PENDAHULUAN
Status gizi merupakan indikator penting pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas. Status gizi merupakan gambaran apa yang di konsumsi seseorang dalam jangka
waktu lama. Ketersediaan zat gizi dalam tubuh Balita menentukan apakah keadaan gizi kurang,
optimum atau lebih. Akibat gizi kurang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
Balita (Keeley, Little, & Zuehlke, 2019). Gangguan gizi pada masa Balita dapat mengganggu
kecerdasan dan pertumbuhan jasmani. Kecerdasan pada anak usia dini tergantung pada asupan
gizi yang diterima. Perkembangan otak dapat dicapai bila anak berstatus gizi baik . Kurangnya
asupan energi dan protein dalam jangka waktu lama menyebabkan anak mengalami gizi kurang
(Kaofa, 2023).
Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan akan kekurangan gizi, karena anak
tergantung pada orang tua sebagai penentu makanannya. Kurangnya pengetahuan gizi orang tua
dan pemilihan makanan menjadi penyebab anak kekurangan gizi. Gizi seimbang adalah makanan
yang dikonsumsi sehari – hari mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah sesuai kebutuhan
tubuh untuk mencegah masalah gizi. Anak usia 3-5 tahun juga sudah mengenal jajanan. Mereka
cenderung membeli jajanan yang disukai tanpa memperhatikan keamanannya. Kebiasaan
mengkonsumsi makanan oleh anak dimulai dari pendidikan dalam keluarga dan didukung
pendidikan yang didapat di sekolah (Nelwan, Musa, & Sumampouw, 2023) (Nelwan et al., 2023).
Masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak di Indonesia masih sangat tinggi, 89% anak
di bawah usia 12 tahun menderita masalah kesehatan gigi dan mulut. Kondisi ini sangat
berpengaruh pada derajat pertumbuhan dan perkembangan serta mempengaruhi kualitas hidup
anak di masa depan. Rasa sakit yang dialami akan menurunkan selera makan dan berpengaruh
pada asupan makanannya. Karies, termasuk dalam 10 besar penyakit terbanyak. Karies gigi
dianggap lazim pada anak – anak dan merupakan penyakit tidak menular yang banyak ditemukan
(Amsir, 2020) (Susanti, 2019).
Karies pada anak dikenal dengan istilah Early Childhood Caries (ECC), adalah adanya satu
atau lebih karies atau adanya gigi yang ditambal pada gigi desidui anak usia kurang dari 71 bulan
. Tanda – tanda klinis ECC biasanya muncul saat usia 2 tahun, berkembang cepat dan
mempengaruhi kualitas hidup anak (Dewi, 2023) (Wijaksana, 2024). ECC terjadi karena
seringnya konsumsi makanan dengan tingkat kariogenitas tinggi. Makanan yang mengandung
karbohidrat merupakan makanan dengan tingkat kariogenitas tinggi. Makanan dengan
kariogenitas tinggi mengandung karbohidrat dengan bentuk fisik padat dan lengket dan
karbohidrat dalam bentuk fisik cair (Anista, 2024)(Anista, 2024).
Istilah ECC saat ini untuk menggantikan istilah nursing caries, bottle caries, babby bottle
tooth decay, rampant caries atau night bottle mouth. ECC dianggap memiliki pengertian yang
lebih luas sebagai penyakit multifaktorial akibat interaksi mikroorganisme kariogenik, paparan
karbohidrat (substrat) yang lama, pemberian makanan tinggi karbohidrat dan faktor sosial. ECC
yang disebabkan konsumsi susu formula memiliki pola yang khas, mengenai empat gigi insisif
atas sedangkan empat insisif bawah tetap sehat karena tertutup lidah (ANNISSA, 2019)
Asupan gizi menjadi faktor yang berhubungan langsung dengan kesehatan mulut. Masalah
pada gigi juga mempengaruhi kebiasaan makan dan mempengaruhi status gizi (Maryam, Isnanto,
& Mahirawatie, 2021). Akibat kekurangan gizi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
struktur gigi. Akibat struktur gigi tidak adekuat, anak rentan terkena ECC. Gigi desidui juga lebih
mudah terkena karies karena email gigi desidui lebih tipis dibanding email gigi permanen yang
lebih padat dan mengandung lebih banyak mineral (Aldina, 2024). ECC bukan hanya
mempengaruhi rongga mulut tetapi penyakit ini juga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
lebih luas. Anak yang mengalami ECC pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan anak yang
bebas karies. Anak yang menderita ECC menjadi sangat kurus karena terkait rasa nyeri dan
keterbatasan memilih bentuk sediaan makanan dikarenakan fungsi mastikasi yang terganggu dan
dapat mempengaruhi asupan makanan serta status gizinya.