Lentera: Multidisciplinary Studies
Volume 3 Number 2, March, 2025
p- ISSN: 2987-2472 | e-ISSN: 2897-7031
https://lentera.publikasiku.id/index.php
556
PENGARUH KARIOGENITAS MAKANAN TERHADAP TINGKAT
KEPARAHAN EARLY CHILDHOOD CARIES PADA ANAK USIA 3-5
TAHUN DENGAN STATUS GIZI KURANG
Pipit Dias Pitasari, Putri Kusuma W.M, Supartinah Santoso
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
dentistpipit@gmail.com
ABSTRAK
Anak dengan status gizi kurang mempunyai struktur gigi yang tidak adekuat sehingga rentan terhadap
karies. Karies pada anak dibawah usia 71 bulan dikenal dengan istilah Early Childhood Caries. ECC
terjadi karena seringnya konsumsi makanan dengan tingkat kariogenitas tinggi. Tujuan penelitian ini
untuk menganalisis pengaruh tingkat kariogenitas makanan terhadap tingkat keparahan ECC pada anak
umur 3 - 5 tahun dengan status gizi kurang. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan
rancangan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah anak gizi kurang usia 3-5 tahun
sejumlah 42 anak. Status gizi dihitung menggunakan WHO Growth Chart berdasar jenis kelamin.
Kariogenitas makanan diperoleh dari kuesioner menggunakan skor kariogenitas makanan dan
dikategorikan ringan,sedang,tinggi. Tingkat keparahan karies menggunakan metode Shimono.
Penentuan kategori tingkat keparahan karies menggunakan nilai rerata dan simpangan baku.Data
penelitian di uji dengan Uji Chi Square. Tidak ditemukan kariogenitas makanan tinggi. Tingkat
kariogenitas makanan sedang menunjukkan tingkat keparahan ECC lebih tinggi 8 (66,7%). Kariogenitas
makanan rendah menunjukkan tingkat keparahan ECC juga rendah sebanyak 16(53,3%),hasil uji chi
square ditemukan perbedaan bermakna antara tingkat keparahan karies berdasarkan tingkat kariogenitas
p=0,013. kariogenitas makanan yang lebih tinggi, lebih meningkatkan keparahan ECC.
Keywords: anak gizi kurang umur 3-5 tahun, kariogenitas makanan, tingkat keparahan ECC
Abstract
Children with poor nutritional status have inadequate tooth structures so they are susceptible to caries.
Caries in children under the age of 71 months is known as Early Childhood Caries. ECC occurs due to
frequent consumption of foods with high levels of cariogenicity. The purpose of this study was to
analyze the effect of food cariogenicity level on the severity of ECC in children aged 3 - 5 years with
malnutrition status. This type of research is observational analysis with a cross sectional approach
design. The subjects of the study were under-nourishment children aged 3-5 years with a total of 42
children. Nutritional status is calculated using the WHO Growth Chart based on gender. Food
cariogenicity was obtained from a questionnaire using food cariogenicity scores and was categorized as
mild, medium, and high. The severity of caries uses the Shimono method. The determination of the
category of caries severity uses the mean value and standard deviation. The research data was tested
with the Chi Square Test. No high food carogenicity was found. The level of cariogenicity of moderate
foods showed a higher severity of ECC 8 (66.7%). Low food cariogenicity showed that the severity of
ECC was also low by 16 (53.3%), the results of the chi square test found a significant difference between
the severity of caries based on the karyogenicity level p=0.013.
Keywords: malnourished children aged 3-5 years, level of food cariogenicity, severity of ECC
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International
Vol. 3, No. 2, 2025
https://lentera.publikasiku.id/index.php
557
PENDAHULUAN
Status gizi merupakan indikator penting pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas. Status gizi merupakan gambaran apa yang di konsumsi seseorang dalam jangka
waktu lama. Ketersediaan zat gizi dalam tubuh Balita menentukan apakah keadaan gizi kurang,
optimum atau lebih. Akibat gizi kurang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
Balita (Keeley, Little, & Zuehlke, 2019). Gangguan gizi pada masa Balita dapat mengganggu
kecerdasan dan pertumbuhan jasmani. Kecerdasan pada anak usia dini tergantung pada asupan
gizi yang diterima. Perkembangan otak dapat dicapai bila anak berstatus gizi baik . Kurangnya
asupan energi dan protein dalam jangka waktu lama menyebabkan anak mengalami gizi kurang
(Kaofa, 2023).
Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan akan kekurangan gizi, karena anak
tergantung pada orang tua sebagai penentu makanannya. Kurangnya pengetahuan gizi orang tua
dan pemilihan makanan menjadi penyebab anak kekurangan gizi. Gizi seimbang adalah makanan
yang dikonsumsi sehari hari mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah sesuai kebutuhan
tubuh untuk mencegah masalah gizi. Anak usia 3-5 tahun juga sudah mengenal jajanan. Mereka
cenderung membeli jajanan yang disukai tanpa memperhatikan keamanannya. Kebiasaan
mengkonsumsi makanan oleh anak dimulai dari pendidikan dalam keluarga dan didukung
pendidikan yang didapat di sekolah (Nelwan, Musa, & Sumampouw, 2023) (Nelwan et al., 2023).
Masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak di Indonesia masih sangat tinggi, 89% anak
di bawah usia 12 tahun menderita masalah kesehatan gigi dan mulut. Kondisi ini sangat
berpengaruh pada derajat pertumbuhan dan perkembangan serta mempengaruhi kualitas hidup
anak di masa depan. Rasa sakit yang dialami akan menurunkan selera makan dan berpengaruh
pada asupan makanannya. Karies, termasuk dalam 10 besar penyakit terbanyak. Karies gigi
dianggap lazim pada anak anak dan merupakan penyakit tidak menular yang banyak ditemukan
(Amsir, 2020) (Susanti, 2019).
Karies pada anak dikenal dengan istilah Early Childhood Caries (ECC), adalah adanya satu
atau lebih karies atau adanya gigi yang ditambal pada gigi desidui anak usia kurang dari 71 bulan
. Tanda tanda klinis ECC biasanya muncul saat usia 2 tahun, berkembang cepat dan
mempengaruhi kualitas hidup anak (Dewi, 2023) (Wijaksana, 2024). ECC terjadi karena
seringnya konsumsi makanan dengan tingkat kariogenitas tinggi. Makanan yang mengandung
karbohidrat merupakan makanan dengan tingkat kariogenitas tinggi. Makanan dengan
kariogenitas tinggi mengandung karbohidrat dengan bentuk fisik padat dan lengket dan
karbohidrat dalam bentuk fisik cair (Anista, 2024)(Anista, 2024).
Istilah ECC saat ini untuk menggantikan istilah nursing caries, bottle caries, babby bottle
tooth decay, rampant caries atau night bottle mouth. ECC dianggap memiliki pengertian yang
lebih luas sebagai penyakit multifaktorial akibat interaksi mikroorganisme kariogenik, paparan
karbohidrat (substrat) yang lama, pemberian makanan tinggi karbohidrat dan faktor sosial. ECC
yang disebabkan konsumsi susu formula memiliki pola yang khas, mengenai empat gigi insisif
atas sedangkan empat insisif bawah tetap sehat karena tertutup lidah (ANNISSA, 2019)
Asupan gizi menjadi faktor yang berhubungan langsung dengan kesehatan mulut. Masalah
pada gigi juga mempengaruhi kebiasaan makan dan mempengaruhi status gizi (Maryam, Isnanto,
& Mahirawatie, 2021). Akibat kekurangan gizi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
struktur gigi. Akibat struktur gigi tidak adekuat, anak rentan terkena ECC. Gigi desidui juga lebih
mudah terkena karies karena email gigi desidui lebih tipis dibanding email gigi permanen yang
lebih padat dan mengandung lebih banyak mineral (Aldina, 2024). ECC bukan hanya
mempengaruhi rongga mulut tetapi penyakit ini juga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
lebih luas. Anak yang mengalami ECC pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan anak yang
bebas karies. Anak yang menderita ECC menjadi sangat kurus karena terkait rasa nyeri dan
keterbatasan memilih bentuk sediaan makanan dikarenakan fungsi mastikasi yang terganggu dan
dapat mempengaruhi asupan makanan serta status gizinya.
Vol. 1, No. 4, 2023
[Pengaruh Kariogenitas Makanan Terhadap Tingkat Keparahan Early
Childhood Caries Pada Anak Usia 3-5 Tahun Dengan Status Gizi
Kurang]
558
Hasil penelitian yang berada di Desa Jeruksari Kabupaten Pekalongan, menunjukan tingkat
keparahan karies anak stunting lebih tinggi dibanding tingkat keparahan anak yang tidak stunting.
Desa Jeruksari termasuk desa lokus stunting dan gizi kurang yang ditetapkan Kementrian
Kesehatan. Desa ini adalah desa nelayan dan memiliki sumber protein ikan. Sumber protein ini
lebih banyak di jual daripada dijadikan makanan sehari-hari. Kebanyakan makanan sehari-hari
adalah jajanan keliling ataupun makanan instant. Peneliti merasa perlu meneliti pengaruh tingkat
kariogenitas makanan terhadap tingkat keparahan ECC. Diharapkan dari penelitian ini dapat
memberikan kesadaran pada orang tua agar cerdas memilih makanan untuk anak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Desa Jeruksari Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Tahap pengolahan
data meliputi beberapa langkah penting. Pertama, dilakukan pengkodean dan
pengelompokan data sesuai dengan variabel yang diteliti untuk mempermudah proses
analisis. Selanjutnya, data yang telah dikelompokkan dianalisis dan dilakukan interpretasi
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini, analisis data
dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Tahap terakhir adalah penyajian data, di
mana hasil penelitian disusun dalam bentuk laporan yang sesuai dengan temuan yang
diperoleh. Perbedaan kariogenitas makanan dan tingkat keparahan karies berskala ordinal
diuji dengan Uji Chi Square, dikatakan ada perbedaan signifikan jika p <0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Wawancara
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh tingkat kariogenitas makanan terhadap tingkat
keparahan ECC pada anak usia 3 -5 tahun dengan status gizi kurang di Desa Jeruksari Kecamatan
Tirto Kabupaten Pekalongan. Jumlah anak usia 3-5 tahun dengan status gizi kurang sebanyak 42
anak. Data karakteristik keluarga subjek diperoleh melalui wawancara bersama orang tua subjek
dengan dibantu kuesioner. Data karakteristik keluarga subjek penelitian disajikan pada Tabel. 5.
Tabel 5. Karakteristik keluarga subjek penelitian
Variabel
jumlah
Persentase (%)
Usia
Ibu
Rata-rata : 32,7 th
Rentang usia : 23-47th
Ayah
Rata-rata : 37 th
Rentang usia : 26-50th
Pendidikan
Ibu
SD
28
66,7 %
SMP
10
23,8 %
SMA
2
4,8 %
SMK
dll
1
1
2,4 %
2,4%
Ayah
SD
27
64,3 %
SMP
11
26,2 %
SMA
1
2,4 %
D3
1
2,4 %
Vol. 3, No. 2, 2025
https://lentera.publikasiku.id/index.php
559
dll
2
4,7%
Variabel
Jumlah
Presentase
Pendapatan
Per bulan
Tidak tentu
13
31,0%
Rp.1.000.0000
Rp. 1.500.000
Rp. 3.000.000
dll
5
14
10
11,9%
33,3%
23,8%
Status rumah
menumpang
21
50,0%
Pribadi
dll
18
3
42,9%
7,1%
Jumlah kk per
rumah
2 KK
1 KK
3 KK
3>KK
20
13
3
6
51,3%
33,3%
7,1%
14,2%
Pekerjaan
Buruh
34
81,0%
Jumlah orang
dalam satu
rumah
4
5
6
7
8
>8
4
11
9
6
4
12
9,5%
28,2%
21,4%
14,3%
9,5%
17,1%
Data karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel. 6
Tabel 6. Karakteristik subjek penelitian
Variabel
Jumlah
Persentase
Lebih suka makan utama
9
23,1%
Lebih suka jajan
30
76,9%
Menyikat gigi
Tidak pernah
4
9,8%
Sehari sekali
2
4,9%
2x saat mandi
35
85,4%
Pernah dirawat di RS
Pernah
11
26,2%
Tidak pernah
31
73,8%
Minum manis melalui botol
Pernah
32
76,2%
Tidak pernah
10
23,8%
Penentuan kategori tingkat keparahan ECC menggunakan nilai rerata dan simpangan baku
menurut metode Subekti dkk (2015). Berdasarkan hasil penelitian didapat rerata dan simpangan
baku tingkat keparahan ECC sebesar 42,83+ 12.99 sehingga kategori tingkat keparahan ECC
subjek penelitian adalah sebagai berikut (Tabel.7):
Tabel 7. Kategori tingkat keparahan ECC subjek penelitian
Kategori
Rentang Skor
Vol. 1, No. 4, 2023
[Pengaruh Kariogenitas Makanan Terhadap Tingkat Keparahan Early
Childhood Caries Pada Anak Usia 3-5 Tahun Dengan Status Gizi
Kurang]
560
Tingkat Keparahan ECC
Tinggi
>49,32
Sedang
36,33 49,32
Rendah
< 36,33
Distribusi frekuensi kariogenitas makanan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi kariogenitas makanan pada subjek penelitian
Kariogenitas makanan
Jumlah
Persentase (%)
Rendah (rentang skor 1-3)
30
71,4%
Sedang (rentang skor 3,1-5)
12
28,6%
Tinggi( rentang skor >5)
0
0,0%
Distribusi frekuensi tingkat keparahan ECC subjek penelitian berdasarkan tingkat
kariogenitas makanan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi frekuensi tingkat keparahan ECC subjek penelitian berdasarkan tingkat
kariogenitas makanan beserta nilai probabilitas Uji Chi Square
Tingkat
Kariogenitas
makanan
Tingkat keparahan ECC
Total
p
Rendah
n (%)
Sedang
n (%)
Tinggi
n (%)
Rendah
16
(53.3%)
8
(26.7%)
6
(20.0%)
30
(100%)
0.013*
Sedang
2
(16.7%)
2
(16.7%)
8
(66.7%)
12
(100%)
Tabel 9 menunjukkan tidak didapatkan subjek dengan kariogenitas makanan tinggi dan
subjek dengan kariogenitas makanan sedang menunjukkan tingkat keparahan ECC lebih tinggi.
Hasil Uji Chi Square ditemukan perbedaan bermakna tingkat keparahan karies berdasarkan
tingkat kariogenitas makanan (p=0,013). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh tingkat
kariogenitas makanan terhadap tingkat keparahan ECC pada anak dengan status gizi kurang usia
3-5 tahun di Desa Jeruksari Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Subjek yang diteliti
sejumlah 42 anak dengan stasus gizi kurang. Anak gizi kurang disebabkan ketidakseimbangan
antara kebutuhan tubuh dengan asupan nutrisi. Malnutrisi anak gizi kurang menyebabkan
produksi dan kualitas saliva berkurang sehingga mempengaruhi kemampuan rongga mulut dalam
melindungi gigi. Struktur gigi yang tidak adekuat karena asupan nutrisi kurang juga
mempengaruhi perkembangan ECC. Keparahan ECC mempengaruhi asupan nutrisi pada anak
dan mengarah pada kesehatan pada masa yang akan datang (Dewi, 2023).
Desa Jeruksari berada di pesisir pantai utara Jawa Tengah, Hasil data karakteristik
(lampiran 14) menunjukkan bahwa status rumah masih menumpang sebanyak 50 %. Setiap rumah
terdiri dari 2 KK (51,3 %). Jumlah penghuni rumah berjumlah 5 orang (28,2%) dalam setiap
rumah. Keadaan ini disebabkan sebagian wilayah utara sudah terendam banjir sehingga mereka
tinggal bersama orangtua ataupun keluarga lain yang tidak terkena banjir. Sebagian besar anak
dengan gizi kurang ini, 76,9% lebih menyukai jajan dibandingkan makanan utama.
Vol. 3, No. 2, 2025
https://lentera.publikasiku.id/index.php
561
Hasil penelitian menunjukkan subjek dengan tingkat kariogenitas makanan tinggi tidak
ditemukan, kemungkinan karena rancangan penelitian ini adalah cross sectional sehingga riwayat
makanan masa lalu tidak tercatat. Subjek dengan tingkat kariogenitas makanan sedang
menunjukkan tingkat keparahan ECC tinggi, sebanyak 8 anak, prosentase 66,7%. Hasil tersebut
dapat disebabkan oleh perilaku anak yang gemar mengkonsumsi jajanan. Makanan dengan tingkat
kariogenitas sedang diantaranya adalah makanan yang berbentuk padat tidak lengket, semi padat
lengket dan cair (biskuit, donat, crackers, oreo, es teh manis). Bentuk dan konsistensi makanan
mempengaruhi perlekatan makanan dalam mulut. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
anak mengkonsumsi makanan kariogenik, maka tingkat keparahan kariesnya semakin tinggi.
Tingkat kariogenitas makanan yang semakin tinggi beresiko meningkatkan tingkat keparahan
ECC. Salah satu etiologi karies adalah substrat. Substrat merupakan sisa makanan yang
mengandung karbohidrat dalam mulut yang difermentasikan oleh bakteri untuk mendapatkan
energi. Karbohidrat merupakan bahan yang sangat kariogenik. Gula yang terkandung dalam
karbohidrat sangat efektif menimbulkan karies dan akan menurunkan pH saliva sehingga terjadi
demineralisasi. Makanan yang dikunyah serta tinggi serat dapat menstimulasi saliva dan
berpotensi rendah untuk terjadinya perlekatan makanan (Ramayanti & Purnakarya, 2013)
(Indriyani, 2020).
Hasil penelitian pada tingkat kariogenitas makanan rendah juga ada yang mengalami
keparahan ECC tinggi sebanyak 6 (20%). Hal ini bisa jadi disebabkan anak meminum susu botol
sambil tidur. Kebiasaan ngedot pada subjek penelitian dimiliki 76,2 % anak dengan gizi kurang.
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry 1996, pemberian ASI pada malam hari dalam
jangka waktu lama juga dapat mengakibatkan kerusakan gigi yang meluas. Durasi pemberian susu
botol dan ASI yang berkepanjangan sampai anak tertidur memiliki hubungan terhadap resiko
terjadinya ECC. Kebiasaan minum susu botol maupun ASI sampai tertidur menyebabkan cairan
tergenang di bagian servikal gigi anterior atas (Donna,2009). Kebiasaan pemeliharaan kebersihan
gigi dengan menyikat gigi, menunjukkam 85,4 % anak menyikat gigi 2 kali sehari tetapi hanya
pada waktu mandi. Menyikat dan membersihkan mulut sangat penting untuk menghindari
penurunan pH saliva. Penurunan pH saliva menyebabkan lingkungan rongga mulut menjadi asam
dan menyebabkan demineralisasi struktur gigi (Asridiana & Thioritz, 2019).
Susu formula diberikan sebagai pengganti ASI. Hal ini bisa disebabkan antara lain ASI
tidak lancar dan kesibukan ibu yang bekerja. Tambahan gula pada susu formula juga dapat
meningkatkan potensi terjadinya ECC. Cairan manis yang melekat di gigi menjadi media
pertumbuhan mikroorganisme karena adanya kandungan sukrosa. Kandungan laktosa pada susu
dapat menyebabkan demineralisasi email (Mona & Adinda, n.d.).
Faktor status sosial ekonomi, pendidikan orang tua yang rendah memiliki pengaruh
signifikan terhadap ECC (Anil dan Anand,2017). Status sosial masyararakat desa Jeruksari
tergolong rendah. Sebagian besar bekerja sebagai buruh (81%). Orang tua anak dengan gizi
kurang 66,7 % ibu adalah lulusan SD, begitu juga ayah 64,3 % lulusan SD. Usia ibu rata rata
32 tahun dan ayah 37 tahun dengan pendapatan perbulan tidak tentu (31%). Pechey dan Monsivais
(2016) menyatakan bahwa keluarga dengan status sosial ekonomi rendah cenderung memilih
makanan dengan gizi rendah dan mencari sumber energi yang lebih murah dengan kualitas diet
rendah. Anak-anak dengan status ekonomi rendah memiliki resiko karies gigi dua kali lebih tinggi
daripada status sosial ekonomi tinggi. Keadaan demografi lokasi penelitian yang terkena banjir
rob, membuat anak terbiasa makan makanan instan yang terasa lebih mengenyangkan karena
banyaknya bantuan mie dan makanan instant jika mulai memasuki musim penghujan.
Pengetahuan dan kemampuan orangtua dalam menyediakan makanan dengan kariogenitas rendah
agak sulit. Orang tua lebih menyediakan makanan yang praktis dan instan karena kedua orangtua
kebanyakan bekerja.
KESIMPULAN
Vol. 1, No. 4, 2023
[Pengaruh Kariogenitas Makanan Terhadap Tingkat Keparahan Early
Childhood Caries Pada Anak Usia 3-5 Tahun Dengan Status Gizi
Kurang]
562
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kariogenitas makanan berpengaruh signifikan terhadap
tingkat keparahan Early Childhood Caries (ECC) pada anak usia 3-5 tahun dengan status gizi
kurang. Hal ini mengimplikasikan perlunya peningkatan kesadaran orang tua dan pengasuh
mengenai pentingnya pemilihan makanan yang rendah kariogenitas untuk mengurangi risiko
ECC, khususnya di daerah dengan akses terbatas terhadap pendidikan gizi. Selain itu, kebijakan
kesehatan yang fokus pada pembatasan konsumsi makanan dengan tingkat kariogenitas sedang
dan tinggi serta promosi makanan bergizi sangat diperlukan untuk mencegah masalah kesehatan
gigi pada anak-anak. Program kesehatan gigi yang mendorong kebiasaan menyikat gigi secara
teratur dan mengurangi konsumsi makanan manis juga dapat berperan penting dalam pencegahan
ECC. Dampak jangka panjang dari ECC dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
anak, sehingga intervensi dini sangat diperlukan untuk memastikan anak-anak mendapatkan
asupan gizi yang cukup dan kesehatan mulut yang baik. Oleh karena itu, intervensi berbasis
masyarakat yang mengedukasi keluarga tentang pilihan makanan sehat dan pentingnya perawatan
gigi dapat meningkatkan kualitas hidup anak-anak, khususnya yang berada di daerah dengan
status sosial ekonomi rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Aldina, Ridha. (2024). Topikal Aplikasi Fluor Dalam Mencegah Karies Gigi Pada Anak
Sebuah Literature Review. Jurnal Kesehatan Gigi Dan Mulut (JKGM), 6(1), 96
104.
Amsir, Andi Muhammad Farhan Pabeangi. (2020). Hubungan Antara Status Gizi Dengan
Status Karies Pada Anak Stunting: Kajian Literatur. Universitas Hasanuddin.
Anista, Magdalena Helmia. (2024). Gambaran Karies Gigi Berdasarkan Jenis Makanan
Kariogenik Yang Dikonsumsi Murid-Murid Kelas Iii Di Sd Inpres Liliba. Poltekkes
Kemenkes Kupang.
Annissa, Achmadsyah Gewang. (2019). Hubungan Riwayat Pola Mengonsumsi Susu
Botol Dengan Tingkat Keparahan Early Childhood Caries (Ecc) Pada Anak Usia 3-
5 Tahun Di Kecamatan Kuranji Kota Padang. Universitas Andalas.
Asridiana, Asridiana, & Thioritz, Ernie. (2019). Pengaruh Mengkonsumsi Makanan
Manis Dan Lengket Terhadap Ph Saliva Pada Murid Sdn Mamajang Makassar.
Media Kesehatan Gigi: Politeknik Kesehatan Makassar, 18(1).
Dewi, Ni Komang Tiara Febby Prasasti. (2023). Hubungan Status Gizi Dan Asupan
Makanan Anak Prasekolah Dengan Early Chilhood Caries (ECC) Di TK Sudacara
Bebandem, Karangasem. Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Indriyani, Dela. (2020). Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelihara Diri Kesehatan Gigi
Dan Jumlah Karies Pada Ibu Ibu Pkk. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Kaofa, Nazila. (2023). Studi Faktor Risiko Terjadinya Stunting Pada Anak Usia 24-59
Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Dlingo Ii Bantul. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
Keeley, Brian, Little, CÊline, & Zuehlke, Eric. (2019). The State of the Worlds
Vol. 3, No. 2, 2025
https://lentera.publikasiku.id/index.php
563
Children 2019: Children, Food and Nutrition--Growing Well in a Changing World.
UNICEF.
Maryam, Hafidyawati, Isnanto, Isnanto, & Mahirawatie, Ida Chairanna. (2021).
Determinan Status Gizi Pada Status Kesehatan Gigi Anak Usia Sekolah: Systematic
Literature Review: Determinants Of Nutritional Status In The Dental Health Status
Of School Age Children: Systematic Literature Review. JDHT Journal of Dental
Hygiene and Therapy, 2(2), 6271.
Mona, Deli, & Adinda, R. A. (n.d.). Pengaruh Pola Pemberian ASI terhadap kejadian
Early Childhood Caries. Penerbit Adab.
Nelwan, Jeini Ester, Musa, Ester Candrawati, & Sumampouw, Oksfriani Jufri. (2023).
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Sekolah Pada Siswa Sekolah Dasar Kartika
Jaya XXI-1 Kota Manado. Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa, 1(9), 2088
2099.
Ramayanti, Sri, & Purnakarya, Idral. (2013). Peran makanan terhadap kejadian karies
gigi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 7(2), 8993.
Susanti, Nofi. (2019). Bahan ajar epidemiologi penyakit tidak menular.
Wijaksana, I. Komang Evan. (2024). ANTISIPASI STUNTING-Jaga Kesehatan Rongga
Mulut Ibu Hamil dan Balita. Airlangga University Press.