PENDAHULUAN
Kesejahteraan karyawan didefinisikan sebagai kondisi kesehatan mental, fisik, emosional,
dan ekonomi secara keseluruhan. Menurut Wadel dan Burton Menyatakan bahwa kesejahteraan
sumber daya manusia terdiri dari dimensi fisik, materi, sosial, emosi, pengembangan, dan
aktivitas. Kesejahteraan SDM di pesantren menjadi isu penting karena langsung memengaruhi
efektivitas pengajaran dan manajemen pesantren itu sendiri. Di lingkungan pesantren, pengajar
dan staf memiliki peran yang sangat strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif
bagi santri. Beban kerja yang berlebihan, pendapatan yang rendah, dan kurangnya sistem
penghargaan yang jelas dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan penurunan motivasi kerja, yang
pada gilirannya dapat mengurangi kualitas pengajaran. Selain itu, dengan mempertimbangkan
kondisi keuangan yang terbatas di banyak pesantren, penting untuk memastikan bahwa
kesejahteraan pengajar dan staf terjaga agar mereka tetap termotivasi dan produktif.
Kesejahteraan ini juga berhubungan erat dengan keberhasilan pendidikan yang diberikan kepada
santri, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada kualitas sumber daya manusia di masyarakat.
Oleh karena itu, strategi peningkatan kesejahteraan SDM melalui penyesuaian beban kerja dan
pendapatan sangat penting untuk mendukung kelangsungan dan kemajuan pesantren dalam
menghadapi tantangan masa depan.
.Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga pendekatan kesejahteraan
harus bersifat personal dan Menurut (Erwin, 2022) terdapat empat tipe kesejahteraan sumber daya
manusia yaitu kelelahan (burnout), keterlibatan kerja, kepuasan kerja, dan kecanduan kerja.
Keterlibatan kerja dianggap sebagai sumber daya positif yang dapat meningkatkan kinerja.
Menurut (Fajryn, 2024) Menyatakan bahwa kesejahteraan karyawan tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor internal perusahaan tetapi juga oleh faktor eksternal seperti lingkungan sosial dan budaya
organisasi. Terdapat tujuh pilar utama yang dapat digunakan untuk menilai dan meningkatkan
kesejahteraan karyawan yaitu Kesehatan Fisik, Keberlangsungan Karir, Kesehatan Finansial,
Keamanan Sosial, Komunitas yang Memadai, Kesehatan Mental dan Fokus pada tujuan hidup
yang memberikan makna bagi karyawan. (Pluxee, 2023)
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan karyawan,
perusahaan disarankan untuk:
a) Mengembangkan program kesehatan mental dan fisik yang komprehensif.
b) Memberikan kompensasi yang adil dan kompetitif.
c) Menerapkan kebijakan fleksibel yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan
kehidupan pribadi.(Muhammad Fauzan Novianto; Reza Lidia Sari, 2023)
Beban kerja dapat didefinisikan sebagai jumlah tugas atau tanggung jawab yang harus
diselesaikan oleh karyawan dalam jangka waktu tertentu. Beban Kerja Kuantitatif yaitu Mengacu
pada jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Beban ini sering kali terkait
dengan tekanan waktu dan volume tugas yang tinggi dan Beban Kerja Kualitatif yaitu Berkaitan
dengan kompleksitas tugas yang melebihi kemampuan teknis individu, yang dapat menyebabkan
kebingungan dan stres. Menurut (Fikri & Wahyudi, 2024) Menyatakan bahwa beban kerja harus
seimbang dengan kemampuan karyawan. Ketidakseimbangan dapat menyebabkan stres dan
penurunan kinerja dan Menurut (Tiari Rahma Fani & Yudi Ferdiana Permana, 2024) stres kerja
terjadi ketika tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Hal ini
berpotensi mengganggu suasana hati dan kondisi fisik karyawan.
Dampak Beban Kerja terhadap Karyawan :
a) Produktivitas
Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan penurunan produktivitas karena karyawan
merasa kewalahan dan tidak mampu menyelesaikan tugas dengan efisien.
b) Kesehatan Mental