https://lentera.publikasiku.id/index.php
75
ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH IPA PADA SISWA SMP
DALAM MENYELESAIKAN SOAL IPA
Mochamad Zumar Firdaus Ermawan
1*
, An Nuril Maulida Fauziah
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya
1
2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah IPA pada siswa SMP dalam
menyelesaikan soal IPA. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan sampel
yang digunakan sebanyak 20 siswa kelas IX SMP Negeri 30 Surabaya, teknik pemilihan yang digunakan
adalah purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase total kemampuan pemecahan
masalah siswa sebesar 41%, namun pada keempat indikator memiliki nilai persentase yang berbeda.
Persentase total pada indikator mengeksplorasi dan memahami sebesar 58%, persentase total pada
indikator merepresentasi dan memformulasi sebesar 42%, persentase total pada indikator merencanakan
dan melaksanakan sebesar 55%, serta persentase total pada indikator memantau dan mengevaluasi sebesar
14%. Kesimpulan secara keseluruhan pada penelitian ini bahwa kemampuan pemecahan masalah IPA
pada siswa SMP dalam menyelesaikan soal IPA masih sangat rendah dimana kemampuan pemecahan
masalah IPA siswa SMP pada indikator memantau dan mengevaluasi pada kemampuan pemecahan
masalah IPA siswa SMP menunjukkan persentase paling rendah diantara indikator pemecahan masalah
IPA siswa SMP.
Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah; IPA; Siswa SMP
ABSTRACT
This study aims to analyze the ability of problems solving science in junior high school students in solving
science problems. The research method used was descriptive qualitative with a sample of 20 class IX
students of SMP Negeri 30 Surabaya, the selection technique used was purposive sampling. The results
of this study show that the total percentage of students' problem-solving abilities is 41%, but the four
indicators have different percentage values. The total percentage for exploring and understanding
indicators is 58%, the total percentage for representation and formulating indicators is 42%, the total
percentage for planning and implementing indicators is 55%, and the total percentage for monitoring
and evaluating indicators is 14%. The overall conclusion in this study is that the science problem-solving
skills of junior high school students in solving science questions are still very low where the science
problem-solving abilities of junior high school students on the indicators of monitoring and evaluating
the science problem-solving abilities of junior high school students show the lowest percentage among
the indicators of students' natural science problem solving in junior high school.
Keywords: Problem Solving Ability; Science; Middle School Students
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA merupakan aktivitas mempelajari berbagai komponen dalam alam
semesta untuk mengetahui hubungan sebab-akibat yang harus dipelajari untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ditentukan (Selvi, 2013). Pendidikan di Indonesia saat ini menerapkan
kurikulum 2013 yang menuntut guru untuk membuat suasana belajar sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan karakter materi yang akan disampaikan agar tujuan dan kompetensi tersebut
dapat tercapai (Wisudawati & Sulistyowati, 2014). Permendikbud No. 21 tahun 2016 tentang
standar isi pendidikan dasar dan menengah yang menjelaskan bahwa siswa harus mampu
Lentera: Multidisciplinary Studies
Volume 1 Number 2, February, 2023
p- ISSN: 2987-2472 | e-ISSN: xxxx-xxxx
Vol. 1, No. 2, 2023
76
Mochamad Zumar Firdaus Ermawan, An Nuril Maulida Fauziah
memahami konsep dan prinsip ilmu pengetahuan alam serta hubungannya dan mampu
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Permendikbud, 2016).
Kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan untuk berusaha mencari
jalan keluar dari suatu masalah yang sedang dihadapi (Polya, 1978). Kemampuan pemecahan
masalah sangat penting untuk dimiliki siswa karena memberi manfaat yang sangat besar untuk
siswa terutama dalam melihat relevansi antara pengetahuan yang dipeoleh dengan hal-hal yang
ada dikehidupan (Amri et al., 2013). Proses pemecahan masalah juga dijelaskan oleh PISA
(2015), dimana dalam diri seseorang terjadi empat proses kognitif dalam pemecahan masalah,
yaitu: (1) mengeksplorasi dan memahami; (2) merepresentasi dan menformulasi; (3)
merencanakan dan melaksanakan; dan (4) memantau dan merefleksi (UK Department of
Education, 2017).
Kenyataan pembelajaran di sekolah Indonesia menunjukkan bahwa jarang sekali melatih
pemecahan masalah (Amir, 2015). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat kegiatan
pengenalan lingkungan persekolahan di salah satu sekolah di Surabaya, menunjukkan bahwa
ketika guru memberikan soal latihan IPA yang berhubungan dengan pemecahan masalah, terlihat
siswa sangat kesulitan dalam menyelesaikannya. Kesulitan siswa tersebut terlihat bingung untuk
menyelesaiakn soal mulai darimana, sehingga saat menyusun rencana untuk memecahkan
masalah dalam soal sebagaian besar dari mereka melihat jawaban temannya yang mampu
mengerjakan. Hasil observasi yang dilakukan juga menunjukkan bahwa guru jarang terlibat dalam
proses pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa.
Akibatnya, siswa tidak terbiasa memecahkan masalah dengan solusi terbaik.
Menghadapi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, sudah saatnya guru melatih
kemampuan pemecahan masalah siswa mulai dari sekarang khusunya dalam matapelajaran IPA.
Mengidentifikasi dan merepresentasikan masalah cara yang dapat dilakukan untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah ilmiah siswa dalam proses pembelajaran.
Pemecahan masalah yang digunakan dalam pembelajaran juga dapat melibatkan siswa untuk
membangun pengetahuannya dan terlibat dalam perolehan pengetahuan. Berdasarkan uraian di
atas, peneliti mencoba melihat analisis kemampuan pemecahan masalah sejauh mana kemampuan
pemecahan masalah siswa SMP dalam mengerjakan soal IPA.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 30 Surabaya pada semester ganjil tahun ajaran
2022/2023. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 30 Surabaya yang
berjumlah 20 siswa. Populasi pada penilitan ini adalah semua siswa siswa kelas IX SMP Negeri
30 Surabaya yang kemudian dilakukan sampling dengan teknik purposive sampling dengan
memilih dua siswa yang memiliki nilai hasil belajar IPA tertinggi di setiap kelas. Instrumen yang
digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini adalah lembar wawancara dan lembar tes
kemampuan pemecahan masalah, terdiri dari empat butir soal uraian yang sebelumnya telah
divalidasi oleh satu orang ahli evaluasi pembelajaran (dosen) dan dua orang ahli pendidikan IPA
(guru). Indikator pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel
berikut:
Tabel 1
Indikator pemecahan masalah menurut PISA
Indikator
Keterangan
Mengeksplorasi dan
memahami
Subjek mengeksplorasi informasi-informasi mengenai permasalahan
yang dihadapi lalu memahami informasi yang didapat untuk di
intepretasikan dalam permasalahan yang dihadapi.
Merepresentasi dan
menformulasi
Subjek memilih, mengelolah, hingga akhirnya dapat dilakukan dengan
menampilkan informasi yang diperoleh dari permasalahan dalam
[Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah IPA pada Siswa SMP
dalam Menyelesaikan Soal IPA]
Vol. 1, No. 2, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
77
bentuk grafik, symbol, diagram, tabel, atau kata-kata. Hasil dari
merepresentasi ini kemudian formulasi untuk dijadikan sebuah dugaan
awal atau jawaban sementara yang sering disebut hipotesis.
Merencanakan dan
melaksanakan
Subjek mampu merancang hasil pemecahan masalah bertujuan untuk
mengembangan sebuah rencana yang sebelumnya telah ditetapkan
yang kemudian dilaksankan sesuai dengan perencaan yang telah dibuat
Memantau dan
merefleksi
Subjek dalam memcahkan masalah yang dihadapi perlu mengawasi
atau memantau setiap langkah yang telah direncanakan dan dilakukan.
Setelah memantau hingga selesai, maka hasil dari pemecahan masalah
perlu merefleksikan kualitas keberhasilan dari hasil proses pemecahan
masalah yang telah dilaksanakan.
(OECD, 2013)
Data yang telah diperoleh kemudian di analisis dengan menggunakan model Miles dan
Hurberman yang terdiri dari tiga tahap yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik
kesimpulan. Keabsahan data pada penelitian ini juga dilakukan dengan uji kredibiltas melalui
teknik triangulasi data yang sudah diperoleh melalui wawancara dan tes di cek serta dibandingkan
kepada siswa kelas IX SMP Negeri 30 Surabaya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemampuan pemecahan masalah IPA pada siswa SMP dalam penelitian ini dikaji
berdasarkan keempat indikator kemampuan pemecahan masalah menurut PISA, yaitu
mengeskplorasi dan memahami, merepresentasi dan menformulasi, merencanakan dan
melaksanakan, serta memantau dan mengevaluasi. Subjek yang telah dipilih pada penelitian ini
diminta untuk mengerjakan empat butir soal tes tulis uraian materi IPA, kemudian siswa
melanjutkan tes wawancara. Hasil tes tulis siswa akan dianalisis pada setiap indikatornya
berdasarkan nilai presentase indikator pemecahan masalah seperti pada tabel 2.
Tabel 2
Data penilaian tes berdasarkan indikator pemecahan masalah
No
Kode
Subjek
Nilai
Total
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4
1
SR
20
10
20
4
54
2
PA
20
10
10
4
44
3
CAS
8
4
10
4
26
4
JFA
8
4
20
4
36
5
MFF
8
0
10
4
22
6
SKR
20
0
10
4
34
7
RJ
8
10
10
4
32
8
NSR
8
10
10
4
32
9
GD
8
10
4
4
26
10
IMV
4
10
4
4
22
11
AA
20
16
20
10
66
12
AlAl
20
20
20
10
70
13
AGS
4
4
30
4
42
14
ADL
8
4
30
4
46
15
ADP
8
4
30
4
46
16
AMSB
8
4
30
4
46
17
AFD
4
4
20
4
32
18
SAPN
8
4
20
4
36
19
VAH
20
20
10
0
60
Vol. 1, No. 2, 2023
78
Mochamad Zumar Firdaus Ermawan, An Nuril Maulida Fauziah
No
Kode
Subjek
Nilai
Total
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4
20
VJE
20
20
10
0
60
Total
232
168
328
84
832
Total All
400
400
600
600
2000
% Total
58%
42%
55%
14%
41%
n Total
20
20
20
20
20
Keterangan:
Indikator 1: Mengeskplorasi dan Memahami
Indikator 2: Merepresentasi dan Menformulasi
Indikator 3: Merencanakan dan Melaksanakan
Indikator 4: Memantau dan Mengevaluasi
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa presentase total kemampuan pemecahan masalah siswa
sebesar 41%, namun pada keempat indikator memiliki nilai presentase yang berbeda. Table
menunjukkan bahwa presentase total pada indikator mengeskplorasi dan memahami sebesar 58%,
presentase total pada indikator merepresentasi dan menformulasi sebesar 42%, presentase total
pada indikator merencanakan dan melaksanakan sebesar 55%, serta presentase total pada
indikator memantau dan mengevaluasi sebesar 14%. Kemampuan pemecahana masalah IPA
siswa SMP berdasarkan data tersebut, pada indikator mengeskplorasi dan memahami memiliki
nilai presentase lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemecahan masalah IPA siswa SMP pada
tiga indikator lainnya. Indikator memantau dan mengevaluasi pada kemampuan pemecahan
masalah IPA siswa SMP berdasarkan tabel menunjukkan presentase paling rendah dinatara
indikator pemecahan masalah IPA siswa SMP.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui, bahwa kemampuan pemecahan masalah
IPA pada siswa siswa SMP dapat dinilai dari kemampuan siswa dalam menjawab soal pada setiap
indikator pemecahan masalah. Hasil analisis tersebut perlu diperkuat, sehingga jawaban siswa
perlu untuk dianalisis lagi untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam tentan kemampuan
pemecahan masalah IPA pada siswa SMP dalam menyelesaikan soal-soal IPA. Adapun ringkasan
hasil analisis penelitian jawaban berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah yang
diperoleh dari hasil wawancara siswa yaitu sebagai berikut:
1. Indikator Mengeskplorasi dan Memahami
Indikator ini menjadi sebuah kunci awal dalam tahap memecahkan masalah, pemaparan
hasil tes dan wawancara subjek dengan inisial MFF dan SKR dalam memecahkan masalah di
tahap mengeskplorasi dan memahami masalah sangatlah berbeda. Berikut ini adalah jawaban
subjek MFF pada tahap mengeskplorasi dan memahami masalah:
Gambar 1 Jawaban subjek MFF
Gambar 1 tersebut dapat menujukkan, bahwasannya subjek MMF ini sangat kurang
mampu dalam mengeksplorasi apa yang saja menjadi permasalahan dan apa saja diketahui
didalam soal, sehingga subjek MMF kurang bisa memahami apa yang menjadi permasalahan
dan pada akhirnya jawaban yang dituliskan kurang lengkap karena hanya menuliskan satu
kemungkinan jawaban. Sebagai pembanding, berikut ini gambar hasil jawaban subjek SKR
pada tahap mengeskplorasi dan memahami masalah yang sangat baik dan mampu dalam
mengeskplorasi dan memahami masalah:
[Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah IPA pada Siswa SMP
dalam Menyelesaikan Soal IPA]
Vol. 1, No. 2, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
79
Gambar 2 Jawaban subjek SKR
Gambar 2 adalah jawaban subjek SKR tersebut dapat menunjukkan bahwa, subjek SKR
ini mampu dalam mengeksplorasi permasalahan dengan bukti yang terlihat pada gambar, ia
menuliskan dan menguraikan kemungkinan yang terjadi dari permasalah yang ada, selain itu
untuk membantu memahami permasalahan ia membuat kembali grafik dari kemungkinan yang
ada hinga akhirnya menuliskan sebuah kesimpulan bahwasannya dengan waktu yang ada dan
kondisi yang ada baterai tiara tidak dapat terisi penuh.
Hasil temuan keduanya diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan pada
beberapa siswa, dalam mengerjakan soal di tahap ini beberapa siswa mengakui kurang mampu
mengeksplorasi suatu permasalahan baik sebuah pernyataan ataupun sebuah grafik sehingga
dalam memahami permasalahan siswa merasa kesusahan.
2. Indikator Merepresentasi dan Menformulasi
Indikator ini menjadi tahapan selajutan dalam memecahkan masalah, hasil tes dan
wawancara dari subjek AA dan AMSD dalam merepresentasi dan menformulasi suatu
permasalahan yang diberikan dalam soal IPA akan dipaparkan sebagai berikut:
Gambar 3 Jawaban subjek AA
Gambar 3 merupakan hasil pengerjaan soal IPA yang telah dilakukan oleh subjek AA
sudah menunjukkan bahwasannya ia telah mampu untuk merepresentasi masalah kedalam
bentuk rancangan suatu percobaan yang kemudian memberikan formulasi berupa hipotesis
dari apa yang telah ia representasikan. Sebagai perbandingan, berikut ini adalah gambar hasil
pengerjaan soal IPA pada indikator merepresentasi dan menformulasi yang dikerjakan oleh
subjek AMSD:
Gambar 4 Jawaban subjek AMSD
Vol. 1, No. 2, 2023
80
Mochamad Zumar Firdaus Ermawan, An Nuril Maulida Fauziah
Gambar 4 merupakan hasil pengerjaan subjek AMSD menunjukkan bahwasannya ia
kurang mampu dalam merepresentasikan suatu permasalahan yang membuat ia tidak bisa
memfomulasi solusi ataupun kemungkinan yang terjadi. Berdasarkan hasil wawancara dengan
AMSD, ia menjelaskan bahwasannya ia masih sulit memahami permasalahan yang ada
sehingga untuk merpresentasikan suatu permasalahan kedalam bentuk gambar atau rancangan
megalami kesulitan. Hal serupa juga dikatakan oleh beberapa siswa dalam wawancara, ketika
ia tidak bisa memahami suatu permasalahan maka ia juga tidak bisa dalam merepresentasikan
permasalahan tersebut.
3. Indikator Merencanakan dan Melaksanakan
Data hasil pengerjaan soal IPA pada indikator merencanakan dan melaksanakan dalam
kemampuan pemecahan masalah serta hasil wawancara pada subjek VAH dan AGS akan
dipaparkan pada bagian ini. Berikut ini jawaban dari subjek VAH dalam pengerjaan soal IPA
pada indikator merencanakan dan melaksanakan:
Gambar 5 Jawaban subjek VAH
Gambar 5 menunjukkan bahwa subjek VAH kurang mampu dalam merencanakan
sebuah solusi dari permasalahan yang diberikan, sehingga dalam melaksanakan solusi yang
diberikan kedepannya tidak bisa dipastikan benar dan sesuai karena kurangnya bukti dari
perencanaan yang sebelumnya harus dilakukan. Sebagai perbandingan berikut ini jawaban dari
subjek AGS dalam pengerjaan soal IPA pada indikator merencanakan dan melaksanakan:
Gambar 6 Jawaban subjek AGS
Gambar 6 menunjukkan bahwa subjek AGS mampu dalam merencanakan pemilihan
solusi yang baik, hal tersebut ditujukkan dari penjelasan dan bukti dengan menggunakan
konsep IPA terkait daya dan usaha sehingga ia mampu untuk mengambil keputusan yang tepat
untuk melaksankan solusi dari permasalahan yang diberikan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa siswa yang kurang dalam merencanakan dan melaksanakan, mereka
mengakui dan menjelaskan bahwasannya ia hanya bisa memberikan solusi untuk dilaksanakan
namun kurang mampu untuk merencanakan dalam memilih solusi untuk dilaksanakan.
4. Indikator Memantau dan Mengevaluasi
Data hasil pengerjaan soal IPA pada indikator memantau dan mengevaluasi dalam
kemampuan pemecahan masalah serta hasil wawancara pada subjek AlAl dan ADL akan
dipaparkan pada bagian ini. Beriku ini jawaban subjek AlAl dan ADL dalam pengerjaan soal
IPA pada indikator memantau dan mengevaluasi:
[Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah IPA pada Siswa SMP
dalam Menyelesaikan Soal IPA]
Vol. 1, No. 2, 2023
https://lentera.publikasiku.id/index.php
81
Gambar 7 Jawaban subjek AlAl
Gambar 8 Jawaban subjek ADL
Gambar 7 dan gambar 8 menunjukkan bahwa AlAl dan ADL sudah bagus dalam
memantau permasalahan yang diberikan pada soal IPA, namun keduanya kurang cukup
mampu dalam mengevalusi apa yang telah dilaksanakan karena hanya bisa memberikan
evalusi berupa saran namun tidak bisa menujukkan apakah saran tersebut sudah cocok untuk
digunakan menyelesaikan masalah. Hasil wawancara dengan beberapa siswa juga
menunjukkan bahwasannya siswa sudah mencoba memahami dan memantau apa yang telah
dilaksanakan pada soal tersebut, namun ketika mengevaluasi mereka bingung untuk
memberikan saran apa dan melakuakan hal apa yang cocok untuk memperbaiki kelasahan
yang ada terlebih lagi jika harus dihunbungkan dengan teori IPA yang ada.
Berdasarkan hasil uraian pembahasan diatas, dapat diperoleh sebuah kesimpulan
bahwasannya siswa kelas IX SMP Negeri 30 Surabaya secara keseluruhan memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang rendah dalam menyelesaikan soal IPA. Rendahnya
kemampuan pemecahan masalah IPA dalam soal IPA pada siswa ini bisa disebabkan karena
siswa kurang mampu dalam memahami permasalahan yang berikan, sehingga tidak bisa
merepresentasikan permasalahan dalam bentuk yang lebih infomatif dan mudah dipahami
untuk direncanakan dan dilaksanakan, hingga pada akhirnya ketika siswa sudah bisa
melaksanakan dan mengalami kesulitan atau permasalahan dalam pelaksanaan mengakibatkan
siswa salah dalam menjawab solusi permasalahan yang diberikan pada soal karena siswa tidak
bisa mengevalusi apa yang telah dilaksanakan. Hal ini sama seperti yang dijelaskan dalam
penelitian (Andhita & Adirakasiswi, 2021) ketika siswa yang tidak bisa memahami
permasalahan dengan baik, maka pada tahap merancang dan melaksanakan siswa akan tidak
mampu untuk mengelaborasikan serta mengevaluasi yang membuat siswa tidak mampu
memecahkan masalah dengan baik.
Kemampuan pemecahan masalah IPA yang rendah dalam mengerjakan soal IPA ini
juga disebabkan karena pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru didalam kelas masih
banyak menggunakan model pembelajaran konvensional dan model ceramah, sehingga siswa
kurang di beri latihan untuk mengahadapi masalah-masalah yang kompleks dan bervariasi.
Hal ini di dukung dari pernyataan siswa yang merasakan kebosanan ketika mengikuti
pembelajaran IPA di dalam kelas, selain itu ketika siswa diberikan soal latihan sering merasa
kebingungan untuk menyelesaikan soal tersebut mulai darimana. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Rahayu, Siburian, & Suryana, 2021) rendahnya kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah IPA disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya kurangnya
pemahaman dan kemandirian siswa dalan menyelesaikan masalah yang hendaknya dalam
pembelajaran siswa dibiasakan untuk dihadapkan pada masalah-masalah yang konkret dan
tidak terlepas dari pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan secara keseluruhan,
bahwa kemampuan pemecahan masalah IPA pada siswa SMP dalam menyelesaikan soal IPA
Vol. 1, No. 2, 2023
82
Mochamad Zumar Firdaus Ermawan, An Nuril Maulida Fauziah
masih sangat rendah dengan rata-rata presentase nilai total 41%. Berdasarkan indikator
kemampuan pemecahan masalah, presentase total tertinggi sebesar 58% ada pada indikator
mengeksplorasi dan memahami sedangkan presentase total tertinggi sebesar 14% ada pada
indikator memantau dan mengevaluasi. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah IPA pada
siswa SMP ini kurang terbiasanya siswa dalam memcahkan masalah kompleks sehingga siswa
kurang mampu untuk memahami permasalahan dan tidak dapat merencenakana sebuah solusi
untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah. Berdasarkan simpulan yang telah dibuat ini,
maka peneliti memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk mencoba menerapkan
beberapa model atau pendekatan dalam pembelajaran IPA yang cocok untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah IPA pada sisiwa SMP, sehingga dapat memberikan manfaat
lebih baik dalam bidang pendidikan IPA.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. F. (2015). Pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa sekolah dasar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 3442.
Amri, S., Haryanto, D., & Ahmadi, I. K. (2013). Proses pembelajaran inovatif dan kreatif dalam
kelas: Metode, landasan teoritis-praktis dan penerapannya (D. Haryanto, Ed.; 2nd ed.).
Prestasi Pustaka Publisher.
Andhita, R., & Adirakasiswi, A. G. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMA. JMPI: Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 4(4), 835842.
OECD. (2013). PISA 2012 Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading,
Science, Problem Solving and Financial Literacy. In Autistic States in Children. OECD
Publishing.
Permendikbud. (2016). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Internatinal Science, 5, 1238.
Polya, G. (1978). How to solve it: a new aspect of mathematical method second edition. In The
Mathematical Gazette (Vol. 30, p. 181).
Rahayu, O.-, Siburian, M. F., & Suryana, A. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
IPA Siswa Kelas VII Pada Konsep Pencemaran Lingkungan di MTs. Asnawiyah Kab.
Bogor. EduBiologia: Biological Science and Education Journal, 1(1), 15.
Selvi. (2013). Peran Guru Dalam Ppembelajaran IPA Berdasarkan Kurikulum 2013. Pensa E-
Jurnal, 3(02), 112.
UK Department of Education. (2017). Achievement of 15-Year- Olds in England: PISA 2015
Further Analysis Report Research brief (Issue November).
Wisudawati, A. W., & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA (R. Damayanti,
Ed.). PT Bumi Aksara.