KAJIAN PENGEMBANGAN POLA PERDAGANGAN HASIL
INDUSTRI KECIL MENENGAH BERBASIS DIGITALISASI MARKETING� DI KABUPATEN KONAWE UTARA.
Muh. Nur1, Rince Tambunan2, Astriwati3,
Abd. Hakim4, Bakhtiar Abbas5
Dinas Perindustrian dan Perdagangan� Kabupaten
Konawe Utara, Indonesia
E�mail
: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3, [email protected]4, [email protected]5
ABSTRAK Penerapan otonomi daerah sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dalam pelaksanaannya selama ini belum
mencapai hasil yang diharapkan. Padahal sasaran RPJMN adalah memantapkan
pembangunan secara menyeluruh diberbagai bidang dengan menekankan pencapaian
daya saing� kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas
serta kemampuan iptek yang terus meningkat. Tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui dan menganalisis pola perdagangan hasil industri kecil dan
menengah di Kabupaten Konawe Utara. Hasil penilaian pelaku usaha juga dapat
dimaknai bahwa pelaku usaha IKM di Kabupaten Konawe Utara belum memberikan
atau memenuhi kebutuhan informasi konsumen yang disampaikan melalui digital
marketing dan memfasilitasi konsumen untuk pencarian informasi.� Upaya pengembangan perdagangan hasil
industri kecil dan menengah di daerah�
Kabupaten Konawe Utara telah dilakukan dengan pola perdagangan kecil
dalam memperjual belikan produk-produk yang dihasilkan kepada para konsumen. Kata kunci: peningkatan kesejahteraan, kompetitif perekonomian, keunggulan SDM �ABSTRACT The implementation of regional autonomy as an effort to improve the
welfare of the community has not yet achieved the expected results. Whereas
the RPJMN target is to strengthen overall development in various fields by
emphasizing the achievement of economic competitive competitiveness based on
the superiority of natural resources and quality human resources and
increasing science and technology capabilities. The purpose of this study was
to determine and analyze the trade patterns of small and medium industry
products in North Konawe Regency. The results of the assessment of business
actors can also be interpreted that SMI business actors in North Konawe
Regency have not provided or fulfilled consumer information needs delivered
through digital marketing and facilitated consumers to search for
information.� Efforts to develop trade
in small and medium industry products in the North Konawe Regency area have
been carried out with a small trade pattern in selling the products produced
to consumers. � Keywords: welfare improvement, competitive economy, human resource
excellence |
|
This work is
licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International |
PENDAHULUAN
Penerapan otonomi daerah sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, dalam pelaksanaannya selama ini belum mencapai
hasil yang diharapkan (Hastuti, 2018). Daerah lebih memaknai desentralisasi pada tataran administratif dengan isu politiknya yang lebih kental dan cenderung mengesampingkan aspek desentralisasi ekonomi sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melemahnya koordinasi
tingkat regional dan munculnya egosentrisme masing-masing
daerah semakin menjauhkan perhatian Pemda dari
isu-isu regional dan pembangunan daerah.
Padahal sasaran RPJMN
adalah memantapkan pembangunan secara menyeluruh diberbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya saing� kompetitif perekonomian berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan
iptek yang terus meningkat. Mewujudkan ekonomi yang lebih mandiri dan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta upaya yang sungguh-sungguh dalam
mendorong investasi, ekspor, konsumsi maupun pengeluaran pemerintah (Hawkins, 2023).
Berdasarkan sasaran
dan arah kebijakan RPJPN, pemerintah Sulawesi Tenggara juga menetapkan Rencana
pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2005-2025 sebagai pedoman bagi pemerintah provinsi maupun pemerintah
kabupaten/kota termasuk pemerintah Kabupaten Konawe Utara. Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan kepada daerah untuk menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) periode tahun 2021-2026 meliputi kebijakan pembangunan daerah,
strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat
daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai
rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif untuk dilaksanakan pada periode tersebut. Diantaranya adalah
pencapaian peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan ketersediaan
hasil industri ekonomi masyarakat dengan� menggunakan� sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan.
Berdasarkan data
dari� Kepala
Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
pada tahun 2022 menyatakan bahwa kontribusi
ekspor UMKM naik dari 14,37% pada 2020 menjadi 15,69% pada 2021. Salah satu
upaya untuk meningkatkan daya saing IKM yakni dengan
memanfaatkan peluang integrasinya ke dalam pasar global melalui Global Value
Chain (GVC) maupun Global E-Commerce (GEC). Integrasi UKM ke dalam
GVC dapat dilakukan dalam bentuk ekspor tidak langsung melalui agregator
domestik maupun perusahaan afiliasi asing (Puspita et al., 2023).
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengembangan
pola perdagangan hasil industri kecil dan menengah di daerah� Kabupaten Konawe Utara.
2.
Bagaimana pola pemasaran hasil industri kecil dan menengah yang
berbasis Digitalisasi Marketing di Kabupaten Konawe Utara.
3.
Apakah pola perdagangan hasil industri yang berbasis Digitalisasi
Marketing dapat memperluas pangsa pasar industri kecil dan menengah di
Kabupaten Konawe Utara.
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.
Maksud
�� Sesuai
dengan rumusan masalah, penelitian ini� dilaksanakan dengan maksud� sebagai berikut:
1.
Melakukan upaya pengembangan pola perdagangan hasil industri kecil dam
menengah di daerah�
Kabupaten Konawe Utara.
2.
Merumuskan pola pemasaran hasil industri kecil dan menengah yang
berbasis Digitalisasi Marketing di Kabupaten Konawe Utara.
3.
Menetapkan pola perdagangan hasil industri yang berbasis Digitalisasi
Marketing agar dapat memperluas pangsa pasar industri kecil dan menengah di
Kabupaten Konawe Utara.
2. Tujuan
�� Sesuai dengan rumusan masalah dan maksud penelitian, maka� tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pola perdagangan hasil industri
kecil dan menengah di Kabupaten Konawe Utara.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis pola pemasaran hasil industri kecil
dan menengah yang berbasis Digitalisasi Marketing di Kabupaten Konawe Utara.
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis pola perdagangan hasil industri yang
berbasis Digitalisasi Marketing agar dapat memperluas pangsa pasar IKM di
Kabupaten Konawe Utara.
����������������
METODE PENELITIAN
1.
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Peneltian
mengenai pengembangan pola perdagangan hasil IKMdirencanakan akan dilaksanakan di seluruh wilayah kecamatan
yang ada di Kabupaten Konawe Utara. Sehingga dipilih lokasi penelitian pada 13
kecamatan yang memiliki
IKM dalam
menopang perekonomian daerah Kabupaten Konawe Utara untuk dijadikan lokasi penelitian. Lokasi yang kami
maksud adalah� Kecamatan
Andowia, Kecamatan Asera, Kecamatan Landawe, Kecamatan Lasolo, Kecamatan Lasolo
Kepulauan, Kecamatan Lembo, Kecamatan Molawe, Kecamatan Motui, Kecamatan Oheo,
Kecamatan Sawa, Kecamatan Wawolesea dan�
Kecamatan Wiwirano. Waktu pelaksanaan
diusulkan selama 4 bulan terhitung sejak penandatanganan kontrak kerja sama
dilakukan.
2.
Metode Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data pada
kegiatan ini dimulai dengan identifikasi data IKM
yang ada pada beberapa kecamatan di daerah Kabupaten Konawe Utara.
Mengingat obyek
penelitian ini adalah perdagangan hasil IKM yang berbasis
digital marketing yang menggunakan
mekanismen pemasaran produk dengan prasarana internet. pendekatan survei IKM
yang dilakukan
pada 13 kecamatan yang ada di Kabupaten
Konawe Utara.
Kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Andowia, Kecamatan Asera, Kecamatan
Landawe, Kecamatan Lasolo, Kecamatan Lasolo Kepulauan, Kecamatan Lembo,
Kecamatan Molawe, Kecamatan Motui, Kecamatan Oheo, Kecamatan Sawa, Kecamatan
Wawolesea dan� Kecamatan Wiwirano dengan
mengambil masing-masing 4 IKM per kecamatan sehingga berjumlah 52 responden.
Dalam kegiatan penelitian ini, jenis
data yang akan digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek yang diteliti yaitu para
pelaku IKM yang menjadi responden dalan penelitian ini. Sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari pihak lain yang telah lebih dahulu
mengumpulkannya.
Khusus untuk data sekunder, sumber data
berasal dari berbagai instansi seperti; Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe
Utara, BPS Kabupaten Konawe Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Konawe Utara, dan instansi lainnya yang terkait, termasuk berbagai
dokumen lainnya baik yang telah dipublikasi maupun belum dipublikasi.
Adapun teknik� pengumpulan data yang dilakukan dalam
kegiatan ini terbagi atas� 2 cara yaitu :
a. Data primer,
Pengambilan untuk data primer dilakukan
melalui bebera cara antara lain:
1. Daftar pertanyaan (kuesioner) yaitu Membagikan daftar pertanyaan kepada para pemangku
kepentingan (pelaku IKM) dalam hal peningkatan hasil industri pada
masing-masing wilayah observasi.
2. wawancara yaitu melakukan kordinasi
langsung kepada pihak-pihak terkait dalam rangka
peningkatan hasil industri kecil dan menengah agar dapat menjangkau
pangsa pasar yang lebih luas.
3. Fokus group discussion (FGD) yaitu melakukan forum pertemuan antara Instansi yang terkait dan para pihak
yang terlibat dalam�
kegiatan produksi, distribusi produk-produk IKM..
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan
dengan merekam data-data publikasi dan mendatangi semua instansi terkait guna
mengumpulkan semua data sesuai kebutuhan yakni (BPS Kabupaten
Konawe Utara, Pemerintah
Kabupaten Konawe Utara, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Konawe Utara, dan instansi lainnya yang terkait).
3.
Metode� Analisis Data
Metode
analisis yang digunakan dalam menganalisis pengembangan pola perdagangan hasil
IKM berbasis digitalisasi marketing dilakukan sebagai berikut :
a. Analisis Pengembangan
Pola Perdagangan�
Teknik analisa data yang
dipergunakan adalah teknik analisa secara diskriptif karena
data yang diperoleh bersifat kualitatif, yaitu dengan
menyebarkan kuesioner dengan menggunakan skalanominal (Prihatiningsih, 2022). Selajutnya menyajikan data yang
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber
data yang terkumpul, menelaah, menyusunnya dalam satuan-satuan, yang kemudian
dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa
keabsahan data
serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar
peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.
b. Analisis Perdagangan
Berbasis Digitalisasi Marketing
Menurut Sugiyono (2016), analisis data adalah proses
mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-
unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis juga dibantu dengan teori
dasar yang dipilih untuk
meakukan penelitian. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan
diaplikasikan dengan poin-poin dari teori yang digunakan dan kemudian
disajikan secara sistematis agar mudah dipahami. Model analisis ini
dikenal dengan membandingkan antara pola dari bukti empiris dengan pola
terprediksi.
c.
Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian
Agar proses kegiatan ini dapat berjalan dengan� baik
diperlukan diagram alur secara terstruktur, berikut ditampilkan
tahapan-tahapan kegiata sebagai bebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Tahap ini merupakan kegiatan
persiapan sebelum melakukan penelitian dilapangan, yang meliputi
studi pustaka,
yaitu kegiatan yang mempelajari literatur yang memuat topik-topik yang
berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan penyiapan
data IKM beserta pola perdagangan yang dilakukan, penyusunan KAK, Riset desain
dan RAB.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini merupakan tahap
pengumpulan data dan informasi yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
Pengumpulan data merupakan langkah awal yang dilakukan dalam suatu proses dalam
menyatakan suatu gagasan, objek, kondisi ataupun situasi objek penelitian (Zellatifanny &
Mudjiyanto, 2018).
Macam data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah:
a. Data pokok meliputi
: data pelaku usaha IKM pada masing-masing Kecamatan tahun 2022
beserta
kegiatan usaha yang dilakukan di �Kabupaten Konawe Utara.
b. Data bantu meliputi data
hasil pengisian kuisioner dan hasil wawancara responden yang dikumpulkan dan kemudian diadakan
analisa data untuk dideskripsikan sesuai tujuan
penelitian.
3. Tahap Klasifikasi
Data
Tahap ini merupakan kegiatan
pengolahan data yang diperoleh dari lapangan, karena data yang diperoleh masih
berupa data mentah, sehingga perlu dipilih, dianalisa kemudian diklasifikasikan
agar sesuai dengan tujuan penelitian. Analisa data dilakukan dengan penyusunan
data mentah menjadi suatu data yang telah disesuaikan dengan tabel klasifikasi
datanya (Fadilla &
Wulandari, 2023). Sedangkan klasifikasi data
dilakukan dengan�
pengelompokan data yang telah di analisa menjadi suatu data yang
telah tersusun dalam bentuk tabel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
4. Tahap Olah Data
Dalam tahap ini menghasilkan
keluaran dari hasil proses pengumpulan data, pengolahan data dan klasifikasi
data yang kemudian dibahas dalam rangka memberikan
penjelasan secara komprehensip sebelum menarik kesimpulan.
5. Tahap Penyusunan Laporan
Tahap ini merupakan kegiatan
pengolahan data yang diperoleh dari pencarian data di lapangan dan dianalisa
sesuai dengan tujuan penelitian sehingga tersusun laporan penelitian.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Umum
Responden Penelitian
1. Karakteristik� Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
kelamin atas laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi nilai dan tingkah
laku. Jumlah dan persentase responden menurut kelompok jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Karakteristik Responden� berdasarkan Jenis kelamin
No. |
Jenis Kelamin |
Jumlah |
Persentase (%) |
1 |
Laki-laki |
17 |
32,69 |
2 |
Perempuan |
35 |
67,31 |
Jumlah |
52 |
100 |
Sumber: Data primer diolah,
2023
Dari tabel 1. di atas, terlihat bahwa responden laki-laki dalam kegiatan usaha IKM adalah paling banyak jika dibandingkan dengan responden perempuan. Pada
penelitian ini masyarakat yang menjadi pengusaha IKM
responden laki-laki sebanyak 17 responden atau sebesar 32,69 persen sedangkan responden perempuan ada sebanyak 35
responden atau sebesar 67,31 persen. Hal ini berarti bahwa kegiatan usaha IKM khususnya
pada industri olahan pangan lebih banyak digeluti oleh pengusaha perempuan
sedangkan industri lainnya berupa pengolahan kayu dan kerajinan lainnya
dilakukan oleh pengusaha laki-laki (Edy, 2019).
2.
Karakteristik Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan
adalah masa studi responden dalam menamatkan proses pendidikan secara formal.
Jumlah dan persentase responden menurut sekolah yang ditamatkan dapat dilihat
pada tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2.� Karakteristik responden berdsarkan tingkat
pendidikan
No. |
Tingkat Pendidikan |
Jumlah (n) |
Persentase (%) |
1. |
Tamat SMP/MTs |
8 |
15,38 |
2. |
Tamat
SMA/MA |
27 |
51,92 |
3. |
Tamat
Diploma/D4 |
12 |
23,08 |
4. |
Tamat S1/S2 |
5 |
9,62 |
Total |
52 |
100 |
Sumber: Data primer diolah,
2023
Tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden masyarakat pengusaha IKM paling banyak tamatan SMA/MA sebanyak 27 orang atau sebesar 51,92 persen, selanjutnya responden yang tamat SMP/MTs
sebanyak 8 orang atau sebesar 15,38 persen sedangkan yang
paling sedikit yaitu responden pengusaha IKM dan pembina IKM� yang tamat S1/S2
sebanyak 5 responden atau sebesar 9,62 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pengusaha di Kabupaten Konawe Utara hanya memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah karena masih
rata-rata tamatan SMA atau sederajat sehingga perlu adanya pengembangan mutu
dan kualitas SDM bagi para pengusaha.
3.
Karakteristik� Responden Berdasarkan Usia
Umur
adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan hidup masyarakat yang diukur
sejak dia lahir hingga waktu itu dihitung. Jumlah dan persentase responden
masyarakat pengusaha IKM di Kabupaten Konawe Utara menurut kelompok umur dapat
dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3 Karakteristik responden
berdasarkan Usia
No. |
KelompokUmur (Tahun) |
Jumlah (n) |
Persentase (%) |
1 |
18 � 25 |
5 |
9,62 |
2 |
26 � 40 |
15 |
28,84 |
3 |
41
� 50 |
28 |
53,85 |
4 |
50�� > |
4 |
7,69 |
Total |
52 |
100 |
Sumber:
Data primer diolah, 2023
Tabel 3. menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok umur responden
masyarakat pengusaha
IKM yang berada di rentang usia 18 � 25
tahun yaitu sebanyak 5 responden atau sebesar 9,62
persen, sedangkan masyarakat pengusaha IKM direntang usia 26-40
tahun� sebanyak 15 responden
atau sebesar 28,84 persen. Selanjutnya masyarakat masyarakat pengusaha IKM yang berada pada di rentang usia 41-50 tahun sebanyak 28
responden atau sebesar 53,85 persen. Selebihnya berusia 50 tahun hanya sebanyak 4
responden atau sebesar 7,68 persen. Hal ini menunjukkan bahwa para pengusaha
IKM yang ada di Kabupaten Konawe Utara telah berusia produktif� sehingga ada kekuatan untuk dapat
mengembangkan usahanya lebih baik kedepan.
Pola
Perdagangan Hasil Industri Kecil dan Menengah
Kebijakan
pemerintah di daerah Kabupaten Konawe Utara selalu mendorong pelaku industrinya
untuk terus melakukan ekspansi pengembangan usaha sebagai upaya peningkatan
aktivitas ekonomi yang bisa meningkatkan produktivitas masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam konteks ini, ekspansi pengembangan usaha
mengandung arti menjual barang-barang yang sudah dengan pangsa pasar yang lebih
luas. Pada umumnya, indikator pengembangan usaha ini dituangkan dalam bentuk
pola perdagangan yang baik sehingga mampu menembus jangkauan pasar yang lebih
luas. Indikator ini dikenal sebagai intensitas perdagangan yang memiliki daya
saing usaha hasil industri suatu daerah agar mampu berdaya saing dengan produk
IKM lainnya.
Berdasarkan
rekam data dari para responden pelaku IKM yang ada di Kabupaten Konawe Utara,
untuk melihat karakteritik pola perdagangan secara tradisional yang cenderung
ingin dijadikan sebagai model pengembangan pangsa pasar produksi dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4 Karakteristik Pola Perdagangan tradisional pelaku IKM di Kabupaten
Konawe Utara
Uraian |
Karakteristik Pola
Perdagangan |
Responden |
|
Jumlah |
(%) |
||
Kegiatan
perdagangan tradisional yang dilakukan IKM menekankan pada ragam
fasilitas |
Bazar |
11 |
21,15 |
Pasar |
14 |
26,93 |
|
Shopping Street |
27 |
51,92 |
|
Total responden |
52 |
100 |
Sumber : Data primer diolah (2023)
��
Berdasarkan
tabel 4.
�di atas
menunjukkan bahwa karakteristik pola perdagangan secara tradisional yang
dominan menjadi keinginan para pengusaha IKM yang ada di kabupaten Konawe Utara
untuk dikembangkan dalam rangka memperluas akses pasar perdagangan hasil
produksi yaitu shopping street. Hal
ini ditunjukkan dari penilaian dari 52 responden penelitian memberikan pilihan
pola perdagangan dengan pendekatan shopping
street sebanyak� 27 responden�� atau sebesar 21,52 persen, selanjutnya
pilihan pola perdagangan dengan pendekatan perdagangan pasar �sebanyak� 14 responden��
atau sebesar 26,93 persen dan yang paling sedikit pilihannya yaitu pola
perdagangan dengan pendekatan� bazar �hanya sebanyak�
11 responden�� atau sebesar 21,15
persen.
Berdasarkan rekam data dari
para responden pelaku IKM yang ada di Kabupaten Konawe Utara, untuk melihat
karakteritik pola perdagangan secara modern
yang cenderung ingin dijadikan sebagai model pengembangan pangsa pasar produk
Industri Kecil dan Menengah� yang
menekankan pada ragam fasilitas di Kabupaten Konawe Utara dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 5 Karakteristik Pola Perdagangan Modern pelaku IKM di Kabupaten Konawe
Utara
Uraian |
Karakteristik Pola Perdagangan |
Responden |
|
Jumlah |
(%) |
||
Kegiatan perdagangan modern
yang dilakukan IKM menekankan pada ragam fasilitas |
Shopping Centre |
25 |
48,08 |
Mall |
19 |
36,54 |
|
Archade |
8 |
15,38 |
|
Total responden |
52 |
100 |
Sumber : Data primer diolah (2023)
Berdasarkan tabel 5.5 di
atas menunjukkan bahwa karakteristik pola perdagangan secara modern yang
dominan menjadi keinginan para pengusaha IKM yang ada di kabupaten Konawe Utara
untuk dikembangkan dalam rangka memperluas akses pasar perdagangan hasil produksi
yaitu shopping centre. Hal ini
ditunjukkan dari penilaian dari 52 responden penelitian memberikan pilihan pola
perdagangan dengan pendekatan shopping
centre sebanyak� 25 responden�� atau sebesar 48,08 persen, selanjutnya
pilihan pola perdagangan dengan pendekatan perdagangan berupa pembangunan Mall sebanyak� 19 responden��
atau sebesar 36,54 persen dan yang paling sedikit pilihannya yaitu pola
perdagangan dengan pendekatan archade �hanya sebanyak�
8 responden�� atau sebesar 15,38
persen.
Pola Pemasaran Hasil Industri Kecil dan Menengah
Berbasis Digitalisasi Marketing
Industri kecil dan menengah mempunyai tugasan penting pada kemajuan sektor ekonomi di daerah Kabupaten Konawe
Utara. Industri kecil dan menengah tidak hanya menjadi
salah satu pembuka
lapangan kerja baru, tetapi juga mendorong laju
pertumbuhan ekonomi daerah. Saat ini, industri kecil
dan menengah dapat
memainkan peran strategis �dalam mendorong
peningkatan pendapatan masyarakat daerah di Kabupaten Konawe Utara.
Karena industri kecil dan menengah merupakan �suatu bentuk usaha
pengolahan yang dibuat dari masyarakat
atas prakarsa peroranganyang banyak membantu masyarakat lain dengan menyerap tenaga
kerja.
Pola pemasaran hasil
industri kecil dan menengah yang berbasis digital marketing� dalam kajian ini memberikan pilihan
atas kegiatan perdagangan besar dan kegiatan perdagangan eceran yang
ditunjukkan pada pilihan respon sebagai berikut :
Tabel 6 Pola kegiatan pemasaran� yang
dilakukan dan diinginkan� IKM di
Kabupaten Konawe Utara
No. |
Uraian |
Responden |
|
Jumlah |
(%) |
||
1. |
Kegiatan pemasaran industri kecil dan menengah menekankan pada kegiatan
perdagangan� kecil |
47 |
90,38 |
2. |
Kegiatan pemasaran industri kecil dan menengah menekankan pada
kegiatan perdagangan� besar |
5 |
9,62 |
|
Jumlah responden |
52 |
100 |
Sumber : Data primer diolah (2023)
Berdasarkan tabel 6 di atas
menunjukkan bahwa pola kegiatan pemasaran yang yang dilakukan oleh para pelaku
IKM di daerah Kabupaten Konawe Utara masih sebagian besar melakukan kegiatan
perdagangan kecil, selain itu ada sebagian kecil yang sudah mulai melakukan
pola perdagangan besar.�� Hal ini
ditunjukkan dari penilaian dari 52 responden penelitian yang memberikan pilihan
pola pemasaran pada kegiatan perdagangan kecil sebanyak� 47 responden��
atau sebesar 90,38 persen, selain itu pilihan pola pola pemasaran pada
kegiatan perdagangan besar sebanyak� 5
responden�� atau sebesar 9,62 persen.
Pola Perdagangan� Berbasis Digitalisasi Marketing
1.
Deskripsi variabel Pola
Perdagangan
�� Pola perdagangan yang
maksudkan dalam kajian penelitian ini yaitu aktivitas kegiatan perdagangan yang
dilakukan oleh para pelaku IKM yang ada di Kabupaten Konawe Utara agar dapat mendorong hasil
produksinya untuk terus melakukan ekspansi dagang sebagai upaya peningkatan aktivitas ekonomi yang bisa meningkatkan
produktivitas usahanya dan pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam konteks ini, ekspansi pengembangan usaha mengandung arti menjual barang-barang yang sudah diolah menjadi barang jadi
untuk diperdagangkan kepada pembeli atau konsumen. Indikator yang digunakan merujuk pada
indikator yang diungkapkan oleh� (Kusuma & Kurniawati, 2013) terkait karakteristik pola perdagangan yaitu
karakteristik pola perdagangan tradisional, karakteristik pola perdagangan
modern dan karakteristik pola pemasaran industri. Aturan
yang digunakan dalam pengkategorian yaitu dengan menggunakan Skala Likert. Penentuan skala Likert menggunakan skala 1 sampai dengan
5, sebagai berikut :
Tabel 7 Kategori Skala Interval yang digunakan dalam
pengukuran variabel�
pola pemasaran digital
Skala Interval |
Skala Penilaian |
||
Pola perdagangan |
Penerapan Digital Marketing |
||
1,00 |
1,80 |
Sangat tidak baik |
Sangat tidak baik |
1,81 |
2,60 |
Tidak baik |
Tidak baik |
2,61 |
3,40 |
Cukup baik |
Cukup baik |
3,41 |
4,20 |
Baik |
Baik |
4,21 |
5,00 |
Sangat baik |
Sangat baik |
Sumber: Sugiyono, (2016) (Modifikasi)
Analisis deskriptif variabel pola perdagangan dihitung berdasarkan
persentase jawaban responden terhadap pernyataan dengan menggunakan nilai
rata-rata (mean) dari setiap
indikator yang diajukan untuk menggambarkan seluruh persepsi responden. Nilai
rerata (mean) tersebut, selanjutnya
dilakukan interpretasi atas persepsi responden berdasarkan klasifikasi yang
telah dikemukakan di atas (Sumardi & Jumlad, 2022).
Tabel 8. Deskripsi pernyataan responden Variabel Pola perdagangan
Indikator
variabel |
Butir (Item) |
Jawaban Responden |
Mean |
||||||||||
STS
(1) |
TS
(2) |
N
(3) |
S
(4) |
SS
(5) |
|||||||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
f |
% |
f |
% |
||||
1. Karakteristik pola perdagangan tradisional |
|||||||||||||
Ragam
fasilitas perdagangan yang berupa bazar |
1.1 |
2 |
3,85 |
7 |
13,46 |
11 |
21,15 |
23 |
44,23 |
9 |
17,31 |
3,57 |
|
Ragam
fasilitas perdagangan yang berupa pasar |
1.2 |
1 |
1,92 |
6 |
11,54 |
13 |
25,00 |
21 |
40,39 |
11 |
21,15 |
3,67 |
|
Ragam
fasilitas perdagangan yang berupa Shopping
street |
1.3 |
5 |
9,61 |
15 |
28,85 |
17 |
32,69 |
12 |
23,08 |
3 |
5,77 |
2,86 |
|
Rata-rata� nilai indikator
karakteristk pola perdagangan tradisional |
3,37 |
||||||||||||
2. Karakteristik Perdagangan Modern |
|||||||||||||
Ragam
fasilitas perdagangan yang berupa Shopping
centre |
2.1 |
12 |
23,08 |
21 |
40,39 |
11 |
21,15 |
7 |
13,46 |
1 |
1,92 |
2,30 |
|
Ragam
fasilitas perdagangan yang berupa Mall |
2.2 |
13 |
23,08 |
20 |
40,39 |
19 |
36,54 |
0 |
0 |
0 |
0.00 |
2,12 |
|
Ragam
fasilitas perdagangan yang berupa Archade |
2.3 |
11 |
21,15 |
22 |
42,31 |
19 |
36,54 |
0 |
0 |
0 |
0.00 |
2,15 |
|
Rata-rata nilai indikator karakteristik
Perdagangan Modern |
2,19 |
||||||||||||
3. Karakteristik Pola Pemasaran�
IKM |
|||||||||||||
Menekankan
pada pola perdagangan besar |
3.1 |
1 |
1,92 |
6 |
11,54 |
15 |
28,45 |
21 |
40,39 |
9 |
17,31 |
3,59 |
|
Menekankan pada pola perdagangan kecil |
3.2 |
0 |
0,00 |
0 |
0,00 |
2 |
3,84 |
23 |
44,23 |
27 |
52,92 |
4,48 |
|
Rata-rata nilai indikator karakteristik Pola
Pemasaran� IKM |
4,03 |
||||||||||||
Nilai rata-rata variabel pola perdagangan IKM |
3,20 |
||||||||||||
Sumber : Data primer (diolah), 2023
2.
Deskripsi variabel Digital
Marketing
�Digital marketing yang
diterapkan oleh para pengusaha IKM �di Kabupaten Konawe Utara adalah penggunaan teknologi digital untuk mencapai tujuan pemasaran serta upaya pengembangan atau penyesuaian konsep pemasaran yang dilakukan agar dapat berkomunikasi dalam cakupan global, dan
mengubah cara perusahaan melakukan bisnis dengan pelanggan secara online.�� Mereka para pelaku IKM melakukan aktifitas pemasaran digital untuk berbagi dan
memperbarui� konten, menawarkan informasi
yang akurat dan berguna untuk�
memenuhi kebutuhan pelanggan
sesuai dengan yang diharapkan, memfasilitasi pelanggan untuk mencari informasi serta selalu
menampilkan trend terbaru dan membangun interaksi dengan pelanggan
agar melakukan pembelian secara terus menerus terhadap produk yang ditawarkan.
Tabel 9. Deskripsi pernyataan
responden terkait Variabel Penerapan Digital
Marketing
Indikator
variabel |
� Butir (Item) |
Jawaban
Responden |
Mean |
||||||||||
STS
(1) |
TS
(2) |
N
(3) |
S
(4) |
SS
(5) |
|||||||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
f |
% |
f |
% |
||||
1. Search Engine Marketing |
|||||||||||||
Penggunaan iklan online
pada mesin pencari |
1.1 |
12 |
23,08 |
7 |
13,46 |
23 |
44,23 |
10 |
19,23 |
- |
0 |
2,95 |
|
Kegiatan pemasaran online
IKM terarah langsung ke calon konsumen |
1.2 |
11 |
21,15 |
13 |
25,00 |
16 |
30,76 |
10 |
19,23 |
2 |
3,85 |
2,60 |
|
Rata-rata� nilai indikator �Search Engine Marketing |
2,78 |
||||||||||||
2. Online Public Relation |
|||||||||||||
Interaksi
yang menguntungkan dengan merek produk IKM |
2.1 |
13 |
25,00 |
9 |
17,31 |
21 |
40,38 |
9 |
17,31 |
- |
0 |
2,50 |
|
Menggunakan situs jejaring sosial pihak ketiga |
2.2 |
10 |
19,23 |
13 |
25,00 |
17 |
32,69 |
10 |
19,23 |
2 |
3,85 |
2,63 |
|
Rata-rata
nilai indikator �Online Public Relation |
2,56 |
||||||||||||
3. Online parnerships |
|||||||||||||
Membuat dan
mengelola pengaturan situs web |
3.1 |
9 |
17,31 |
13 |
25,00 |
17 |
32,69 |
11 |
21,15 |
2 |
3,85 |
2,69 |
|
Pemasaran afiliasi secara agregat bagi IKM |
3.2 |
10 |
19,23 |
12 |
23,08 |
18 |
34,61 |
10 |
19,23 |
2 |
3,85 |
2,65 |
|
Rata-rata
indikator nilai online parnerships |
2,67 |
||||||||||||
4. Interactive advertasing |
|||||||||||||
Penggunaan
iklan online multimedia |
4.1 |
13 |
25,00 |
11 |
21,15 |
19 |
36,54 |
8 |
15,39 |
1 |
1,92 |
2,48 |
|
Mendorong
konsumen potensial masuk situs |
4.2 |
12 |
23,08 |
13 |
25,00 |
16 |
30,76 |
9 |
17,31 |
2 |
3,85 |
2,76 |
|
Rata-rata
nilai indikator interctive advertasing |
2,62 |
||||||||||||
5. Opt-in email marketing |
|||||||||||||
Daftar aktivasi guna mempertahankan pelanggan |
5.1 |
13 |
25,00 |
12 |
23,08 |
17 |
32,69 |
8 |
15,39 |
2 |
3,85 |
2,50 |
|
Daftar
kontak dalam email marketing |
5.2 |
10 |
19,23 |
13 |
25,00 |
17 |
32,69 |
9 |
17,31 |
3 |
5,77 |
2,59 |
|
Rata-rata
indikator �Opt-in email marketing |
2,55 |
||||||||||||
6. Social media marketing |
|||||||||||||
Pemasaran digital mendorong komunikasi pelanggan |
6.1 |
10 |
19,23 |
12 |
23,08 |
16 |
30,76 |
9 |
17,31 |
5 |
9,61 |
2,75 |
|
Media social mendorong kerjasama IKM |
6.2 |
11 |
21,15 |
13 |
25,00 |
16 |
30,76 |
9 |
17,31 |
3 |
5,77 |
2,62 |
|
Rata-rata nilai indikator �Social media marketing |
2,68 |
||||||||||||
Nilai rata-rata variabel penerapan digital marketing |
2,64 |
||||||||||||
Sumber : Data primer (diolah), 2023
Pola Perdagangan� Berbasis Digitalisasi Marketing Dalam
Memperluas Pangsa Pasar IKM di Kabupaten Konawe Utara
Hasil analisis data ditemukan bahwa pemanfaatan digital
marketing dapat
memperluas pangsa pasar komoditas hasil produksi yang dihasilkan oleh para
pelaku IKM daerah Kabupaten Konawe Utara.
Hal ini dapat dimaknai bahwa semakin baik pemanfaatan digital
marketing maka dapat
meningkatan kinerja pemasaran produk yang dihasilkan oleh pengusaha IKM
yang ada di Kabupaten Konawe Utara (Suarlin, 2021).
Hasil deskripsi data yang diperoleh dari pelaku usaha IKM bahwa
pelaku usaha telah melakukan aktivitas berbagi dan memperbarui konten yang ada
melalu facebook, Instagram dan� whatsapp memberikan kemudahan bagi
pelaku usaha untuk berinteraksi secara teratur dengan pelanggan dan follower
dan mampu memfasilitasi interaksi antara pelanggan, keluarga dan teman. Selain
itu implementasi dari
indikator-indikator pemanfaatan
digital marketing dinilai masih pada kategorisasi cukup baik oleh informan
pelaku usaha. Pelaku usaha belum mampu�
memberikan informasi� yang akurat melalui digital marketing,
menawarkan informasi yang berguna dan memberikan informasi yang komprehensip.
Aspek word of mouth masih menjadi hal penting dari pelaku usaha dalam mengindikasikan bahwa pelaku usaha membangun interaksi dengan pelanggan
dan terbuka atas pertanyaan terkait produk dan layanan, terbuka atas berbagai
komentar, saran dan kritik dari konsumen serta mengajak konsumen untuk berbagi
pengalaman.
Hasil penilaian pelaku usaha juga dapat
dimaknai bahwa pelaku usaha IKM di Kabupaten Konawe Utara belum
memberikan atau memenuhi kebutuhan informasi konsumen yang disampaikan melalui
digital marketing dan memfasilitasi konsumen untuk pencarian informasi.� Konten yang ditampilkan oleh
pelaku usaha belum diupdate
setiap saat, dan belum mengikuti trend dalam menyajikan konten
secara online produk produk IKM yang
dipasarkan.
1.
Kapasitas Digital Marketing Yang dimiliki Pelaku Usaha Kecil di Kabupaten Konawe Utara
Hasil analisis data dan wawancara dari para informan menyampaikan bahwa kapasitas
pemahaman digital marketing oleh pelaku IKM di Kabupaten
Konawe Utara yang dilihat melalui aspek pengembangan strategi digital
dan kemampuan eksekusi, kemampuan penginderaan e-market, kemampuan inovasi
digital dan kapabilitas usaha belum terlaksana dengan
baik.
Berdasarkan temuan tersebut dapat dijelaskan bahwa pengusaha kecil di Kabupaten Konawe Utara belum memiliki kemampuan yang memadai dalam mengumpulkan data e-market, menyebarkan informasi pasar e-market dan kemampuan pelaku usaha
terhadap e-market. Berkaitan dengan temuan ini
Gaol & Ichsan (2022) menjelaskan bahwa untuk bergerak kearah pemanfaatan digitalisasi,
perusahaan harus mengetahui sejumlah kapabilitas dasar agar berhasil dalam
memasarkan produk dan jasa.
1. Memahami
Prinsip Search Engine Optimization (SEO)
Salah satu skill utama untuk berkarir di dunia digital marketing adalah
dengan mengetahui prinsip dasar dari Search Engine Optimization atau
SEO. Sesuai dengan namanya, SEO digunakan untuk mengoptimasi posisi website
yang kita miliki pada mesin pencarian. Sebagai permulaan,� harus mengetahui bagaimana fungsi keyword
atau kata kerja dalam meningkatkan traffic pada sebuah website. Oleh
karena itu, kamu harus mencari keyword dengan search volume yang tinggi. Ada
banyak website yang bisa gunakan untuk melakukan tahap keyword research,
seperti Ahrefs, Google Keyword Planner, KWFinder by Mangools dan masih banyak
lainnya. Berikut adalah salah satu contoh cara kerja� Search Engine Optimization (SEO)
bidang marketing
Gambar 1. Model analisa Search Engine Optimization
(SEO) bidang marketing
2. Kemampuan Menulis
Hal yang juga tidak kalah penting dalam memulai karir di dunia digital
marketing adalah kemampuan menulis dan bercerita, atau dalam bahasa kerennya: copywriting
dan storytelling.
Semakin berkualitas sebuah konten dan semakin menarik cara
penyampaiannya, tentu akan menarik sejumlah pembaca yang sedang mencari tema
tersebut. Kemampuan menulis ini tidak bisa muncul begitu saja. Oleh karenanya
harus memulainya sedini mungkin. Selain membiasakan diri membaca, beberapa
caranya adalah dengan membuat sebuah blog pribadi dan menulis cerita atau ide
untuk membiasakan diri.
3. Analisis Data dengan Google
Analytics
Skill yang juga tidak bisa dilepaskan dari dunia digital marketing
adalah kemampuan menganalisis data atau data analytics (Aktsarina, 2022). Kemampuan ini penting diketahui para pengguna digital mengingat data
yang tersedia ketika bekerja sebagai digital marketer akan sangat melimpah. Adapun tool yang umum digunakan dalam digital marketing adalah Google
Analytics.
Gambar 2 Model Google analitis marketing
Gambar 2� Model Google analitis marketing
4. Menguasai
Media Sosial
Kegiatan promosi melalui media sosial (medsos) juga menjadi hal yang
wajib dilakukan oleh para pelaku digital marketing. Medsos digunakan mulai dari
membangun awareness terhadap produk yang kita pasarkan, hingga menggaet
calon pembeli ke halaman transaksi produk kita. Platform
medsos seperti Facebook, Instagram dan Twitter whatsapp untuk menawarkan produk
kepada para pengguna(Yahya, Syaharullah, & Syarif, 2021).
Perkembangan dan dinamika dalam digital marketing berlangsung sangat
cepat. Ini terjadi salah satunya karena berbagai tool, platform dan media yang
digunakan dalam aktivitas digital marketing mengalami peningkatan dan perubahan
dalam waktu yang cepat. Berbagai tool dan platform tersebut juga terus
bertambah setiap harinya. Oleh karena itu, seorang pelaku usaha harus mampu
menjadi seorang pembelajar cepat atau memiliki seseorang marketer digital yang
handal. Kemampuan adaptasi sangat dibutuhkan agar bisa mengetahui bukan hanya
perubahan tool dan platform, tetapi juga perubahan perilaku konsumen (Riofita, Rifky, Salamah, Asrita, & Nurzanah,
2024).
2.
Kepemilikan kemampuan Digital Marketing Pelaku Usaha Kecil di Kabupaten Konawe Utara
Berdasarkan hasil analisa data dan wawancara kepada responden
ditemukan bahwa kepemilikan
kemapuan digital marketing yang dimiliki para pelaku
IKM di Kabupaten Konawe Utara berdasarkan aspek
sumber daya fisik (sarana prasarana), sumber daya manusia, intelektual,
orientasi pasar digital, reputasi dan relasi dapat memberikan perluasan akses pasar yang
lebih luas. Semakin tinggi kemampuan �digital marketing pengusaha
IKM yang dimiliki maka kinerja perluasan pangsa pasar akan semakin baik. Hal ini cukup beralasan karena kemampuan digital marketing yang dimiliki oleh pelaku usaha kecil untuk
menjalankan digital marketing masih terbatas sehingga belum mampu mengkakses pangsa pasar yang lebih luas .
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, uraian hasil dan
pembahasan sehingga dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1.) Upaya
pengembangan perdagangan hasil industri kecil dan menengah di daerah� Kabupaten
Konawe Utara telah dilakukan dengan pola perdagangan kecil dalam memperjual
belikan produk-produk yang dihasilkan kepada para konsumen.
2.) Pola pemasaran hasil industri kecil dan menengah yang berbasis Digitalisasi
Marketing di Kabupaten Konawe Utara telah dijadikan sebagai rumusan strategi
pengembangan pangsa pasar dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan usaha.
3.) Pola perdagangan hasil industri yang berbasis Digitalisasi Marketing dapat
memperluas pangsa pasar dalam rangka meningkatkan penjualan serta kemampuan
dalam memperoleh keberhasilan usaha bagi industri kecil dan menengah di
Kabupaten Konawe Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Aktsarina, Rizqiya Dyta. (2022). Strategi Digital Marketing Pada Bisnis Titik Sorai. Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
Edy, Dwi Kurniati. (2019). Dampak Lingkungan Industri Karakteristik Manajer Terhadap Inovasi Dan
Kinerja Usaha (Studi Empiris pada Industri Kecil Sektor Industri Pengolahan di
Kabupaten Semarang). DEEPUBLISH.
Fadilla, Annisa Rizky, & Wulandari, Putri Ayu. (2023).
Literature review analisis data kualitatif: tahap pengumpulan data. Mitita Jurnal Penelitian, 1(3), 34�46.
Gaol, Jonner Lumban, & Ichsan, Reza Nurul. (2022).
Traditional Market Management Model Based on Digital Marketing. Quality-Access to Success, 23(191).
Hastuti, Proborini. (2018). Desentralisasi fiskal dan
stabilitas politik dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah di indonesia. Simposium Nasional Keuangan Negara: Kementerian
Keuangan Ri Tahun 2018, 784�799.
Hawkins, Diemas Sukma. (2023). Peran Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) Dalam Youth Diplomacy Indonesia Melalui
Chairmanship Indonesia Di Unesco Global Geoparks Youth Forum.
Kuantitatif, Pendidikan Pendekatan. (2016). Metode Penelitian
Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Kusuma, Bagas Harta, & Kurniawati, Wakhidah. (2013).
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Penopang Kawasan Mixed Use Pada
Koridor Jalan Fatmawati Semarang. Teknik
PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 2(1),
152�159.
Prihatiningsih, Diah. (2022). Mudahnya belajar statistik deskriptif. Penerbit CV. Sarnu
Untung.
Puspita, Ely Sabet Imel Mega, Aryaputra, Adzka Arrivo,
Ramadina, Yasmine Fadhilah, Puspita, Deva Masayu Data, Prawinda, Amalia
Alhamdaniyah, Hidayat, Salsabila Syifa, Dwianika, Agustine, Nurhidayah,
Fitriyah, & El Rayyeb, Augury. (2023). Tantangan Ekonomi Global Dalam
Kinerja UMKM. Prosiding Seminar
Teknologi, Akuntansi, Bisnis, Ekonomi, Dan Komunitas, 3, 153�163.
Riofita, Hendra, Rifky, M. Guntur, Salamah, Lala Raudatul,
Asrita, Rona, & Nurzanah, Siti. (2024). Perubahan Strategi Pemasaran Dalam
Menghadapi Tantangan Pasar Konsumen Di Era Digital. Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis (JEMB), 1(3), 21�26.
Suarlin, S. Pd. (2021). BAB 4 Peran Pendidikan Kewirausahaan
Bagi Ekonomi Berbasis Pengetahuan. Pendidikan
Kewirausahaan Dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi: Menggagas Peran
Kewirausahaan Sebagai Pilar Ekonomi Bangsa, 51.
Sumardi, Udin Zainal, & Jumlad, Walid. (2022). Pengaruh
Aksesibilitas Menuju Bandar Udara Internasional Yogyakarta Terhadap Persepsi
Penumpang. Jurnal Kewarganegaraan,
6(2), 3025�3032.
Yahya, Muhammad, Syaharullah, Syaharullah, & Syarif,
Ahmad. (2021). Penggunaan Facebook Dalam Promosi Produk Barang Jadi. PILAR, 12(2), 27�38.
Zellatifanny, Cut Medika, & Mudjiyanto, Bambang. (2018).
Tipe penelitian deskripsi dalam ilmu komunikasi. Diakom: Jurnal Media Dan Komunikasi, 1(2), 83�90.