Otomasi dalam transportasi internal memungkinkan perusahaan untuk mengurangi waktu
yang diperlukan dalam pemindahan material antar proses produksi atau dari gudang ke lini
produksi (Aloui, Guizani, Hammadi, Soriano, & Haddar, 2021)(Alhaq & Saidatuningtyas, 2024).
Selain itu, menurut Lothar Schulze dan Lindu Zhao dalam jurnal Worldwide Development and
Application of Automated Guided Vehicle Systems, otomasi juga mengurangi kesalahan manusia
yang sering kali terjadi pada proses manual, seperti penempatan produk yang salah atau kerusakan
barang karena penanganan yang tidak tepat (Schulze & Zhao, 2007; Yingbo, Cong, & Xinyu,
2025). Automated Guided Vehicle Systems (AGVS) terbukti fleksibel dan efisien untuk berbagai
tugas aliran material, di area pabrik. Keunggulan utamanya adalah kemampuan merencanakan
dan mengoptimalkan unit kendaraan berdasarkan strategi yang telah ditentukan, serta memastikan
pelacakan barang yang lebih baik. Penggunaan sistem otomasi dalam transportasi dapat
meningkatkan akurasi dan konsistensi, yang krusial untuk menjaga kualitas dan efektivitas
produksi (Ananta, 2024).
Salah satu robot yang dapat digunakan adalah Automated Guided Vehicle (AGV). AGV
adalah kendaraan yang dirancang untuk bergerak secara otonom di dalam lingkungan tertentu
tanpa harus dikendalikan oleh manusia (Tanveer, Ashraf, & Khan, 2023). Menurut M. De Ryck,
M. Versteyhe, dan F. Debrouwere dalam jurnal Automated Guided Vehicle systems, state-of-the-
art control algorithms and techniques, AGV merupakan robot bergerak yang banyak digunakan
dalam industri untuk mengangkut barang dari satu titik ke titik lain (De Ryck, Versteyhe, &
Debrouwere, 2020). Pasar AGV saat ini tumbuh dengan cepat dan sangat dinamis, didorong oleh
munculnya sistem manufaktur yang fleksibel, meningkatnya permintaan akan AGV yang
disesuaikan, serta adopsi otomatisasi industri oleh usaha kecil dan menengah (UKM). AGV dapat
beroperasi secara terus-menerus, mengurangi waktu tunggu, dan mempercepat proses pengerjaan
(Ananta, 2024) (Sariwardani & Si, 2024). Selain menggantikan pekerja manusia, AGV juga dapat
mengurangi biaya operasional jangka panjang.
AGV dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan metode
waypoint untuk menentukan tujuan yang ingin dituju (Ananta, 2024). AGV pada awalnya akan
melakukan pemetaan area yang akan dilalui melalui GPS. Sebelum AGV mulai bergerak,
diperlukan titik koordinat penentu awal mulai dan titik akhir operasi. Setelah mengetahui posisi
awal dan titik tujuan yang ditentukan, AGV dapat mencapai tujuan tersebut. Maka dari itu, penulis
bermaksud untuk membuat sebuah tugas akhir dengan judul “IMPLEMENTASI METODE
WAYPOINT PADA SISTEM NAVIGASI AUTOMATED GUIDED VEHICLE (AGV)”.
METODE PENELITIAN
Kerangka Tugas Akhir
Prosedur pengerjaan tugas akhir ini dibuat berdasarkan sistematika tahapan pengerjaan
yang berurutan. Proses dimulai dengan tahap Mulai, yang menandai awal dari keseluruhan proyek
tugas akhir. Langkah pertama setelah inisiasi adalah Studi Pustaka, di mana dilakukan kajian
literatur untuk memahami konsep-konsep dasar, teknologi, dan metode yang terkait dengan
Automated Guided Vehicle (AGV) dan sistem navigasi berbasis waypoint yang menjadi fokus
penelitian ini. Studi pustaka ini bertujuan untuk memperkuat landasan teoritis dan memastikan
bahwa penelitian didasarkan pada informasi dan pengetahuan terkini.
Selanjutnya, masuk ke tahap Perancangan Perangkat Keras (Hardware), yang melibatkan
pemilihan dan perancangan komponen fisik yang akan digunakan dalam sistem AGV, seperti
sensor, mikrokontroler, dan aktuator. Setelah perangkat keras dirancang, tahap Perancangan
Perangkat Lunak (Software) dilakukan untuk mengembangkan program yang akan
mengendalikan operasi AGV. Perangkat lunak ini mencakup Kontrol navigasi, pengolahan data
dari sensor, dan sistem komunikasi antara AGV dan pengguna.
Setelah perangkat keras dan perangkat lunak selesai dirancang dan diintegrasikan, tahap
Pengujian dilakukan. Tahap ini bertujuan untuk memverifikasi bahwa setiap komponen berfungsi