[Analisis Pengaruh Minimnya Pemahaman Tenaga Pendidik
Terhadap IPTEK di Era 4.0 Di SMP Negeri 16 Kota Jambi]
https://lentera.publikasiku.id/index.php
manusia (Subiyantoro & Mulyani, 2017). Sejalan dengan tujuan duatu prndidikan, maka pada
setiap zamanya selalu ada pembaharuan dalam system pendidikan yang ada. Di abad ke-21 ini,
pendidikan di tuntut (Arifa, 2022).
untuk bisa semakin maju dan mudah di akses oleh semua kalangan. Salahsatunya
terciptanya ’’Revolusi Industri 4.0’’ atau dengan kata lain era yang berbasis digital.
Kemajuan teknologi sangat banyak merubah gaya hidup manusia baik dalam dunia kerja
maupun dunia pendidikan Guru dan siswa, dosen dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik
dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21 ini (Sole & Anggraeni, 2018).
Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi siswa dan guru agar dapat bertahan dalam abad
pengetahuan di era informasi ini.
Penelitian ini penting dilakukan kaena ingin mengetahui sebrapa banyak guru yang kurang
paham dengan perkembangan IPKTEK pada era 4.0 sebagaimana pada fakta yang terjadi selama
masa penelitian yang dilakukan kurang lebih dengan waktu yang di tentukan, terdapat beberapa
guru yang kurang paham perkembangan IPTEK yang di tandai dengan guru meminta pertolongan
ada guru muda untuk mengolah data secara online. Jadi dapat di simpulkan bahwa ada sebgaian
guru yang tidak paham akan perkambangan IPTEK di era 4.0 yang kebanyakan berupa guru-guru
senior yang sudah memasuki usia lanjut.
Dari permasalahan yang ada di atas peneliti tertarik untuk meneliti: factor apa yang
mempengaruhi guru tidak paham dengan IPTEK.Solusi terhadap guru yang tidak paham dengan
IPTEK. Dampak jika guru tidak paham dengan IPTEK. Berdasarkan permasalahan diatas peneliti
tertarik untuk mengangkat masalah ‘’Analisis Pengaruh Minimnya Pemahaman Tenaga Pendidik
Terhadap IPTEK di Era 4.0 Di SMP Negeri 16 Kota Jambi’’.
METODE PENELITIAN
Obervasi merupakan pengamatan yang meliputi kegiatan pemutusan perhatian terhadap
suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Menurut Lexy J. Moeleong (1998:127)
dalam (Ismail & Hadiana, 2020) pemeran erta yang simakdud adalah peneliti sebagai pengamat.
Dalam hal ini peneliti menjadi anggota pura-pura dalam artian tidak melembur dalam arti
sesungguhnya. Menurut Sugiyono observasi merupakan metode pengumpulan data yang
mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan metode yang lain. Observasi tidak terbatas
pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Melalui kegiatan observasi peneliti dapat
mengetahui mengenai perilaku dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2018, p. 229).
Adapun salah satu cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
pengamatan atau observasi. Dimana secara langsung mengamati pristiwa yang ada di SMP Negeri
16 Kota Jambi. Obervasi dilakukan berupa kegiatan yang da di lingkungan sekolah baik dalam
kegiatan pembelajaran dalam kelas, kegiatan keagamaan, mauppun kegiatan lur sekolah misalnya
sosialisasi (Mania, 2008).
Wawanvara menurut Kartini Kartono dalam (Nazir, 1988) adalah “suatu percakapan yang
diarahkan pada suatu masalah tertentu yang berupa proses Tanya jawab dimana dua orang atau
lebih berhadapan secara fisik. Wawncara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih
berhadapan secara fisik. Setyadin dalam (Gunawan, 2012, p. 60).
Pada pengumpulan data peneliti juga menggunakan metode wawancara, penulis melakukan
wawancara dengan majelis guru yang mengajar di SMP Negeri 16 Kota Jambi. Dalam penelitian
yang di lakukan peneliti menggunakan metode observasi terhadap guru di SMP Negeri 16 Kota
Jambi, dan wawancara terhadap tenaga pendidik yang ada di SMP Negeri 16 Kota Jambi. Hal
tersebut bertujuan untuk menggali informasi secara real atau nyata dalam lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti untuk mencari
informasi tentenag mengapa majelis juru yang sebgaian tidak paham akan teknologi di era 4.0.