ANALISIS
KEMAMPUAN BERHITUNG SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN TAROGONG KALER
KABUPATEN GARUT
Jejen Jenal Mutaqim
Institut
pendidikan Indonesia, Garut, Indonesia
Email: jejenjenalmuttaqin81@gmail.com
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran mengenai kemampuan berhitung siswa kelas VI SD Negeri Kecamatan
Tarogong Kaler Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif kuantitatif dengan satu variabel, yaitu kemampuan berhitung siswa
kelas VI SD Negeri. Populasi dalam penelitian adalah semua siswa kelas VI SD
Negeri Kecamatan Tarogong Kaler. Sampel sekolah dipilih secara purposive
sampling setiap gugus di kepengawasan Korwil Kec. Tarogong Kaler. Karena
terdapat lima gugus maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VI dari lima sekolah di Kec. Tarogong Kaler. Intrumen data yang
digunakan dalam penelitian adalah tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan
teknik analisis statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi, rata-rata
hitung, simpangan baku, dan presentase. Berdasarkan hasil analisis data yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung siswa kelas VI SD
Negeri di Kecamatan Tarogong Kaler berada pada level rendah. Rata-rata nilai
kemampuan berhitung siswa sebesar 38. Hasil penelitian ini dapat digunakan
oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam bidang pendidikan agar
dapat mencari cara yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berhitung di
sekolah dasar. Kata kunci: Kemampuan, berhitung, siswa SD ABSTRACT This study aims to obtain an
overview of the numeracy skills of grade VI students of SD Negeri Tarogong
Kaler District, Garut Regency. This study uses quantitative descriptive
research with one variable, namely the numeracy skills of grade VI SD Negeri
students. The population in the study were all grade VI students of SD Negeri
Tarogong Kaler District. The school sample was selected by purposive sampling
of each cluster in the supervision of the Tarogong Kaler Regional Office.
Because there are five clusters, the samples in this study were grade VI
students from five schools in Tarogong Kaler sub-district. The data
instrument used in the study was a test. The data obtained were analyzed with
descriptive statistical analysis techniques in the form of frequency
distribution, average count, standard deviation, and percentage. Based on the
results of the data analysis obtained, it can be concluded that the numeracy
skills of grade VI students in Tarogong Kaler District are at a low level.
The results of this study can be used by various parties who have an interest
in the field of education in order to find the right way to improve numeracy
skills in elementary schools. Keywords: Numeracy skills and elementary
school students |
|
|
This work
is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International |
PENDAHULUAN
Berbagai sektor perlu ditingkatkan dalam menghadapi era Teknologi Industri
4.0, tidak terkecuali dalam sektor pendidikan karena daya saing bangsa salah
satunya ditentukan seberapa besar kita mampu menguasai bidang-bidang eksak,
terutama bidang dasar, termasuk di dalamnya ilmu matematika (Kurniawan, Mahmud, Rahmatika, & Muhammadiah,
2022).
Penguasaan kemampuan matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika digunakan secara
luas dalam berbagai bidang kehidupan. Sehingga kemampuan matematika
sangat penting dimiliki oleh semua siswa. Matematika merupakan
salah satu mata
pelajaran yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan,
hal ini dapat
dilihat dari pelaksanaan pelajaran matematika yang
diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai
dari tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Menurut
Ruseffendi (2005) mengatakan bahwa alasan
utama matematika diajarkan di sekolah ialah karena kegunaannya untuk komunikasi
diantara manusia-manusia. Selain itu, alokasi waktu untuk mata pelajaran
matematika lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain (Humaedi & Hartono, 2021).
Pembelajaran matematika merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi dan
mendorong siswa dalam belajar matematika (Husniah & Azka, 2022). Pembelajaran matematika pada tingkat Sekolah Dasar merupakan salah
satu kajian yang
selalu menarik karena
adanya perbedaan karakteristik
khususnya antara hakikat peserta didik serta hakikat matematika. Untuk itu, perlu adanya kemampuan
khusus pengajar untuk menjembatani antara dunia anak yang bersifat nyata dengan karakteristik matematika
yang tak berbentuk (Abidin, Mulyati, & Yunansah, 2021).
Pembelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bersifat
spiral. Pembelajaran konsep atau materi matematika selalu berkaitan atau
berhubungan dengan materi sebelumnya (Juardi & Komariah, 2023). Materi sebelumnya menjadi prasarat untuk dapat mempelajari dan memahami
materi matematika selanjutnya. Materi baru yang dipelajari merupakan pendalaman
dan perluasan dari materi sebelumnya. Misalnya seorang guru akan mengajarkan
tentang materi FPB dan KPK, maka guru harus memastikan terlebih dahulu siswa
memiliki kemampuan berhitung.
Kemampuan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting.
Menurut Heryati (2022) mengatakan bahwa manfaat berhitung yaitu agar anak dapat berpikir logis
dan sistematis sejak dini, sehingga anak lebih siap untuk mengikuti jenjang
pendidikan selanjutnya. Dengan berhitung kita dapat mengoptimalkan fungsi otak kanan, melatih
kreativitas, logika, sistematika berpikir, daya konsentrasi, daya ingat,
meningkatkan ketelitian dalam berpikir, dan menumbuhkan rasa percaya diri (Laela, 2020).
Kemampuan berhitung menjadi prasyarat dalam mempelajari materi matematika yang
lainnya. Siswa yang tidak memiliki kemampuan berhitung akan kesulitan dalam
mempelajari materi matematika yang lain. Misalnya, siswa akan kesulitan dalam
mempelajari operasi hitung pecahan karena dalam operasi hitung pecahan
diperlukan kemampuan berhitung yaitu menjumlah, mengurang, mengali, dan
membagi. Selain itu juga, banyak persoalan keseharian siswa yang perlu
diselesaikan dengan kemampuan berhitung, seperti menghitung banyaknya benda,
banyak uang yang dimiliki, besarny uang yang harus dibayar ketika jajan,
membagikan barang, dan lain sebagainya.
Matematika adalah
suatu mata pelajaran yang tersusun secara beraturan logis dari yang paling
sederhana hingga yang paling sulit (Fauzi, 2020). Hal ini sesuai dengan pernyataan (Hernaeny & Alfin, 2016). yang menyatakan pada hakekatnya
matematika itu berkenaan dengan ide-ide, struktur, dan hubungan-hubungannya
diatur menurut urutan logis. Ide-ide dalam struktur ini merupakan
konsep-konsep yang abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya
secara deduktif. Menurut Erna Suwangsih (2006) matematika merupakan ilmu
deduktif, akan tetapi pada pembelajaran matematika SD digunakan pendekatan
induktif sesuai dengan tahapan perkembangan siswa.
Pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa
lebih mudah mempelajari materi matematika, jika siswa telah memahami materi
prasyarat dari materi yang dipelajari. Hal ini dikarenakan sifat kehierarkisan materi matematika sangat kuat. Lemahnya kemampuan penguasaan materi prasyarat ini akan membuat siswa sulit
menguasai materi selanjutnya (Ningrum, 2022).
Kehirarkian materi
pelajaran matematika khususnya dalam kemampuan berhitung sangat kuat. Untuk mampu
melakukan pembagian siswa harus mampu melakukan perkalian,
karena pembagian adalah kebalikan dari
perkalian.
Misalkan seorang anak bisa melakukan perkalian 5 x 2 =
10, maka untuk memahami 10 : 2 = 5 akan lebih mudah., Selain itu, untuk mampu melakukan penjumlahan, maka siswa terlebih
dahulu harus mampu mengelompokkan benda-benda, membilang, dan menuliskan lambang-lambang bilangan. Demikian seterusnya kemampuan
penguasaan materi tersebut saling terkait, baik sesudah penjumlahan maupun sebelum pembagian.
Keberhasilan
dalam mempelajari matematika ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Ginanjar (2019) faktor yang menentukan keberhasilan mempelajari matematika adalah faktor dari dalam
dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diri siswa seperti minat, kesadaran, kemauan, dan
juga bergantung kepada kemampuannya terhadap pelajaran matematika.
Faktor dari luar seperti guru, metode mengajar guru, dan
kelengkapan fasilitas belajar. Diantara faktor-faktor
tersebut yang paling menentukan adalah faktor dari luar yaitu guru dan metode.
Faktor dari dalam diri siswa akan muncul apabila kemampuan guru dan metode yang
digunakan tepat. Selama ini yang menyebabkan anak kesulitan dalam memahami
matematika disebabkan oleh guru yang kurang tepat dalam memilih metode (Meutia, 2022).
Pembelajaran berhitung harus sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa.
Menurut Piaget dalam Enzelina (2019), bahwa anak yang berusia 7-11 tahun masih dalam taraf berpikir operasi kongkrit. Anak-anak
pada usia ini umumnya berada di Sekolah Dasar. Umunya anak-anak pada tahap ini
sudah memahami operasi logis dengan bantuan-bantuan benda konkrit. Karena matematika merupakan hal yang abstrak
sedangkan tingkat berpikir siswa SD berada pada tahap berpikir operasi
kongkrit, maka diperlukan cara atau media untuk menjembatani kedua hal
tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan alat peraga (Habibbulloh & Arifin, 2019). Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran berhitung di Sekolah Dasar
guru menggunakan alat peraga.
Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang dianggap sukar oleh sebagian besar siswa. Hal ini dapat kita
lihat dari rendahnya rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VI SDN 2
Cimanganten pada tahun pelajaran 2021-2022 sebesar 54. Tergambar juga dari hasil
wawancara yang dilakukan pada kelas yang sama, dimana hanya 2 orang siswa yang
mengatakan suka terhadap matematika dari total jumlah siswa 33 orang. Salah
satu alasan siswa tidak suka matematika dikarenakan mereka mengalami kesulitan
dalam memahami materi matematika. Sulitnya siswa memahami materi matematika
dikelas 6 dikarenakan kemampuan berhitung yang sangat rendah (Sahrunayanti, Dema, & Wahyuningsih, 2023).
Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menelusuri kemampuan berhitung
siswa kelas VI SD Kecamatan Tarogong
Kaler
Kabupaten Garut. Dari hasil penelitian ini diharapkan minimal
akan dapat menjadi bahan informasi bagi guru, kepala sekolah/pengawas, siswa
maupun bagi pengambil kebijakan, baik di tingat kecamatan maupun di tingkat
kabupaten dalam upaya peningkatan proses dan hasil pembelajaran berhitung (matematika) di
Sekolah Dasar. Ada pun penelitian yang serupa dilakukan oleh (Putri & Komariah, 2022), dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya
Guru dalam Menangani Learning Loss Sebagai Dampak Pembelajaran Daring Pelajaran
Matematika Kelas V di Kecamatan Tarogong Kaler". Berdasarkan jenis dan
analisisnya bahwa pada penelitian dengan menggunakan metode deskriptif,
partisipan minimal untuk melakukan wawancara adalah 10% dari situasi sosial
(populasi). Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif,. penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan
pedoman wawancara, angket dan dokumentasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berhitung siswa kelas VI
Sekolah Dasar di Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif-kuantitatif dengan satu variabel. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VI Sekolah Dasar di Kecamataan Tarogong Kaler Kabupaten Garut pada tahun
pelajaran 2022-2023 Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Sampling purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel dipilih dengan
mengambil satu sekolah di setiap wilayah
kepengawasaan sekolah (gugus). Di Kecamatan Tarogong Kaler terdapat 5 gugus sekolah
yaitu Gugus Sudirman (SDN 1 Tanjungkamunig), Gugus Bung Tomo (SDN 1 Sirnajaya),
Gugus Ki Hajar Dewantara (SDN 2 Rancabango), Gugus Ahmad Yani (SDN 3
Pananjung), dan Gugus Moh. Toha (SDN 1 Sukawangi). Dari masing-masing kelas VI
diambil 20 siswa terbaik yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Data diperoleh dengan menggunakan teknik tes. Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik
deskriptif dengan teknik distribusi frekuensi, grafik/diagram ,rata-rata
hitung, dan persentase.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Kemampuan
berhitung yang akan dianalisis, yaitu kemampuan menjumlah, kemampuan
mengurangi, kemampuan mengali, kemampuan membagi, dan hafalan perkalian
(laraban). Hasil yang diperoleh dapat
dirangkum dalam tabel 1 berikut:
Nama Sekolah |
Menjumlah |
Mengurang |
Mengali |
Membagi |
Laraban |
SDN 1 Sukawangi |
75% |
0% |
5% |
0% |
0% |
SDN 1 Sirnajaya |
72% |
24% |
36% |
36% |
0% |
SDN 2 Rancabango |
95% |
5% |
75% |
20% |
15% |
SDN 3 Pananjung |
100% |
40% |
50% |
5% |
0% |
SDN1
Tanjungkamuning |
100% |
60% |
75% |
45% |
15% |
Rata-rata persentase |
92% |
26% |
48% |
21% |
6% |
Berdasarkan
tabel 1 di atas, nampak bahwa persentase jumlah siswa yang mampu menjumlah
sebesar 92%, mengurang 26%, mengali 48%, membagi 21%, dan perkalian 6%. Hal ini
menggambarkan bahwa kemampuan berhitung dalam aspek penjumlahan sebagian besar
anak sudah baik. Untuk kemampuan berhitung dalam aspek mengurangi, mengali, dan
membagi masih banyak siswa yang belum bisa. Kemampuan berhitung siswa yang
paling rendah adalah kemampuan dalam aspek
laraban. Hasil persentase rata-rata siswa dalam hal kemampuan berhitung
ini merupakan salah satu penyebab siswa kelas VI SD kesulitan dalam memahami
materi-materi yang terdapat di kurikulum matematika kelas VI SD.
Selain
analisis berdasarkan persentase jumlah siswa yang memiliki kemampuan berhitung
di atas, dapat pula dideskripsikan berdasarkan analisis rata-rata nilai dan
simpangan baku seperti pada tabel 2 berikut:
No. |
Nama Sekolah |
Rata-rata |
Simp. Baku |
Kategori |
1. |
SDN 1 Sukawangi |
18 |
8 |
|
2. |
SDN 1 Sirnajaya |
37 |
19 |
|
3. |
SDN 2 Rancabango |
44 |
19 |
|
4. |
SDN 3 Pananjung |
38 |
19 |
|
5. |
SDN 1
Tanjungkamuning |
54 |
23 |
|
|
Rata-rata |
38 |
18 |
Rendah*) |
*) Standar Kriteria
Penskoran
Berdasarkan
tabel 2 ini, dapat kita simpulkan bahwa kemampuan berhitung siswa kelas VI di
Kecamatan Tarogong Kaler sangat rendah. Hal ini dapat kita lihat dari rata-rata
nilai siswa sebesar 38. Hasil ini sangatlah memprihatikan bagi masa depan siswa
khususnya dalam bidang matematika. Rendahnya kemampuan siswa kelas VI dalam
berhitung akan menyulitkan siswa dalam memahami materi matematika kelas VI.
Siswa akan kesulitan memahami materi pecahan apabila siswa tidak memiliki
kemampuan berhitung. Begitupun dengan materi-materi yang lain, siswa akan
mengalami kesulitan. Apabila kondisi ini tidak dilakukan perbaikan, maka
kedepannya siswa akan terus mengalami kesulitan dalam mempelajari materi
matematika selanjutnya.
Untuk
mempermudah memahami hasil penelitian ini, kita bisa lihat dari grafik batang
di bawah ini:
Rendahnya
kemampuan berhitung siswa tidak terlepas dari dua faktor penyebabnya, yaitu
faktor dari dalam diri siswa dan fakor dari luar diri siswa. Faktor penyebab
dari dalam diri siswa diantaranya minat belajar dan motivasi belajar siswa.
Adanya mitos atau anggapan yang kuat dimasyarakat bahwa matematika itu
pelajaran yang sulit menyebabkan minat dan motivasi siswa dalam belajar
matematika sangat rendah. Faktor penyebab
dari luar diri siswa antara lain guru,
bahan ajar, dan lingkungan keluarga. Guru sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran matematika. Penggunaan metode dan teknik yang tepat yang dilakukan
oleh guru akan mempermudah siswa dalam memahami materi, khususnya kemampuan
berhitung. Selain metode diperlukan juga pemilihan bahan ajar dan alat peraga
yang tepat agar kemampuan berhitung siswa meningkat. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah lingkungan keluarga. Waktu belajar siswa di sekolah sangatlah
terbatas. Banyak orang tua yang tidak peduli terhadap kegiatan belajar di
rumah. Mereka menganggap sudah cukup belajar di sekolah. Orang tua sibuk
bekerja sehingga tidak ada waktu untuk membimbing anaknya belajar di rumah.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data
dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan berhitung siswa
kelas VI Sekolah Dasar di Kecamatan Tarogong Kaler dikategorikan rendah. Nilai
rata-rata kemampuan berhitung hanya 38. Untuk kesimpulan masing-masing SD dapat
diuraikan sebagai berikut:
Gambaran
kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN 1 Sukawangi dari jumlah siswa 20 orang
yang mampu dalam penjumlahan 15 orang (75%) dan perkalian 1 orang (5%). Untuk
kemampuan pengurangan, pembagian, dan hafalan laraban tidak seorang pun yang
mampu. Rata-rata nilai kemampuan berhitung kelas VI SDN 1 Sukawangi adalah 18.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung di SDN 1
Sukawangi berada dalam kategori rendah.
Gambaran
kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN 1 Sirnajaya dari jumlah siswa 20 orang
yang mampu dalam penjumlahan 18 orang (72%), pengurangan 6 orang (24%),
perkalian 9 orang (26%), dan pembagian 9 orang (26%). Untuk hafalan laraban
tidak seorang pun yang mampu. Rata-tata nilai kemampuan berhitung kelas VI SDN
1 Sirnajaya adalah 40. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berhitung di SDN 1 Sirnajaya berada dalam kategori rendah.
Gambaran
kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN 2 Rancabango dari jumlah siswa 20 orang
yang mampu dalam penjumlahan 19 orang (72%), pengurangan 1 orang (5%),
perkalian 15 orang (75%), pembagian 4 orang (20%), dan hafalan laraba 3 oranag
(15%). Rata-rata nilai kemampuan berhitung kelas VI SDN 2 Rancabango adalah 44.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung di SDN 2
Rancabango berada dalam kategori rendah.
Gambaran
kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN 3 Pananjung dari jumlah siswa 20 orang
yang mampu dalam penjumlahan 20 orang (100%), pengurangan 8 orang (40%),
perkalian 10 orang (50%), dan pembagian 1 orang (5%). Untuk hafalan laraban
tidak seorang pun yang mampu. Rata-rata nilai kemampuan berhitung kelas VI SDN
3 Pananjung adalah 38. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berhitung di SDN 3 Pananjung berada dalam kategori rendah.
Gambaran
kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN 1 Tanjungkamuning dari jumlah siswa 20
orang yang mampu dalam penjumlahan 20 orang (100%), pengurangan 15 orang (75%),
perkalian 12 orang (60%), pembagian 9 orang (45%), dan hafalan laraban 3 orang
(15%). Rata-rata nilai kemampuan berhitung kelas VI SDN 1 Tanjungkamuning
adalah 54. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berhitung di SDN 1 Tanjungkamuning berada dalam kategori rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus, Mulyati, Tita, & Yunansah, Hana.
(2021). Pembelajaran literasi: Strategi meningkatkan kemampuan literasi
matematika, sains, membaca, dan menulis. Bumi Aksara.
Enzelina, Elfriyani, Suwangsih, Erna, Putri, Hafiziani
Eka, & Rahayu, Puji. (2019). Pengembangan Bahan Ajar dengan Pendekatan
Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa SD. Simposium Nasional Ilmiah & Call for Paper Unindra
(Simponi), 1(1), 1–10.
Fauzi, Johan Reza. (2020). Algoritma Dan Flowchart
Dalam Menyelesaikan Suatu Masalah. J. Tek. Inform, 3(2), 12.
Ginanjar, Ani Yanti. (2019). Pentingnya Penguasaan
Konsep Matematika Dalam Pemecahan Masalah Matematika di SD. Jurnal
Pendidikan UNIGA, 13(1), 121–129.
Habibbulloh, Muhammad, & Arifin, Ali. (2019).
Efektivitas model pembelajaran kooperatif stad menggunakan alat peraga alquran
untuk meningkatkan penguasaan tajwid. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 16(2),
189–202.
Heriyati, Heriyati, & Munasiah, Munasiah. (2022).
Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung dan Minat Matematika Siswa dengan Metode
Hitung Trachternberg. SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 6(3).
Hernaeny, Ulfah, & Alfin, Edward. (2016). Pengaruh
Strategi Pembelajaran Elaborasi terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari
Motivasi Belajar. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 5(3).
Humaedi, Humaedi, & Hartono, Rudi. (2021).
KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA 1950-2013 (ANALITIS ALOKASI WAKTU
PELAJARAN PAI PADA SEKOLAH UMUM). Geneologi PAI: Jurnal Pendidikan Agama
Islam, 8(1), 317–333.
Husniah, Aulia, & Azka, Raekha. (2022). Modul
matematika dengan model pembelajaran problem based learning untuk memfasilitasi
kemampuan penalaran matematis siswa. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika,
11(2), 327–338.
Juardi, Indri Fitriani, & Komariah, Komariah.
(2023). Konsep Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Berlandaskan Teori
Kognitif Jean Piaget. Journal on Education, 6(1), 2179–2187.
Kurniawan, Andri, Mahmud, Ramlan, Rahmatika, Zahra,
& Muhammadiah, Mas’ud. (2022). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Pt
Global Eksekutif Teknologi.
Laela, Nur. (2020). Penggunaan Media Jarimatika Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini. WISDOM: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 1(2), 116–132.
Meutia, Nurul. (2022). Analisis kesulitan belajar
siswa smp pada materi garis dan sudut terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 3(1), 22–27.
Ningrum, Mardhiyati. (2022). Pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe teams games tournament (tgt) terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas v MI Sunan Ampel Wonorejo Pagu Kediri. Institut Agama Islam
Tribakti.
Putri, Astrid Vebila, & Komariah, Komariah.
(2022). UPAYA GURU DALAM MENANGANI LEARNING LOSS SEBAGAI DAMPAK PEMBELAJARAN
DARING PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V DI KECAMATAN TAROGONG KALER. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 11(11), 2793–2803.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Matematika
Modern dan Komputer untuk.
Sahrunayanti, Sahrunayanti, Dema, Magdalena, &
Wahyuningsih, Wahyuningsih. (2023). Pemanfaatan Media Permainan Congklak dalam
Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa. Jurnal Penelitian Inovatif, 3(2),
433–446.
Suwangsih, Erna. (2006). Model pembelajaran
matematika. Bandung: UPI.