PENERAPAN
MEMASUKI RUANG TERTUTUP/ENCLOSED SPACE
UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN DI MV. OCEAN PHOENIX
Rachmat
Tjahjanto1, Fadjrin Wira Perdana2
1,2 Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, Indonesia
Email : [email protected]1, [email protected]2���� �
ABSTRAK PENERAPAN
MEMASUKI RUANG TERTUTUP/ENCLOSED SPACE UNTUK MENCEGAH TERJADINYA
KECELAKAAN DI MV. OCEAN PHOENIX. Dibimbing oleh Rachmat Tjahjanto dan
Muhlisin Ruang Tertutup/Enclosed space merupakan suatu ruangan
tertutup di atas kapal yang banyak menyebabkan hilangnya nyawa seseorang saat
bekerja di dalamnya. Dengan dasar ini penulis merumuskan tentang apakah
prosedur yang ada dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja saat memasuki enclosed
space di kapal. Metode yang digunakan dalam peneliti ini adalah metode
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari
orang dan perilaku yang diamati. Penelitian akan dilakukan pada saat berada
di kampus Politeknik Pelayaran Makassar dan akan dilanjutkan pada saat
kembali bekerja di kapal untuk mendapatkan data primer melalui riset
lapangan. Penelitian dalam hal ini penulis mengumpulkan data berupa
pendekatan terhadap obyek melalui observasi. Mempraktekkan secara langsung
terhadap subyek serta menggunakan dokumen dan data-data berhubungan dengan
Ruang Tertutup/ Enclosed space. Kata kunci: Penerapan,
Ruang Tertutup /Enclosed Space, observasi �ABSTRACT APPLICATION FOR ENTERING ENCLOSED
SPACE TO PREVENT WORK ACCIDENTS ON MV. OCEAN PHOENIX. Guided by Rachmat
Tjahjanto. and�
Muhlisin. Enclosed space is a closed room on ship which causes
many lives to be lost when working in it. On this basis the author formulates
whether the existing procedures can prevent work accidents when entering the
enclosed space on the ship. The method used in this research is a qualitative
method that produces descriptive data in the form of written words from
people and observed behavior. The research will be conducted on the campus of
Polytechnic of Sailing Makassar and will be continued when conducting Sail Working� aboard� to obtain primary data through field
research. Research in this case the authors collect data in the form of
approach to the object through observation. Interviews directly on subjects
and using documents and data relating to enclosed space. Keywords: Application, Enclosed Space |
|
This work
is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International |
PENDAHULUAN
Bekerja di kapal
mempunyai banyak resiko yang dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan
seperti kecelakaan kerja yang menyebabkan patah tulang, luka bakar, cacat
permanen, hingga hilangnya nyawa seseorang (Sultan, 2019). Salah satu kecelakaan yang sangat
mudah menyebabkan hilangnya nyawa seseorang adalah saat memasuki ruangan
tertutup (enclosed space).
Enclosed space / Ruang tertutup sendiri
adalah suatu tempat atau ruang tertutup di atas kapal dimana ruangan tidak
terdapat ventilasi secara terus menerus sehingga udara dalam ruangan tersebut
berbahaya bagi jiwa seseorang (Sunanto, Anggeranika, & Rambe, 2019). Bekerja di dalam ruang tertutup
mempunyai resiko terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja di dalamnya (Enclosed Space, 2012). Oleh karenanya diperlukan aturan
dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap pekerja dan aset lainnya,
baik melalui peraturan perundang-undangan, program memasuki ruang tertutup dan
persyaratan ataupun prosedur untuk memasuki dan bekerja di dalam ruang tertutup
(Rivaldy, 2024).
Seperti diketahui
bersama, ruang tertutup (enclosed spaces)
mengandung beberapa sumber bahaya baik yang berasal dari bahan kimia yang
mengandung racun dan mudah terbakar dalam bentuk gas, uap, asap,
debu dan sebagainya. Selain itu masih terdapat bahaya lain berupa terjadinya
oksigen defisiensi atau sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan, suhu yang
ekstrem, terjebak, maupun resiko fisik lainnya yang timbul seperti kebisingan,
permukaan yang basah/licin dan kejatuhan benda keras yang terdapat di dalam
ruang tertutup tersebut yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja sampai dengan
kematian tenaga kerja yang bekerja di dalamnya (Restu, 2024).
Banyak kecelakaan
fatal mengakibatkan meninggal dunia yang terjadi terhadap pekerja yang bekerja
dalam ruang tertutup tersebut, karena tidak memahami dan mengindahkan praktek
dan prosedur kerja yang selamat. Sebagian besar dari yang meninggal justru
terjadi pada mereka yang berusaha untuk menyelamatkan teman sekerjanya yang
mengalami kecelakan saat bekerja dalam ruang tertutup tersebut.
Ada banyak peristiwa
kecelakaan yang terjadi di enclosed space
/ ruang tertutup di atas kapal
seperti meninggalnya crew atau ABK kapal , di tangki kapal Tug Boat Alpine
Marine 12 seorang crew/ Abk kapal �ditemukan tewas mengambang di dalam tangki
setelah melakukan pembuangan air balas untuk menstabilitaskan kapal (Mercer et al., 2018). Kejadian juga terjadi di kapal
Victoria 11 setelah cadet tersebut
terjatuh ke dalam tangki BBM. Cadet
tersebut tewas diakibatkan menghirup zat berbahaya yang terkandung di
dalam� BBM (Kompas.com, 2019).
Satu lagi kecelakaan
yang terjadi di dalam enclosed space
adalah tewasnya empat orang ABK saat sedang melakukan perbaikan dan pembersihan
pada bagian bungker kapal BG Maju Lancar di Pelabuhan Industri Buton di
Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau. Satu orang telah berhasil
dievakuasi, sedangkan tiga korban lainnya masih terjebak di dalam bunker.
Nahkoda menjelaskan bahwa keempat ABK tersebut tewas dikarenakan kekurangan
oksigen saat di dalam bungker (Kompas.com, 2019).
Berdasarkan data di
atas yang menjelaskan� kecelakaan kerja
yang masih sering terjadi di ruang
tertutup / enclosed space hingga
mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang (Adiluhung, 2022). Penyebab terjadinya hilangnya nyawa
seseorang berdasarkan data di atas adalah kekurangan kadar oksigen di dalam
ruang tertutup� dan� menghirup zat berbahaya yaitu senyawa hidrokarbon
yang bersifat racun, H2S dan CO2, serta CO dan NOX
yang sifatnya beracun sehingga menimbulkan bahaya saat menghirupnya dan
menyebabkan seseorang akan meninggal. Dari data tersebut kita dapat mengetahui
betapa pentingnya mentaati prosedur yang ada saat memasuki ruang tertutup / enclosed space (Adiluhung,
2022).
Berdasarkan uraian di
atas yang menunjukkan bahwa masih banyak terjadi kecelakaan yang menyebabkan
hilangnya jiwa seseorang di dalam ruang tertutup / enclosed space, maka penulis tertarik untuk membuat judul:
�PENERAPAN MEMASUKI RUANG TERTUTUP/ENCLOSED
SPACE UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN DI MV. OCEAN PHOENIX�.
Melihat permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan
permasalahan:
1.
Apakah prosedur memasuki ruang
tertutup/enclosed space
�sudah
diterapkan di atas kapal Mv.Ocean Phoenix?
2.
Apakah penerapan prosedur memasuki ruang
tertutup / enclosed space dapat
mengurangi kecelakaan kerja di kapal Mv.Ocean Phoenix?
Agar masalah ini tidak
meluas dari pokok permasalahan yang sebenarnya maka peneliti mengambil batasan
masalah yang hanya memfokuskan apakah prosedur yang sudah ada dalam memasuki
ruangan tertutup sudah cukup aman untuk keselamatan jiwa awak kapal di mana
tempat peneliti bekerja di atas kapal.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang penulis
buat adalah:
1.
Agar peneliti mengetahui apakah prosedur memasuki ruang tertutup / enclosed space �sudah diterapkan di atas
kapal Mv.Ocean Phoenix.
2.
Agar peneliti mengetahui apakah penerapan prosedur memasuki ruang tertutup /enclosed space dapat mengurangi kecelakaan kerja di kapal Mv.Ocean
Phoenix.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis,
penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan awak kapal untuk
mengutamakan keselamatan dan mengetahui prosedur dalam memasuki ruang tertutup / enclosed space.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis,
diharapkan dapat berguna dalam keselamatan dan mengurangi kecelakaan yang
terjadi di ruang tertutup / enclosed space. Serta dapat meningkatkan
pengetahuan awak kapal tentang prosedur keselamatan memasuki ruang tertutup / enclosed space (Budiawan,
2019; Hervin Dwi, 2021).
E.
HIPOTESIS
Berdasarkan pokok
masalah yang ada, maka yang menjadi hipotesis� adalah
Banyak crew atau ABK
yang bekerja di ruang tertutup/enclosed space menghirup gas beracun disebabkan
karena tidak menjalankan sesuai prosedure masuk ke dalam ruang tetutup atau
enclosed space sehingga tidak mengetahui adanya gas beracun� dan meninipisnya oksigen sebagai akibat lamanya
ruangan tertutup /enclosed space tidak terbuka dan tidak ada peranginan atau
ventilasi yg terus menerus� yang biasa
mengeluarkan gas hidrokarbon yang dihirup oleh crew/ABK yang tidak mengikuti
prosedur operasional kerja.
����������������
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan literatur review. Literatur review
adalah sebuah metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk
melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap
karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh
para peneliti dan praktisi. Langkah dalam penulisan literatur review ini
diawali dengan pemilihan topik. Melakukan penelusuran pustaka atau sumber
untukmengumpulkan informasi yang relevan dari database Google Scholar, CINAHL,
Proquest, Ebsco, atau Perpustakaan Nasional. Menentukan
keyword atau kata kunci untuk pencarian jurnal. Setelah
data terkumpul kemudian diolah, dianalisis dan diambil kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berbicara
mengenai lokasi kejadian, maka penulis� memfokuskan hanya pada� MV.OCEAN
PHOENIX� pada tanggal 07 Maret 2023,
dimana Kapal berlayar dari pelabuahan Ningde China dengan tujuan Pelabuhan� Hongkong dengan kondisi muatan kosong
tepatnya di Pelabuhan Hongkong kapal merencanakan mengadakan kegiatan
pemeriksaan rutin dan pembersihan tangki ballast adalah tempat kejadian�� di mana anak buah kapal mengalami gangguan
pernapasan dan di temukan pingsan di dalam palka.
1.
Prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan
Prosedur yang di gunakan dalam melaksanakan
pekerjaan memasuki ruang tertutup� saat
pemeriksaan rutin dan pembersihan dalam tangki
ballast yang terdapat di� MV.OCEAN PHOENIX �yang menyebabkan kejadian pingsanya pada
ABK� antara lain :
a.�� Membuka main
hole tanki ballast dalam palka
b.� Tangki ballast yg tertutup Cuma pintu masuk man hole dalam palka
& tidak ada peranginan, jadi sirkulasi udara dan pencahayaan sangat
terbatas
c.� Komunikasi di lakukan secara verbal dengan kondisi koordinasi yang
minim.
d.� Kegiatan di laksanakan tanpa
dahulu melakukan Gas freeing dan
tanpa pengecekan kandungan gas � gas ruang tertutup tersebut
.
Penulis
mengkaji bahwa dalam situasi dan kondisi tersebut sangatlah tidak aman dan
tidak layak. Prosedur � prosedur yang harus di lakukan pada saat memasuki ruang
tertutup / enclosed space adalah:
1)� Pengukuran terhadap atsmosfer
2)� Pengukuran terhadap gas
hidrokarbon
3)� Pengukuran tehadap gas beracun
Tubuh
normal membutuhkan udara pada konsentrasi oksigen 21% dalam ruang, konsentrasi
oksigen di bawah 19% umumnya tidak aman pada manusia dan akan mengalami
gangguan pernafasan
Gambar
1. �Gas Multi Detector
Sumber
:
Google /Gas Multy detector
Gas
yang umum di deteksi : Oksigen(O2), Hidrogen Sulfida
(H2S), Carbon Monoksida (CO), Gas mudah menyala (Methane � CH4).
2. Struktur Organisasi dan ABK yang terlibat
Struktur
organisasi kapal terdiri dari seorang Nakhoda selaku pimpinan umum di atas
kapal dan anak buah kapal yang terdiri dari para perwira kapal dan non
perwira/bawahan (Subordinate crew).
Struktur organisasi kapal diatas bukanlah struktur yang baku, karena tiap kapal
bisa berbeda struktur organisasinya tergantung jenis, fungsi dan kondisi kapal
tersebut. Di kapal� dalam setiap
pekerjaan di kapal, Mualim 1 adalah perwira yang bertanggung jawab dalam
masalah pekerjaan di deck, berhasilnya pekerjaan dideck biasanya tergantung
dari koordinasi yang baik dari Mualim 1 dan Bosun (kepala kerja).
Nakhoda
dalam setiap pekerjaan, di anjungan Nakhoda memfokuskan diri untuk melakukan
olah gerak kapal, sementara mualim 1 yang mengambil alih wewenang untuk ABK di
deck (Permana, 2024). Bosun akan
memberikan orderan atau perintah kepada ABK, biasanya ABK yang siap untuk
kegiatan apapun .
Adanya
berbagai faktor tertentu yang biasa mempengaruhi struktur Organisasi di kapal,
sebagai contoh mualim 1 adalah seorang yang muda dan memberikan instruksi
kepada Bosun (kepala kerja) yang kebetulan adalah orang lama di perusahaan
tersebut dan memiliki usia yang jauh lebih tua dari pada mualim 1. Bosun yang
merasa lebih berpengalaman dari pada Perwira di kapal biasanya akan melalukan
pekerjaan dengan caranya sendiri bukan dari perintah si mualim 1 tersebut. Akibatnya biasa terjadi miscommunication antara perwira di anjungan dengan ABK di deck. Demikian pula sebaliknya ABK yang
merasa dirinya lebih berpengalaman daripada si bosun akan melakukan hal sama
yaitu tidak mengikuti arahan dari kepala kerja.
Gambar 2.
Struktur Organisasi Di Kapal MV.OCEAN PHOENIX:
MASTER CHIEF
ENGINEER CHIEF
OFFICER COOK 2ND
ENGINEER 2ND
OFFICER MESS
BOY 3RD
OFFICER 3RD
ENGINEER 4TH
ENGINEER �YUNIOR OFFICER BOSUN YUNIOR
ENGINEER OILER
1 AB
1 OILER
2 AB
2 OILER
3 AB
3 OS
�����������
3. Briefing yang berhubungan dengan pekerjaan
Briefing di kapal tegantung
dari jenis pekerjaan yang akan dilakukan, seperti misalnya akan melakukan
pekerjaan di ruang tertutup/enclosed space� maka
Nakhoda /Kepala kamar mesin dan senior
officer serta akan bergabung dalam safety meeting untuk dapat memberikan
gambaran dan penjelasan secara jelas mengenai prosedur keselamatan dan
persiapan team work yang saling
menunjang satu dengan yang lainya agar dapat di kerjakan dengan aman dan
selamat tanpa ada yang cidera.
Briefing mencakup prosedur
dalam bekerja di ruang tertutup saat memasuki ruang tertutup untuk membuka main hole bahan bakar di antaranya adalah :
a.
Mengisi
check list.
b.
Melakukan pengujian kadar oksigen,gas dan uap sebelum bekerja dan masuk ruang palka yang
tertutup.
c.
Penggunaan ventilasi
d.
Penggunaan alat bantu pernafasan (Self contained breathing apparatus/SCBA).
4.
Pesan/petunjuk yang diberikan
dalam melaksanakan pekerjaan
Sebelum
melakukan suatu pekerjaan ada istilah JSA (Job
Safety Analysis) dalam JSA
butiran - butiran yang terkandung di dalamnya adalah identifikasi kemungkinan
bahaya yang akan timbul pada saat melakukan pekerjaan tersebut, prosedur cara
kerja yang aman untuk menghindari kemungkinaan bahaya tersebut (Sakinah, 2022). Yang biasanya
dilaksanakan bagi seluruh ABK dikapal
sebelum melakukan perkerjaan.
Pesan
dan petunjuk yang seharusnya di berikan kepada ABK sebelum melakukan kegiatan
di ruang tertutup / enclosed space adalah :
Gambar� 3. Langkah Identifikasi� Kerja di Ruang Tertutup / Enclosed Space
5. Rekaman/catatan instruksi
yang diberikan
Tidak ada instruksi tertulis yang diberikan pada ABK
pada saat melakukan pekerjaan. Tetapi kegiatan-kegitan yang dilakukan harus di
record dalam log book , instruksi yang diberikan biasa dibawa dalam tool boox meeting dan safety meeting. Dalam hal ini prosedur
yang di lakukan dalam pekerjaan ruang tertutup / enclosed space tidak sesuai
dengan standar keselamatan kerja (Ikhwan, 2022).
6.
Kondisi teknis dari
objek/mesin/alat tertentu
Kondisi teknis dari objek dan alat � alat yang di
gunakan dalam melakukan pekerjaan didalam ruang tertutup / enclosed space di
tengah laut dengan system manual� oleh
Kapal MV.OCEAN PHOENIX sangatlah� tidak
layak dan banyak resiko yang akan terjadi karena mininnya peralatan, alat �
alat keselamatan� kerja terhadap ABK yang
bekerja tidak tersedia, dan prosedur keselamatan telah di langgar (Rikardo, Saleh,
& Nurrahman, 2023; Sitorus, 2022).
Alat
� alat keselamatan kerja yang perlu di siapkan dalam bekerja di ruang palka
yang tertutup telah disebutkan dalam BAB II.
Gambar 4. �Alat bantu pernafasan di dalam ruang tertutup� Self Contained Breathing Apparatus (SCBA)
Sumber
: Google
/respiratory SCBA
7. Informasi lain yang
berhubungan dengan situasi tempat kejadian
Dalam
setiap keadaan nakhoda adalah top leader
di atas kapal yang memiliki kekuasaan penuh untuk memutuskan perkara ataupun
pekerjaan di atas kapal yang dapat di anggap tidak layak dan tidak� nyaman untuk di kerjakan oleh ABK misalnya
dalam pekerjaan di ruang tertutup/Enclosed
space di mana setiap pekerjaan berbahaya sudah tentu harus mengikuti
prosedur yang positif dengan memberikan argument yang jelas dan mudah di pahami
oleh pemilik kapal jika hal tersebut terdapat intervention dari pemilik kapal untuk melakukan kegiatan kerja di
ruang palka yang tertutup. Intervention dari
pemilik kapal dapat terbantahkan apabila Nakhoda dan senior officer memberikan penyelesaian yang baik dengan pertimbangan� alat �
alat keselamatan yang tidak terpenuhi ataupun terbatas yang untuk kemudian
kecelakaan kerja di ruang palka yang�
tertutup dapat terhindarkan.
8. Ship particular
Berikut ship Particular
MV.OCEAN PHOENIX
Nama Kapal���������������������������� : MV. OCEAN PHOENIX
Call Sign��������������������������������� : 9V8134
Flag����������������������������������������� :
SINGAPORE
Port Registry��������������������������� : SINGAPORE
Type��������������������������������������� : CURAH
Owner������������������������������������� : OCEAN 21
HOLDING PTE.,LTD
Builder������������������������������������ : CHIBA
WORKS JAPAN
Keel Laid�������������������������������� : 12th� Februari
1997
IMO No���������������������������������� : 9175638
Official Number��������������������� : 395361
Classification�������������������������� : NKK ( NIPPON KAIJI KYOKAI)
Length Over All(LOA) : 189.80
meters
Length B.P������������������������������ : 181.00 meters
Breadth����������������������������������� : 31.00� meters
Depth Moulded����������������������� : 16.50 meters
Height (from keel)������������������ : 47.20 meters�����������������������������������
Draugh Moulded��������������������� : 12.00 meters
Dead Weight��������������������������� : 54446 tonnes
Gross Registered Tonnage ����� :� 27011
tonnes
Net Registered Tonnage���������� : 16011 tonnes
Light Ship������������������������������� : 7836 tonnes
P&I CLUB������������������������������ : SKULD
NO.20923792
MMSI Number������������ : 564310000
Main Engine��������������������������� : MITSUI
B&W-JAPAN
Hose Power (HP)�������������������� : 10.100 Ps/111 RPM
Trial Speed����������������������������� : 14.0 knot
Service Speed������������������������� : 12.50 Knot���
�����������������������
Penulis
mendapatkan temuan dalam kurun waktu 1 tahun mendefinisikan temuan-temuan dalam
data tabel sebagai berikut :�
Tabel 1.Teknik
Pengawasan Kecelakaan Kerja di MV.OCEAN PHOENIX
Temuan |
Penyebab |
1 |
2 |
1.Penggunaaan alat pelindung diri 2.Alat-alat/perlengkapan kerja 3.penempatan alat-alat keselamatan 4.Reaksi dari Crew kapal 5.Kondisi Lingkungan kerja 6.Pengaturan Muatan 7.Perijinan kerja |
-TIDAK SADAR/TAHU : A.Tidak ada pemberitahuan B.Masalah� bahasa C.Tidak membaca surat� ijin kerja D.Salah menduga bahaya E.Salah petunjuk kerja F.Tidak ada tata cara kerja G.Lupa H.Tidak tau -SADAR : I.Kelalaian J.Kodisi cuaca K.Model dari perlengkapan/alat-alat kerja. L.Kebiasaan kerja M.Kurang kecakapan N.Waktu yang terbatas O.Tidak ada permintaan P.Kondisi fisik yang terbatas Q.Keterbatasan alat R.Kurang dukungan perusahaan S.Bingung |
Tabel 2. Form Pengawasan kecelakaan kurun waktu 1 tahun
(2022-2023)
No |
Tanggal kejadian |
Temuan |
Penyebab |
Frekwensi Kecelakaan |
Jenis Kecelakaan |
1 |
Feb 2022 |
1,3,4 |
A,G,I,M,Q |
2 kejadian |
Kepala terluka |
2 |
Mar 2022 |
1,5,7 |
C,F,H,I |
1 kejadian |
Kaki terluka |
3 |
Apr 2022 |
1,2 |
B,E,I,M,N |
2 kejadian |
Iritasi mata dari debu karat |
4 |
Mei 2022 |
1,6 |
D,G,I,J,N |
2 kejadian |
Kaki terkilir |
5 |
Juni 2022 |
1,5 |
E,F,I,J,L |
1 kejadian |
ABK Dehidrasi di deck |
6 |
Juli 2022 |
1,4,5 |
D,F,I,J,M,S |
|
|
7 |
Jan 2023 |
1,2,4,7 |
I,L,M |
1 kejadian |
Tangan Terbakar |
8 |
Feb 2023 |
1,2,5,7 |
D,F,I,L,M |
2 kejadian |
Tangan Terluka |
9 |
Maret 2023 |
1,2,3,7 |
F,E,I,L,M,Q |
1 kejadian |
AB Pingsan didalam palka muatan yang tertutup |
Sumber
: MV. OCEAN PHOENIX� ACT FORM (2022-2023)
Berdasarkan
Tabel 3.2 dapat di jelaskan masing-masing point yang berhubungan dengan
penjelasan Tabel 3.1.
1.
Pada bulan Februari OCEAN PHOENIX 2022� telah terjadi 2 kejadian pada crew MV OCEAN
PHOENIX dengan jenis kecelakaan kepala terluka dengan temuan tidak menggunakan
alat pelindung diri, tidak familiar penempatan alat-alat keselamatan, reaksi
crew kapal yang kurang menyenangkan hal ini di sebabkan oleh tidak ada
pemberitahuan, lupa, kelalaian, kurang kecakapan, keterbatasan alat.
2.
Pada bulan Maret 2022 telah terjadi 1
kejadian pada crew MV OCEAN PHOENIX dengan jenis kecelakaan kaki terluka dengan
temuan tidak menggunakan alat pelindung diri, kondisi lingkungan kerja, tidak
ada perijinan kerja sehingga hal ini di sebabkan oleh� tidak membaca surat ijin kerja, tidak ada
tata cara kerja, ketidaktauan kerja dan kelalaian.
3.
Pada bulan April 2022 telah terjadi 2
kejadian pada crew MV OCEAN PHOENIX dengan jenis kecelakaan iritasi mata dari
debu karat dengan temuan tidak menggunakan alat pelindung diri, tidak ada alat
perlengkapan� kerja, salah petunjuk
kerja, kelalaian, kurang kecakapan pada pekerjaan dan waktu yang terbatas (Prianto, 2019).
4.
Pada bulan Mei 2022 telah terjadi 2 kejadian
pada crew MV OCEAN PHOENIX dengan jenis kecelakaan kaki terkilir dengan temuan
tidak menggunakan alat pelindung diri, pengaturan muatan yang kurang rapi
sehingga hal ini di sebabkan oleh salah menduga bahaya, lupa kalau ada bahaya,
kelalaian, kondisi cuaca yang kurang bagus dan waktu yang terbatas.
5.
Pada bulan Juni 2022 telah terjadi 1 kejadian
pada crew MV OCEAN PHOENIX dengan jenis kecelakaan ABK dehidrasi di deck dengan
temuan tidak menggunakan alat pelindung diri, kondisi lingkungan kerja yang
sempit sehingga hal ini di sebabkan oleh salah petunjuk kerja, tidak ada tata
cara kerja, kelalaian, kondisi cuaca yang panas dan kebiasaan kerja di tempat
yang berteduh.
6.
Pada bulan Juli 2022 telah terjadi 1 kejadian
pada crew MV OCEAN PHOENIX dengan jenis kecelakaan ABK jatuh ke laut dengan
temuan tidak menggunakan alat pelindung diri, reaksi crew kapal yang kurang
peduli terhadap adanya bahaya yang akan terjadi terhadap dirinya, lingkungan
kerja yang sempit sehingga hal ini di sebabkan oleh salah menduga bahaya, tidak
ada tata cara kerja, kelalaian, kondisi cuaca yang kurang bagus, kurang
kecakapan dalam pekerjaan, bingung pada waktu kerja.
7.
Pada bulan Januari 2023 telah terjadi 1
kejadian pada crew MV OCEAN PHOENIX dengan jenis kecelakaan tangan terbakar dan
temuan tidak menggunakan alat pelindung diri, alat-alat / perlengkapan kerja
kurang memadai, reaksi crew kapal yang kurang peduli adanya bahaya yang akan
terjadi pada dirinya dan tidak mematuhi perijinan kerja yang sudah di isi
sehingga hal ini di sebabkan oleh kelalaian, kebiasaan kerja yang kurang
disiplin dan kurang kecakapan pada pekerjaan yang di kerjakan
8.
Pada bulan Februari 2013 telah terjadi 2
kejadian pada crew MV OCEAN PHOENIX dengan jenis kecelakaan tangan terluka dan
temuan tidak menggunakan alat pelindung diri, alat-alat perlengkapan kerja yang
tidak digunakan sebagaimana mestinya, lingkungan kerja yang sempit dan
perijinan kerja yang tidak di patuhi isinya sehingga hal ini disebabkan karena
salah menduga bahaya yang akan terjadi, tidak ada tata cara kerja, kelalaian,
kebiasaan kerja yang kurang hati-hati dan kurang kecakapan kerja pada pekerjaan
yang dikerjakan.
9.
Pada bulan Maret 2013 telah terjadi 1
kejadian pada Crew MV OCEAN PHOENIX dengan jenis kecelakaan AB pingsan di dalam
palka yang tertutup dan temuan tidak menggunakan alat pelindung diri, alat-alat
perlengkapan kerja yang tidak digunakan, penempatan alat-alat keselamatan yang
tidak sesuai dengan life saving appliances dan tidak mematuhi perijinan kerja
yang sudah di isi sehingga hal ini di sebabkan oleh tidak adanya tata cara
kerja, salah petunjuk kerja, kelalaian, kebiasaan kerja yang kurang
disiplin,kurang kecakapan kerja pada pekerjaan yang di kerjakan dan
keterbatasan alat.
KESIMPULAN
Dengan melakukan identifikasi masalah dan
alternatif pemecahan masalah, maka simpulan dari Karya Ilmiah Terapan� ini adalah sebagai� berikut :
Crew
/ABK yang akan memasuki ruang tertutup/enclosed space tanpa melalui prosedure
dan kurangnya kadar oksigen dengan adanya zat � zat beracun didalam ruang
tetutup/enclosed space mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja Anak Buah
Kapal /Crew saat melakukan pekerjaan baik itu pengecekan rutin (Routine
Inspections) atau pembersihan (Cleaning) didalam ruang tertutup /enclosed space
atau pengerjaan lainnya. Kecelakaan kerja di ruang tertutup/enclosed space di
akibatkan karena faktor kurangnya kemahiran dan pengetahuan� serta kurangnya prosedur standar kerja Anak
buah kapal dalam menilai, menganalisa dan dalam bertindak untuk mengantisipasi
bahaya yang akan timbul sebelum kecelakaan terjadi. Menarik simpulan merupakan
kemampuan peneliti dalam memyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh
selama proses penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adiluhung,
Dianmas Rizal. (2022). Upaya
Meminimalisir Kecelakaan Kerja Didalam Ruang Tertutup (Enclosed Space) Untuk
Keselamatan Kerja Abk Di Mt. Kalimantan Palm. Sekolah Tinggi Ilmu
Pelayaran Jakarta.
Budiawan,
Alwan Yusuf. (2019). Peningkatan
Kesadaran Awak Kapal Terhadap Keselamatan Dalam Proses Memasuki Ruangan
Tertutup (Enclosed Space) Pada Mt. Minas. Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran.
Enclosed
Space. Jejak Langkah. , (2012).
Hervin Dwi,
Cahyanto. (2021). Upaya Meningkatkan
Keselamatan Kerja Saat Memasuki Ruang Tertutup Pada Tangki Kargo di MT. SOECHI
ASIA XXIX. Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
Ikhwan,
Adis Khairul. (2022). Upaya
Meningkatkan Pengetahuan Awak Kapalterhadap Prosedur Keselamatan Kerja Pada
Saat Memasuki Ruangan Tertutup (Enclosed Space) Di Mt. Merbau. Sekolah
Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta.
Kompas.com.
(2019). ABK Kapal Tanker Tewas Setelah
Terjatuh ke Dalam Tangki BBM.
Mercer,
Tim, Gardner, Adrian, Andama, Benjamin, Chesoli, Cleophas, Christoffersen-Deb,
Astrid, Dick, Jonathan, Einterz, Robert, Gray, Nick, Kimaiyo, Sylvester, &
Kamano, Jemima. (2018). Leveraging the power of partnerships: spreading the
vision for a population health care delivery model in western Kenya. Globalization and Health, 14, 1�11.
Permana,
Ade Ganda. (2024). Analisa Pelaksanaan
Olah Gerak Kapal Memasuki Safety Zone Aramco Offshore pada Awak di MV. Express
75.
Prianto,
Agus. (2019). Optimalisasi Penerapan
Keselamatan Kerja Kru Mesin Pada Mt. Plaju. Sekolah Tinggi Ilmu
Pelayaran.
Restu,
Restu. (2024). Pengetahuan Abk Dalam Memasuki
Ruangan Tertutup Di Mv. Andalucia Carrier. Politeknik Ilmu Pelayaran
Makassar.
Rikardo,
Dapid, Saleh, Sahar, & Nurrahman, Muhammad Hanief. (2023). Optimalisasi
penerapan keselamatan kerja dalam upaya pencegahan kecelakaan kru pada saat
bekerja di Kapal MV. Cepat. Journal
Marine Inside, 10�16.
Rivaldy,
Feizal Febrian. (2024). Analisis
Penyebab Terjadinya Kecelakaan Di Dalam Ruang Tertutup Guna Mencegah Terjadinya
Korban Jiwa Di Mt. Pancaran Infinity�.
Sakinah,
Putri. (2022). Analisis Potensi Bahaya
Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (Jsa) Pada Bagian Load & Haul
Pt. Wira Penta Kencana Karimun, Kepulauan Riau. Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
Sitorus,
Rudi Hermansyah. (2022). Analisis Kedisiplinan ABK Dalam Menggunakan Alat-Alat
Keselamatan Kerja Di MV. Alken Pesat. Invention:
Journal Research and Education Studies, 58�62.
Sultan,
Muhammad. (2019). Kecelakaan Kerja;
Mengapa Masih Terjadi di Tempat Kerja? uwais inspirasi indonesia.
Sunanto,
Hari, Anggeranika, Vidiana, & Rambe, Andi Syahputra. (2019). Upaya
Meminimalisir Kecelakaan Kerja Terhadap Keselamatan Anak Buah Kapal (ABK) Di
Dalam Ruangan Tertutup (Enclosed Space). Journal
Marine Inside, 1(1),
73�99.