BINATANG YANG KELUAR DARI DALAM LAUT: PENDEKATAN TEOLOGI BIBLIKA TERHADAP WAHYU 13:1

 

Jekson Sharon Nababan1, Dicky Kansil2

Sekolah Tinggi Teologi Global Glow Indonesia, Indonesia

Email: jeksonsharon@gmail.com1, dickykansil@gmail.com2

ABSTRAK

Pentingnya simbolisme dalam literatur apokaliptik, khususnya dalam menggambarkan kekuatan-kekuatan duniawi yang menentang kedaulatan Allah. Kitab Wahyu ditulis dalam konteks penganiayaan umat Kristen oleh kekaisaran Romawi, yang menjadikan simbol binatang relevan sebagai representasi kekuasaan dunia yang menindas umat Allah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna teologis dari binatang yang keluar dari laut dalam Wahyu 13:1 melalui pendekatan teologi biblika. Metode yang digunakan adalah studi deskriptif kualitatif dengan pendekatan hermeneutik, bertujuan menggali makna simbolik binatang ini dalam konteks sejarah dan teologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa binatang dalam Wahyu 13:1 melambangkan kekuatan duniawi yang berlawanan dengan Allah dan berusaha menindas gereja. Simbol ini juga menjadi peringatan bagi umat Kristen untuk tetap teguh dalam iman menghadapi kekuasaan duniawi yang sementara. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman tentang simbolisme apokaliptik dalam Wahyu, memperlihatkan bahwa kekuatan duniawi yang kuat sekalipun akan tunduk pada penghakiman ilahi pada akhirnya.

 

Kata kunci: Wahyu 13:1, Binatang, Laut, Apokaliptik, Teologi Biblika, Kekuasaan Dunia, Simbolisme.

 

 ABSTRACT

This study aims to analyze the theological meaning of the beast emerging from the sea in Revelation 13:1 through a biblical theological approach. The importance of symbolism in apocalyptic literature, particularly in depicting worldly powers opposing God's sovereignty, serves as the background of this research. The Book of Revelation was written in the context of Christian persecution by the Roman Empire, making the symbol of the beast relevant as a representation of worldly powers oppressing God's people. The method used is a descriptive qualitative study with a hermeneutic approach, aiming to explore the symbolic meaning of this beast in historical and theological contexts. The results show that the beast in Revelation 13:1 symbolizes worldly powers opposed to God, striving to oppress the church. This symbol also serves as a warning for Christians to remain steadfast in their faith amid the transient worldly powers. This research contributes to the understanding of apocalyptic symbolism in Revelation, showing that even the strongest worldly powers will ultimately submit to divine judgment.

 

Keywords: Revelation 13:1, Beast, Sea, Apocalyptic, Biblical Theology, World Power, Symbolism.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International

 

PENDAHULUAN

Literatur apokaliptik seperti kitab Wahyu menggunakan simbol-simbol kuat untuk menyampaikan pesan yang bersifat universal, tetapi juga terkait erat dengan situasi sejarah tertentu (Imuly & Hukubun, 2019). Pada saat kitab ini ditulis, kekaisaran Romawi mendominasi dunia Mediterania, dan komunitas Kristen mengalami penganiayaan. Laut, dalam pengertian simbolis, sering dianggap sebagai asal muasal kekuatan-kekuatan jahat atau kekacauan, seperti yang dapat dilihat dalam literatur Yahudi apokaliptik lainnya (Rissi, 1995).

Penelitian ini berfokus pada kajian teologis tentang Wahyu 13:1, yang menggambarkan binatang yang keluar dari laut dalam konteks literatur apokaliptik. Simbol binatang dalam Kitab Wahyu menjadi topik penting di seluruh dunia dalam konteks kajian biblika (Borrong & Baru, 2019), karena merepresentasikan kekuatan dunia yang melawan kedaulatan ilahi dan umat Allah. Dalam konteks global, berbagai perdebatan teologis tentang interpretasi simbol binatang ini tidak hanya menyentuh aspek teologi semata, tetapi juga mencakup kajian sosial-politik dan kekuasaan duniawi, terutama dalam tradisi Yahudi-Romawi pada masa Kitab Wahyu ditulis. Simbolisme binatang dan laut sering kali menjadi representasi dari kekuatan destruktif yang bertentangan dengan tatanan ilahi (Allen, 2020).

Dalam konteks sejarah, penulisan Wahyu terjadi pada masa kekuasaan Romawi yang mendominasi dunia Mediterania, yang pada saat itu menindas umat Kristen. Penindasan ini berujung pada penganiayaan dan tekanan terhadap umat Kristen yang menolak penyembahan kepada kaisar Romawi. Sebagai respon terhadap penindasan ini, Wahyu 13:1 menggambarkan kekuasaan duniawi dalam bentuk binatang yang keluar dari laut, yang merepresentasikan kekuatan dunia yang menindas umat Allah. Laut dalam tradisi Yahudi-Romawi memiliki konotasi kekacauan dan kekuatan jahat, sehingga binatang tersebut menjadi simbol kekuasaan duniawi yang berlawanan dengan tatanan ilahi (Eskelner, 2021).

Akibat dari faktor-faktor tersebut, umat Kristen pada saat itu mengalami penindasan yang berujung pada penganiayaan oleh kekaisaran Romawi. Gambaran binatang yang keluar dari laut menjadi simbol kekuasaan dunia yang menindas umat Allah, yang tidak hanya menolak pemerintahan Allah tetapi juga menindas umat-Nya secara sistematis. Binatang ini menggambarkan kekuatan jahat yang berusaha menghancurkan tatanan ilahi dan memperlihatkan realitas pertarungan spiritual antara kerajaan dunia dan kerajaan Allah (Jobes, 2022).

Wahyu 13:1 secara rinci menggambarkan binatang yang memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk, dengan di atas tanduk-tanduknya terdapat mahkota-mahkota, serta di kepalanya tertulis nama-nama hujat. Tanduk dalam simbolisme apokaliptik sering kali melambangkan kekuasaan dan otoritas, sementara kepala melambangkan kebijaksanaan atau kepemimpinan. Simbol-simbol ini merujuk pada kekuasaan dunia yang menggunakan kekuatannya untuk menindas umat Allah dan melawan kedaulatan ilahi. Penggambaran binatang ini mencerminkan kerajaan besar dunia yang arogan, menentang pemerintahan Allah, dan menggunakan kekuatannya untuk mendominasi (Allen, 2020).

Keunikan dari penelitian ini terletak pada pendekatan yang digunakan, yakni pendekatan teologi biblika yang mendalami simbolisme Wahyu 13:1 dalam konteks sejarah Yahudi-Romawi serta bagaimana simbol binatang ini berhubungan dengan realitas sosial-politik pada saat itu. Penelitian ini tidak hanya fokus pada analisis teks secara teologis, tetapi juga mengeksplorasi implikasi simbol binatang dalam konteks modern, di mana kekuasaan dunia masih sering kali bertentangan dengan nilai-nilai ilahi (Maliki, 2018). Selain itu, penelitian ini menawarkan perspektif baru tentang bagaimana simbol apokaliptik tersebut dapat dipahami dalam konteks penindasan umat beriman di zaman sekarang. (Manik & Gultom, 2021)

Penelitian ini mendesak dilakukan karena pentingnya memahami bagaimana simbol binatang dalam Wahyu 13:1 merepresentasikan kekuasaan dunia yang melawan umat Allah (Sunarimahingsih et al., 2021). Dalam konteks modern, penindasan terhadap keyakinan religius masih terjadi di berbagai belahan dunia, dan pemahaman teologis mengenai kekuatan duniawi yang melawan pemerintahan Allah dapat memberikan wawasan penting bagi umat beriman dalam menghadapi tantangan tersebut. Dengan demikian, penelitian ini relevan untuk memperdalam pemahaman tentang hubungan antara kekuasaan dunia dan tatanan ilahi, serta memberikan kontribusi bagi studi teologi apokaliptik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara mendalam makna teologis dari Wahyu 13:1 dengan pendekatan teologi biblika, terutama dalam konteks simbolisme binatang yang keluar dari laut (di Gereja Toraja, 2022). Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana binatang ini merepresentasikan kekuatan dunia yang menindas umat Allah, serta bagaimana simbolisme tersebut relevan dalam konteks modern (Mukti, 2024). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara kekuasaan dunia dan pemerintahan ilahi berdasarkan perspektif teologi biblika (Harun, 2024).

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis bagi studi teologi apokaliptik (Jaffray, 2016). Secara teoretis, penelitian ini akan menambah pemahaman mengenai simbolisme dalam Wahyu 13:1 dan relevansinya dalam kajian biblika. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi umat beriman dalam menghadapi penindasan atau tantangan yang datang dari kekuasaan duniawi yang menentang tatanan ilahi (Kasimirus & Dewantara, 2020). Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi studi teologi kontemporer dalam memahami hubungan antara kekuasaan dunia dan kedaulatan ilahi (Adedeji & Lenz, 2024; Newton, 2022).

 

                

METODE PENELITIAN

 

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami makna teologis dari Wahyu 13:1 tentang binatang yang keluar dari laut, serta bagaimana simbol ini berhubungan dengan kekuasaan dunia yang menentang Allah dan umat-Nya. Dengan pendekatan deskriptif, penelitian ini berfokus pada analisis terhadap teks biblika serta interpretasinya dalam konteks sosial, politik, dan religius pada saat teks tersebut ditulis, serta implikasinya dalam konteks modern.

 

1.      Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Tinggi Teologi Global Glow Indonesia, yang memiliki sumber daya yang memadai untuk mendukung penelitian teologis biblika ini. Lokasi ini dipilih karena menyediakan akses terhadap berbagai literatur, komentar teologi, dan sumber-sumber akademis lainnya yang relevan dalam memahami dan mengeksplorasi Kitab Wahyu, khususnya Wahyu 13:1. Penelitian ini dilakukan selama periode waktu yang cukup untuk menganalisis secara mendalam simbolisme yang digunakan dalam Wahyu 13:1, serta konteks sosial-historis yang melatarbelakangi penulisan kitab tersebut.

 

2.      Aspek aspek penelitian

Penelitian ini menyangkut beberapa aspek utama yang meliputi: (1) interpretasi simbolik Wahyu 13:1 dalam konteks Yahudi-Romawi, (2) hubungan antara simbol binatang dengan kekuasaan dunia yang menindas umat Allah, (3) relevansi simbol ini dalam pemahaman modern tentang kekuatan dunia yang menolak kedaulatan ilahi, dan (4) implikasi teologis dari simbolisme tersebut bagi umat Kristen di masa kini. Dengan menelaah aspek-aspek ini, penelitian ini berupaya untuk memberikan pandangan yang lebih komprehensif dan mendalam tentang bagaimana simbol binatang dalam Wahyu 13:1 dapat dipahami dalam berbagai konteks yang berbeda.

 

3.      Populasi dan Sempel

Populasi penelitian ini melibatkan berbagai literatur dan sumber akademis yang berhubungan dengan teologi apokaliptik, khususnya Kitab Wahyu. Populasi penelitian ini terdiri dari sejumlah karya akademis, termasuk komentar Alkitab, buku-buku teologi, artikel jurnal, dan literatur apokaliptik Yahudi-Romawi. Dengan menggunakan populasi ini, penelitian ini berusaha untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang berbagai perspektif dan interpretasi yang terkait dengan Wahyu 13:1. Sampel penelitian ini diambil dari literatur-literatur yang paling relevan dan memiliki pengaruh besar dalam studi teologi apokaliptik, baik dalam konteks tradisional maupun modern.

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah analisis teks biblika dan penggunaan pendekatan teologi biblika. Dengan menggunakan metode ini, penelitian ini berfokus pada analisis mendalam terhadap struktur, makna, dan konteks simbol binatang dalam Wahyu 13:1. Instrumen ini melibatkan pemahaman tentang bahasa asli teks, interpretasi simbolik, serta hubungan antara simbol-simbol tersebut dengan konteks historis di mana teks tersebut ditulis. Selain itu, pendekatan hermeneutika juga digunakan untuk memahami relevansi simbol ini dalam konteks modern.

Pendekatan deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan peneliti untuk mendeskripsikan secara detail fenomena yang diteliti, dalam hal ini adalah simbolisme binatang yang keluar dari laut dalam Wahyu 13:1. Dengan pendekatan ini, penelitian dapat mengidentifikasi berbagai elemen penting dalam teks yang memiliki relevansi teologis, serta mengeksplorasi makna simbolik dari elemen-elemen tersebut. Pendekatan deskriptif ini juga membantu dalam memahami bagaimana teks ini dapat diaplikasikan dalam konteks modern, dengan menyoroti relevansinya bagi umat Kristen di berbagai zaman.

Penelitian ini dirancang untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada, yakni untuk mengidentifikasi dan menjelaskan makna teologis dari simbol binatang dalam Wahyu 13:1, serta untuk memahami bagaimana simbol tersebut dapat diinterpretasikan dalam konteks modern. Strategi penelitian ini dibuat dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memberikan interpretasi mendalam terhadap teks biblika dan simbol-simbol yang terkandung di dalamnya. Dengan melakukan analisis terhadap teks dan berbagai literatur yang terkait, penelitian ini berupaya untuk menawarkan solusi bagi pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana simbol-simbol apokaliptik dalam Wahyu dapat diterapkan dalam kehidupan religius dan teologis di masa kini.

Dalam penelitian ini, peneliti juga mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil interpretasi, seperti konteks sejarah, budaya, dan sosial di mana teks tersebut ditulis. Dengan mempertimbangkan konteks ini, penelitian ini dapat memberikan analisis yang lebih komprehensif tentang bagaimana simbolisme binatang dalam Wahyu 13:1 berfungsi dalam konteks literatur apokaliptik Yahudi-Romawi, serta bagaimana simbol tersebut digunakan untuk menggambarkan kekuatan dunia yang menolak kedaulatan ilahi. Selain itu, penelitian ini juga mempertimbangkan bagaimana simbol ini dapat diaplikasikan dalam konteks modern, terutama dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh umat Kristen saat ini.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini juga melibatkan penggunaan metode hermeneutika, yang memungkinkan peneliti untuk menggali makna tersembunyi dalam teks biblika. Dengan menggunakan metode ini, penelitian ini berusaha untuk mengungkap berbagai dimensi teologis yang terkait dengan simbol binatang dalam Wahyu 13:1. Metode ini juga memungkinkan peneliti untuk mempertimbangkan berbagai interpretasi yang telah diberikan oleh para ahli teologi sebelumnya, serta untuk mengeksplorasi bagaimana interpretasi-interpretasi ini dapat diterapkan dalam konteks modern.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga melakukan kajian literatur terhadap berbagai sumber akademis yang relevan dengan studi Wahyu dan teologi apokaliptik. Kajian literatur ini dilakukan untuk memastikan bahwa penelitian ini didukung oleh data yang valid dan relevan, serta untuk memastikan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan standar akademis yang berlaku. Dengan melakukan kajian literatur yang mendalam, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi studi teologi apokaliptik, khususnya dalam memahami simbolisme dalam Wahyu 13:1.

Penelitian ini juga dilakukan dengan mempertimbangkan validitas dan reliabilitas data yang diperoleh. Dalam konteks penelitian kualitatif, validitas dan reliabilitas sangat penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan dan relevan dalam konteks akademis. Oleh karena itu, peneliti menggunakan berbagai sumber data yang dapat dipercaya, serta memastikan bahwa analisis yang dilakukan didasarkan pada data yang valid dan relevan dengan topik penelitian.

Dengan demikian, metodologi penelitian ini dirancang untuk memberikan solusi yang komprehensif terhadap permasalahan yang ada, yakni bagaimana memahami simbolisme binatang dalam Wahyu 13:1 serta relevansinya dalam konteks modern. Melalui pendekatan deskriptif, penelitian ini berupaya untuk menggali makna teologis dari simbol ini, serta memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana simbol tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan religius umat Kristen saat ini.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini meneliti simbolisme binatang dalam Wahyu 13:1 melalui pendekatan teologi biblika dan menggali pemahaman konteks sosial-politik Yahudi-Romawi. Simbol binatang dalam literatur apokaliptik sering kali digunakan untuk menggambarkan kekuatan duniawi yang melawan pemerintahan Allah dan menindas umat-Nya. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan kunci, baik dari analisis teologi, interpretasi simbolik, maupun relevansi simbolisme ini dalam konteks modern (Gulo et al., 2024).

1.         Profil Studi Penelitian

Penelitian ini berfokus pada Wahyu 13:1, yang menggambarkan binatang yang keluar dari laut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan hermeneutika teologi biblika untuk memahami makna teologis dari simbol binatang tersebut. Literatur yang dianalisis melibatkan komentar-komentar Alkitab dari ahli teologi terkemuka, sumber literatur apokaliptik Yahudi-Romawi, dan analisis historis sosial pada masa penulisan Kitab Wahyu.

Dalam Wahyu 13:1, simbolisme binatang yang muncul dari laut diidentifikasi sebagai representasi dari kekuatan dunia yang berlawanan dengan pemerintahan Allah. Binatang tersebut digambarkan memiliki sepuluh tanduk dan tujuh kepala, yang masing-masing diinterpretasikan sebagai simbol kekuatan dan otoritas. Selain itu, laut dalam simbolisme Yahudi sering kali melambangkan kekacauan, ketidakstabilan, dan ancaman terhadap tatanan ilahi.

 

2.         Gambaran Spesifik dari Variabel yang Dikaji

Dalam penelitian ini, variabel utama yang dikaji adalah simbol binatang dan laut. Fokus utama berada pada bagaimana simbol ini mewakili kekuatan dunia yang berusaha menghancurkan umat Allah. Penelitian menemukan bahwa simbol binatang yang keluar dari laut menggambarkan kekuatan duniawi, dalam hal ini kekaisaran Romawi, yang berupaya menindas umat Kristen.

Binatang tersebut memiliki sepuluh tanduk, yang dalam literatur apokaliptik sering melambangkan kekuatan atau otoritas besar (Hutahaean, 2020). Selain itu, tujuh kepala yang dimiliki binatang tersebut melambangkan kebijaksanaan dan kepemimpinan dunia yang arogan dan melawan tatanan ilahi. Nama-nama hujat yang tertulis di kepalanya memperkuat simbol kekuasaan dunia yang menghina dan menentang Allah. Penelitian ini menunjukkan bahwa simbolisme ini tidak hanya relevan dalam konteks Yahudi-Romawi, tetapi juga mencerminkan tantangan spiritual dalam konteks modern, di mana kekuasaan dunia sering kali melawan nilai-nilai ilahi.

 

3.        Jumlah Data yang Dipakai

Penelitian ini melibatkan sekitar 20 sumber akademis yang terdiri dari komentar-komentar teologis, buku teologi apokaliptik, dan artikel jurnal yang relevan dengan studi Wahyu 13:1. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan sumber-sumber literatur Yahudi-Romawi yang mendukung analisis kontekstual. Literatur ini dianalisis untuk memberikan interpretasi yang komprehensif mengenai simbolisme dalam Wahyu 13:1.

 

4.        Temuan Utama Penelitian

Penelitian ini menjawab beberapa poin kunci dalam memahami simbolisme binatang yang keluar dari laut dalam Wahyu 13:1:

a.       Binatang sebagai simbol kekuasaan duniawi: Binatang tersebut menggambarkan kekuatan dunia yang menentang pemerintahan Allah, dalam hal ini kekaisaran Romawi yang menindas umat Kristen.

b.      Simbol laut sebagai kekacauan: Laut dalam literatur Yahudi sering kali diidentifikasi sebagai simbol kekuatan jahat atau kekacauan. Penelitian ini menegaskan bahwa binatang yang muncul dari laut menggambarkan ancaman kekuasaan duniawi yang mencoba menghancurkan tatanan ilahi.

c.       Nama-nama hujat: Nama-nama yang tertulis di kepala binatang tersebut melambangkan penghinaan terhadap Allah. Hal ini mencerminkan kekuasaan dunia yang mengklaim otoritas ilahi tetapi dalam kenyataannya menentang kedaulatan Allah.

d.      Relevansi dalam konteks modern: Meskipun binatang ini secara historis dapat dikaitkan dengan kekaisaran Romawi, penelitian ini menunjukkan bahwa simbol tersebut tetap relevan dalam konteks modern, di mana kekuatan dunia yang berlawanan dengan nilai-nilai ilahi masih terus ada.

 

Pembahasan

Pembahasan ini merangkum temuan yang telah dijelaskan sebelumnya, serta menjawab pertanyaan penelitian mengenai urgensi studi ini. Simbolisme binatang dalam Wahyu 13:1 tidak hanya merepresentasikan kekuasaan dunia pada masa lalu tetapi juga relevan dalam konteks kekuasaan dunia modern yang menentang Allah. Dengan meramu hasil penelitian dan literatur yang dianalisis, pembahasan ini akan menjelaskan pentingnya penelitian ini dalam memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tantangan spiritual yang dihadapi umat Kristen dalam menghadapi kekuasaan duniawi (Nggebu, 2023).

Penelitian ini penting karena menggambarkan bagaimana simbol binatang dalam Wahyu 13:1 relevan dalam menggambarkan kekuasaan dunia yang berusaha menindas umat Allah (Sitohang, 2023). Dalam konteks modern, kita melihat fenomena yang serupa di mana nilai-nilai religius sering kali terancam oleh kekuatan dunia yang berusaha mendominasi dan menekan ekspresi keagamaan. Penelitian ini menjadi penting karena membantu umat Kristen memahami tantangan spiritual yang mereka hadapi dalam konteks kekuasaan dunia yang terus berubah.

Salah satu penyebab utama dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah adanya kekuasaan dunia yang secara sistematis menentang tatanan ilahi dan berusaha menggantikan otoritas Allah. Penelitian ini menunjukkan bahwa binatang dalam Wahyu 13:1 menggambarkan kekuasaan dunia yang berusaha merebut kekuasaan ilahi dan menindas umat Allah. Nama-nama hujat yang tertulis di kepala binatang tersebut merupakan representasi simbolis dari bagaimana kekuasaan dunia berusaha menghancurkan iman dan kedaulatan Allah.

Dalam konteks modern, kekuasaan politik dan ideologi yang menentang nilai-nilai keagamaan sering kali muncul dengan cara yang mirip (Panggabean & Harahap, 2024). Oleh karena itu, simbolisme binatang ini tetap relevan dan membantu kita memahami pertempuran spiritual yang terjadi di dunia saat ini.

Solusi yang ditawarkan oleh penelitian ini adalah pemahaman teologis yang lebih mendalam tentang simbolisme binatang dalam Wahyu 13:1, yang membantu umat Kristen untuk mengatasi tantangan spiritual yang mereka hadapi dalam konteks kekuasaan dunia yang menentang. Penelitian ini memberikan wawasan tentang pentingnya keteguhan iman dan pengharapan eskatologis bahwa kekuasaan duniawi yang menentang kedaulatan Allah pada akhirnya akan dihancurkan oleh pemerintahan Allah yang sempurna dan kekal.

Jika simbolisme binatang ini dipahami dengan benar, dampaknya adalah peningkatan pemahaman teologis di kalangan umat Kristen tentang tantangan yang mereka hadapi dalam menghadapi kekuasaan dunia. Penelitian ini juga memberikan harapan bahwa meskipun kekuasaan duniawi tampak kuat dan mendominasi, penghakiman Allah akan datang, dan tatanan ilahi akan ditegakkan.

Dalam konteks novelty, penelitian ini menambah dimensi baru dalam memahami simbolisme binatang dalam Wahyu 13:1. Meskipun penelitian terdahulu telah menyinggung tentang hubungan antara binatang dan kekuasaan dunia pada masa Romawi, penelitian ini memperluas perspektif tersebut dengan mengeksplorasi relevansi simbol ini dalam konteks modern. Penelitian ini menunjukkan bahwa simbolisme ini tetap relevan di tengah tantangan kekuasaan dunia modern yang terus berubah dan sering kali bertentangan dengan nilai-nilai ilahi.

KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam makna teologis dari Wahyu 13:1 terkait simbol binatang yang keluar dari laut sebagai representasi kekuasaan dunia yang menentang Allah. Temuan utama penelitian ini menunjukkan bahwa simbol binatang dalam Wahyu 13:1 merepresentasikan kekuatan duniawi yang menindas umat Allah, serta relevansinya dalam konteks modern di mana kekuasaan dunia sering kali bertentangan dengan nilai-nilai ilahi. Kontribusi penelitian ini terhadap literatur teologi apokaliptik adalah penambahan perspektif baru dalam memahami simbolisme binatang tersebut, baik dalam konteks Yahudi-Romawi maupun tantangan spiritual modern. Namun, keterbatasan studi ini adalah fokusnya pada analisis simbolis yang terbatas pada Wahyu 13:1, sehingga interpretasi bisa lebih mendalam jika dibandingkan dengan ayat atau simbol lainnya dalam kitab Wahyu. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengeksplorasi hubungan simbol binatang ini dengan elemen-elemen apokaliptik lain dalam Wahyu guna mendapatkan pemahaman yang lebih holistik tentang narasi eskatologis tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adedeji, J. A., & Lenz, R. (2024). Christian eco-theology and urban climate adaptation in the Yorubaland, Nigeria. Urban Forestry & Urban Greening, 93, 128213.

Allen, G. V. (2020). Manuscripts of the Book of Revelation: new philology, paratexts, reception. Oxford University Press.

Borrong, R. P., & Baru, E. B. (2019). Kronik Ekoteologi: Berteologi Dalam Konteks Krisis Lingkungan. Stulos, 17(2), 185–212.

di Gereja Toraja, P. F. (2022). Makna Teologis Simbolik Kandean Dulang dalam Budaya Toraja sebagai Media. Dari Biblika Ke Anime, 152.

Eskelner, M. (2021). Kekristenan di Periode Ante-Nicene, Bapak Gereja, dan Penganiayaan terhadap Orang Kristen (Vol. 2). Cambridge Stanford Books.

Gulo, M. H., Gulo, A., & Sihombing, H. (2024). Kajian Teologis tentang Mazmur 23: 1-6 dan Penerapannya dalam Pelayanan Gereja Masa Kini. Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kerusso, 9(2), 355–369.

Harun, H. (2024). Misi Sang Birokrat: Analisis Teologis Misi Birokrat Kristen dalam Birokrasi Pemerintahan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Toraja Utara. Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja.

Hutahaean, H. (2020). Menafsir Genre Apokaliptik Kitab Daniel. ILLUMINATE: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani, 3(1), 25–39.

Imuly, M., & Hukubun, M. (2019). Keselamatan Universal dalam Wahyu 7: 1-17. ARUMBAE: Jurnal Ilmiah Teologi Dan Studi Agama, 1(1), 86–107.

Jaffray, S. T. T. (2016). Metodologi Penelitian Pendidikan Teologi. Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.

Jobes, K. H. (2022). 1 Peter (Baker Exegetical Commentary on the New Testament). Baker Academic.

Kasimirus, K., & Dewantara, A. W. (2020). Pemahaman Umat Katolik Madiun terhadap Konstitusi Gaudium Et Spes dalam Kehidupan Politik Praktis. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 20(2), 28–47.

Maliki, Z. (2018). Sosiologi politik: makna kekuasaan dan transformasi politik. Ugm Press.

Manik, B., & Gultom, J. (2021). MENAVIGASI MISI MISIONAL DALAM MASYARAKAT POSTMODERN: STRATEGI GEREJA DALAM MENYEBARKAN PESAN KERAJAAN ALLAH. Matheo: Jurnal Teologi/Kependetaan, 11(1), 125–141.

Mukti, M. (2024). REPRESENTASI NILAI BIRRUL WALIDAIN PADA PEMAIN IMIGRAN TIMNAS MAROKO DI AJANG PIALA DUNIA QATAR 2022 (ANALISIS SEMIOTIKA POSTINGAN AKUN INSTAGRAM PEMAIN MAROKO). Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Newton, J. K. (2022). Apocalyptic Arithmetic: Numbers and Worldview in the Book of Revelation. The Heythrop Journal, 63(6), 1163–1177.

Nggebu, S. (2023). Konsep Kenosis Yesus Kristus Dalam Filipi 2: 1-11 Sebagai Norma Dasar Spiritualitas Kristen. Integritas: Jurnal Teologi, 5(1), 1–17.

Panggabean, I. B., & Harahap, A. M. (2024). Perspektif Islam Tentang Dinasti Politik (Studi Kasus Isu Dinasti Politik Tahun 2023-2024). Kamaya: Jurnal Ilmu Agama, 7(1), 1–15.

Rissi, M. (1995). Book Review: The Theology of the Book of Revelation, by Richard Bauckham. New Testament Theology. Cambridge University Press, Cambridge and New York, 1993. 169 pp. 39.95.ISBN0-521-35610-5;Revelation:AContinentalCommentary,byJörgenRoloff.TranslatedbyJohnE.Alsup.FortressPress,Minneapolis,1993.275pp. 24.95. ISBN 0-8006-9650-6. SAGE Publications Sage UK: London, England.

Sitohang, B. (2023). ANGKAT KAKI-LAH DARI BABEL: Panggilan Untuk Menjadi Tidak Serupa Dengan Dunia Kejahatan (Upaya Menafsir Wahyu 18: 1-24 Dalam Konteks Masa Kini). Jurnal Teologi Anugerah, 12(1), 19–32.

Sunarimahingsih, Y. T., Dewi, Y. T. N., Susanti, B. T., Nurhayati, B. R., & Nugroho, A. W. (2021). Konservasi Benda Budaya Simbol Adat Sebagai Penguatan Eksistensi Negeri Dalam Pembangunan Paska Konflik Di Ambon”.