation Points.
Keywords: Smoking; School Environment; Adolescence
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan remaja dimasa kini, merokok adalah pemandangan yang harus dilihat
sangat akrab karena kebiasan merokok dianggap menyenangkan namun disisi lain memberikan
Lentera: Multidisciplinary Studies
Volume 1 Number 2, February, 2023
p- ISSN: 2987-2472 | e-ISSN: xxxx-xxxx
Vol. 1, No. 2, 2023
100
Elisa Julianti Br. Pinem, Siti Tiara Maulia
dampak negatif bagi perokok itu sendiri dan orang-orang di sekitarnya (Rozaki, 2021).
Kandungan rokok memiliki efek negatif pada tubuh pengisap. Pada zaman sekarang inilah remaja
melakukan kebiasannya merokok di muka umum, terutama di depan kelompok karena mereka
sangat merasa bangga dengan temannya padahal kenyataannya merokok berbahaya bagi
Kesehatan (Wulansari, 2017). Seperti masalah tembakau pada dasarnya menjadi masalah nasional
bahkan internasional. Pemerintah tidak menyembunyikan fakta yang ada terutama di kalangan
remaja selain itu pemerintah telah melarang merokok di berbagai tempat termasuk tempat umum
seperti rumah sakit, kantor, sekolah dan tempat hiburan (Marchel et al., 2019).
Menurut Azam (Azam, 2016) sekolah adalah penyelenggara pendidikan yang dimana
pendidik diharapkan mengorganisasikan dirinya sendiri yang dapat membantu siswa berperilaku
berpendidikan aspek yang perlu diperhatikan yaitu lingkungan yang bebas rokok. Di sekolah guru
memiliki peran penting untuk pembentukan karakter kepada siswa melalui sosialiasi dan
kerjasama dibidang kesehatan karena dalam sosialiasi akan memberikan pengaruh positif dalam
perkembangannya (Arisman & Awaru, 2021).
Penelitian ini penting dilakukan karena ingin melihat seberapa banyak siswa yang
melanggar misi yang telah diterapkan pada sekolah salah satunya misi sekolah tersebut yaitu
memiliki lingkungan yang sehat, sebagaimana fakta yang terjadi selama masa penelitian Magang
Kependidikan yang dilakukan pada 12 September-12 Desember 2022 masih terdapat pelajar yang
merokok sembunyi-sembunyi di lingkungan sekolah. Seperti saat peneliti ingin ke kamar mandi
peneliti mencium aroma asap waktu bel istirahat tiba. Sehingga ini menyebabkan tidak terjadinya
lingkungan yang sehat, dan ingin melihat peran sekolah untuk mengatasi pelajar yang merokok
dikalangan lingkungan sekilah agar tidak lagi terus bertambah. Dapat disimpulkan bahwa pelajar
yang dibawah umur sudah merokok secara diam-diam di lingkungan sekolah. Sehingga membuat
para pelajar lainnya merasa terganggu karena mencium aroma yang tidak sehat, hal ini dapat di
evaluasi melalui di selidiki atau salah satu guru BK melihat situasi kamar mandi yang dekat
dengan lingkungan sekolah. Karena semakin guru tidak menyelidiki pelajar maka semakin
banyaknya pelajar yang salah jalan dengan usia mereka yang terbilang masih muda sudah
merokok akan menyebabkan penyakit yang serius (Febrianika et al., 2016). Menurut Maryuni,
Sarjono, Subandi (2014) peran guru BK dapat dilakukan dengan konseling pribadi, koordinasi
dengan orang tua, pemantauan harian dan dukungan kerjasama dari pihak puskesmas berkunjung
kesekolah untuk sosialiasi(Pranoto et al., 2020).
Perokok aktif tidak hanya orang dewasa, tetapi juga banyak remaja usia sekolah yang
merupakan perokok aktif. Data Survei Tembakau Pemuda Global 2014 menyebutkan bahwa
20,3% pelajar merokok (36% laki-laki, 4,3% perempuan, 57,3% anak sekolah usia 13-15 tahun
asap rokok dirumah dan 60% di tempat umum pelajar berusia 13-15 tahun. Itulah yang dikatakan
oleh penelitian sebelumnya oleh Departemen Kesehatan RI, (2013) yaitu pengeluaran rumah
tangga di Indonesia untuk rokok adalah lima kali lebih tinggi dari biaya telur, susu, biaya
kesehatan dan sembilan kali lebih tinggi untuk pengeluaran rokok. Pada tahun 2014 Indonesia
menduduki peringkat ke empat penjual tembakau mulai dari Cina, Rusia, dan Amerika Serikat
(Aisah & Ridha, 2017).
Rumusan masalah dalam penelitian ini di kalangan pelajar yaitu:
1. Apakah merokok dapat membahayakan kesehatan pelajar?
2. Bagaimana solusi dari pihak Guru Bk mengenai pelajar yang merokok secara diam-diam?
3. Apakah konsekuensinya jikalau pelajar ketahuan merokok dilingkungan sekolah?
Masalah perilaku merokok tidak hanya terjadi pada kalangan muda saja atau hanya di
kalangan siswa metrapolitan tetapi berkaitan dengan pengaruh dan perilaku pelajar yang berbeda
maka pelajar melakukan kegiatan merokok termasuk pelajar SMP Negeri 16 Kota Jambi. Dalam
situasi ini, peneliti tertarik mengangkat topik dan masalah tentang Studi Kasus Merokok Di
Lingkungan Sekolah Yang Bertentangan Dengan Misi Di SMP Negeri 16 Kota Jambi.
[Studi Kasus Merokok Di Lingkungan Sekolah Yang Bertentangan
Dengan Misi Di SMP Negeri 16 Kota Jambi]
Vol. 2, No. 1, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
101
METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data artikel ini menggunakan metode observasi dan wawancara yang
dilakukan secara mengamati keadaan lingkungan sekolah dan menanyakan kepada guru Bk
maupun wali kelasnya (Pradana et al., 2022). Jadi peneliti menggunakan metode kualitatif yang
dilaksanakan di SMP Negeri 16 Kota Jambi yang kurang lebih selama empat bulan dari bulan
september-desember 2022. Alasan peneliti mengambil metode penelitian ini karena ingin
mengeksplorasi masalah kehidupan perokok khususnya dikalangan remaja.
a. Pengamatan, pengamatan ataupun observasi dilakukan secara sistematis dan kolektif dengan
penggunaan indera visual secara sadar untuk mengamati peristiwa secara langsung pada saat
itu terjadi. Penelitian ini menggunakan pengamatan non partisipan dimana peneliti tidak
berpartisipasi secara langsung dalam situasi penyelidikan. Peneliti disini hanyalah penonton
lebih tepatnya mengamati keadaan sekolah apakah pelajar perokok memiliki dampak bagi
kesehatan.
b. Wawancara, adalah adanya pembicaran antara dua orang atau lebih yang terjadi antara
narasumber dan pewawancaranya. Karena tujuannya untuk mendapatkan informasi dari
sumber terpercaya. Teknik wawancara ini yaitu wawancara bebas terbimbing dimana
responden memberikan jawaban dengan bebas tetapi dapat memahami dan menguasainya.
Sekolah memberikan informasi pelajar yang perokok dan peraturan yang ada di sekolah.
Wawancara dilakukan 2 guru, 3 siswa merokok dan 2 siswa yang tidak merokok. Informan
ini dipilih berdasarkan aspek yang ingin dijawab oleh peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah maraknya remaja perokok, sebagian besar para siswa membutuhkan peran sekolah
untuk mengatasi permasalahan ini. Karena sekolah memengang peranan penting karena waktu
yang digunakan banyak digunakan pelajar di sekolah. Seperti halnya sekolah merupakan rumah
kedua bagi kaum muda karena masa studi yang panjang dilaksanakan di sekolah. Seperti SMP
Negeri 16 Kota Jambi pelajar harus mengikuti kegiatan pembelajaran selama kurang lebih 8 jam
sehari karena dengan adanya sistem ini sekolah lebih lama untuk mengelola aktivitas atau
memberikan arahan kepada pelajar (Setiyanto, 2013).
Berdasarkan pengamatan dan wawancara, peneliti mencari informasi mengapa diusia muda
pelajar mereka sudah merokok faktor apa yang menyebabkan mereka merokok. Aa, sebagai
remaja laki-laki memberikan informasi kepada peneliti mengapa di usia muda ia sudah merokok.
Berikut hasil wawancara tersebut.
“Iya, awal mulanya saya merokok karena diajak teman saya karena mereka menganggap jika
saya tidak merokok maka saya bukanlah seorang lelaki yang gentel. Jadi dengan adanya tawaran
tersebut sayapun mencobanya sehingga saya candu hingga saat ini. Peneliti kemudian
menanyakan pada saat kapan kamu sudah mencoba merokok, kemudian ia menjawab sejak SD
saya sudah merokok jadi jikalau saya dikasih uang jajan saya lebih memilih untuk membeli rokok
dibandingkan makanan karena harga rokok perbatang nya yaitu Rp. 2000 rupiah. Jadi pas pulang
sekolah saya menyempatkan untuk merokok di lingkungan sekolah. Peneliti menanyakan kembali
apakah orang tua kamu tahu akan hal ini? Ia menjawab tidak jikalau orang tua saya tahu saya
habis di marahi atau dipukuli oleh ayah saya. Kemudian mengapa kamu tetap memilih masih
menggunakan rokok dibanding berhenti padahal kamu sudah tahu dampaknya, ia menjawab saya
susah berhenti merokok karena dengan saya menghisap rokok membuat saya jauh lebih tenang
dan pikiranpun lebih fresh”.
Pada hasil wawancara diatas peneliti melihat bahwa pelajar tersebut merokok karena ajakan
temannya dia seolah-olah diejek karena tidak merokok hingga usia dia sekarang ini sudah terlalu
candu yang membuat ia jikalau ada uang lebih memilih membeli rokok dibanding kebutuhan yang
lain. Padahal ia tahu bagaimana dampak dari bahaya rokok di usia mudanya, seharusnya di usia
Vol. 1, No. 2, 2023
102
Elisa Julianti Br. Pinem, Siti Tiara Maulia
sekarang paru-paru yang masih bersih kini sudah menghitam karena sudah merokok pada saat
SD, hingga sampai saat ini ia sulit untuk memberhentikannya.
Faktor yang menyebabkan pelajar merokok pada usia muda yaitu:
(1) Pergaulan temannya
(2) Menghilangkan rasa jenuh
(3) Ingin terlihat keren
Padahal kenyataannya merokok membawa dampak yang cukup besar bagi kesehatannya.
Mudahnya penyakit menyerang tubuh mereka seperti batuk-batuk itu merupakan gejala awal dari
awal mula tanpa mereka sadari telah melanggar misi yang telah di terapkan pada lingkungan
sekolah. Bagaimana sekolah ingin lingkungan yang sehat padahal pelajar nya sendiri masih suka
diam-diam merokok di lingkungan sekolah. Diharapkan kepada guru Bk agar menyelidiki kasus
seperti ini agar terciptanya lingkungan yang sehat sehingga membuat pelajar nyaman untuk
belajar (Dinas Kesehatan Pemprov Banten, 2017).
Pembahasan
Masa remaja yaitu masa transisi ketika masa anak tidak mau diperlakukan seperti anak
kecil lagi tetapi menurut pertumbuhan fisiknya tidak bisa mengatakan orang dewasa. Menurut
Ng, N., Nietzsche (2010) berdasarkan periode masa remaja dikenal sebagai periode stroma dan
stress ketika gangguan terjadi emosi terkait pertumbuhan psikologis yang cepat bervariasi saat ini
karena mudah dipengaruhi oleh lingkungan (Najmuddin et al., 2019). Menurut Gunarsa (1989)
lingkungan hasilnya memberikan penderitaan, kekecewaan, konflik, dan kurang bagusnya
perilaku hingga terbawa sampai saat ini (Naziyah et al., 2021).
Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia kebanyakan orang merokok ketika
mereka di sekolah menengah atau lebih muda pada usia 12 tahun. Dari sini peneliti menyimpulkan
bahwa usia perokok muda akan lebih dini jika dilakukan dewasa sekarang karena usia merokok
bagi remaja 10 tahun memiliki resiko lebih tinggi untuk menjadi kecanduan terhadap rokok.
Biasanya pelajar berpikir mereka bisa berhenti merokok agar tidak kecanduan dari efek
negatifnya pelajar biasanya beralih ke perokok berat sebelum lulus sekolah karena masih
terdapatnya sisa uang jajan yang diberikan orang tua, jika mereka sudah lulus tetapi tidak
melanjutkan studinya pasti mereka membeli rokok dengan cara mikir kedua kalinya karena
minimnya uang untuk membeli rokok tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia perokok muda adalah pelajar di SMP Negeri 16
Kota Jambi sebagian besar diikuti oleh usia 14 tahun. Hasil ini didukung oleh Pusat Informasi
dan Data Kementerian (Kesehatan, RI 2016) bahwa usia perokok di indonesia meningkat pada
orang muda pada usia 15 & 19 tahun dan perokok berusia 10-14 tahun di perkirakan meningkat
(Prasanti, 2018).
Menurut Widawat (2012) dalam (Suhta, 2018) remaja merokok karena melihat iklan media
massa dan menampilkan cintra perokok sebagai simbol kejantanan sehingga membuat remaja
mengikuti perilaku yang ditampilkan di iklan. Meskipun semua orang tahu bahaya merokok
tetapi tetap saja mereka dengan bebasnya merokok di lingkungan. Berperilaku tidak baik merokok
di lingkungan sekolah pada masa remaja menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan karena
remaja lebih rentan terkena penyakit dengan waktu yang lama seperti kanker paru-paru, kanker
mulut, kanker tenggorokan, menyebabkan gigi kuning. Seperti pada bungkus rokok sudah terlihat
secara jelas terdapat seorang laki-laki bolong lehernya dan foto-foto yang bisa dikatakan seram
atau jijik itulah resikonya kalau kita masih terus melakukan kebiasaan rokok, lebih baik dikurangi
sedikit demi sedikit sehingga tidak ada lagi perasaan ingin merokok dan terciptanya lingkungan
yang sehat sesuai dengan misi di SMP Negeri 16 Kota Jambi .
KESIMPULAN
Sekolah memiliki peran yang penting dalam mengatasi kasus seperti ini dengan adanya
kebijakan untuk menghentikan pelajar merokok di lingkungan sekolah. Kepala sekolah sudah
[Studi Kasus Merokok Di Lingkungan Sekolah Yang Bertentangan
Dengan Misi Di SMP Negeri 16 Kota Jambi]
Vol. 2, No. 1, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
103
memberikan larangan dengan cara jikalau kedapatan pelajar yang merokok di lingkungan sekolah
akan mendapatkan konsekuensinya seperti di Score, Memanggil orang tua, dan Point
Pelanggaran. Apabila pelajar melebihi batas maksimal point pelanggaran maka pelajar akan
dikeluarkan dari sekolah, perilaku merokok pelajar dapat diatasi dengan guru melakukan razia
pada jam istirahat dan melihat situasi lingkungan terutama di toilet sehingga para pelajar lainnya
merasa nyaman dengan lingkungan yang sehat sesuai dengan misi yang ada di SMP Negeri 16
Kota Jambi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, A., & Ridha, U. (2017). Pendidikan Karakter ‘Tidak Merokok’ di Sekolah Muhammadiyah
di Kota Kretek. Psikoislamedia: Jurnal Psikologi, 2(1), 75.
Arisman, W., & Awaru, A. O. T. (2021). Peroko dalam Perspektif Guru Perokok dan Siswa
Perokok Sekolah Menengah atas Negeri. Pinisi Journal of Sociology Education Review,
1(2), 8088.
Azam, U. (2016). Bimbingan dan konseling perkembangan di sekolah teori dan praktik.
Deepublish.
Dinas Kesehatan Pemprov Banten. (2017). Pengertian Meroko dan Akibatnya.
Febrianika, R., Widjanarko, B., & Kusumawati, A. (2016). Hubungan faktor lingkungan sosial
dengan perilaku merokok siswa laki-laki di SMA x kabupaten kudus. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4(3), 10751082.
Marchel, Y. A., Indraswari, R., & Handayani, N. (2019). Implementasi Kawasan Tanpa Rokok
Sebagai Pencegahan Merokok Pada Remaja Awal. Jurnal Promkes, 7(2), 144.
Najmuddin, N., Fauzi, F., & Ikhwani, I. (2019). Program kedisiplinan siswa di lingkungan
sekolah: Studi kasus di dayah terpadu (boarding school) SMA babul maghfirah aceh besar.
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 8(02), 183206.
Naziyah, S., Akhwani, A., Nafiah, N., & Hartatik, S. (2021). Implementasi Pendidikan Karakter
Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(5), 34823489.
Pradana, K. A., Laksono, W. C., Qorimah, E. N., Suminar, R. K., Wasito, A., Novanto, A. E.,
Susilowati, A., Ardillani, S. P., Rohmah, A. N., & Aristiyani, S. A. (2022). Strategi
pengembangan talenta inovasi dan kecerdasan anak. Muhammadiyah University Press.
Pranoto, B., Nurhadi, N., & Yuhastina, Y. (2020). Peran sekolah dalam mengatasi perilaku
merokok siswa di sma negeri karangpandan. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, 7(2),
173190.
Prasanti, D. (2018). Penggunaan Media komunikasi bagi remaja perempuan dalam pencarian
informasi kesehatan. LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(1), 1522.
Rozaki, A. (2021). Menabur Karisma, Menuai Kuasa. IRCiSoD.
Setiyanto, D. (2013). Perilaku Merokok di Kalangan Pelajar (Studi Kasus Tentang Faktor dan
Dampak dari Perilaku Merokok pada Kalangan Pelajar SMA Negeri 2 Karanganyar).
SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant, 3(2).
Vol. 1, No. 2, 2023
104
Elisa Julianti Br. Pinem, Siti Tiara Maulia
Suhta, D. W. (2018). Pengetahuan dan Perilaku Merokok Pelajar Sekolah Menengah Pertama.
Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, 4(1), 4760.
Wulansari, N. M. D. (2017). Didiklah Anak Sesuai Zamannya: Mengoptimalkan Potensi Anak di
Era Digital. Visimedia.