Annisa Rahma1,
Djamaluddin Perawironegoro2
Pendidikan
Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia
Email
: 2307052020@webmail.uad.ac.id1,
djamaluddin@mpai.uad.ac.id2
Abstrak Fenomena penurunan pada pengamalan
integrtias karakter generasi muda semakin meningkat. Permasalahan tersebut
diakibatkan praktik ketidakseimbangan pada terapan yang hanya mengacu pada
kognitif saja tanpa melibatkan afektif dari peserta didik tersebut. Tujuan
yang dicapai dalam penelitian berupa 1) proses pengimplementasian
pembelajaran dari Aqidah akhlak yang terlaksana di kelas 7 SMP Muhammadiyah 8
Yogyakarta, 2) efektivitas metode penerapan pembelajaran Aqidah akhlak dalam
Kelas 7 SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta, 3) pengetahuan dalam faktor dukungan
hingga hambatan dalam pembelajaran Aqidah akhlak. Tujuan tersebut menjadi
acuan peneliti untuk mengetahui lebih detail bahkan efektivitas dalam metode
pembelajaran hingga hambatan yang dihasilkan pada praktik belajar selama ini
di SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta. Metode penelitian ini dengan menggunakan metode Kualitatif deskripsi. Hasil
penelitian bisa menjadi masukan untuk pengembangan kurikulum atau strategi
pembelajaran di sekolah Muhammadiyah, terutama dalam mata pelajaran Aqidah
Akhlak, kesimpulan ini Dengan menerapkan strategi-strategi di atas, guru
dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran akan aqidah dan akhlak
siswa Kata Kunci: Fungsi iman kepada para rasul, SMP Muhammadiyah, proses pembelajaran yang efektif. Abstract The phenomenon of decline in the practice of character integration of the
younger generation is increasing. The problem is caused by the practice of
imbalance in the application that only refers to cognitive only without
involving the affective of the students. The objectives achieved in the study
were 1) the process of implementing learning from Aqidah morals implemented
in class 7 SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta, 2) the effectiveness of the method
of implementing Aqidah morals learning in Class 7 SMP Muhammadiyah 8
Yogyakarta, 3) knowledge in support factors to obstacles in learning Aqidah
morals. These objectives become a reference for researchers to find out in
more detail even the effectiveness of learning methods to the obstacles
produced in learning practices so far at Muhammadiyah 8 Yogyakarta Junior
High School. This research method uses qualitative description method. The
results of the study can be input for curriculum development or learning
strategies in Muhammadiyah schools, especially in the subject of Aqidah
Akhlak, this conclusion By applying the above strategies, teachers can play
an active role in increasing awareness of aqidah and student morals. Keywords: The function of
faith in the messengers, effective learning process.SMP Muhammadiyah, |
|
|
This work is licensed under
a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International |
PENDAHULUAN
Peranan dalam pembelajaran
berbasis islam terutama dalam penguatan penilaian Aqidah akhlak menjadi fungsi
utama dalam pemenuhan karakter peserta didik di lingkungan sekolah (Luneto, 2022; Rohman, 2024; Rosita, 2018). Penguatan tersebut membantu peserta didik dalam
penciptaan individu berdasarkan value yang dimiliki agar mampu
berdedikari pada lingkungan masyarakat. Gap
research yang terjadi di lapangan menimbulkan polemik baru pada penurunan resilience
hingga penanaman karakteristik peserta didik yang terjadi pasca globalisasi
hingga dampak eskalasi teknologi. Permasalahan tersebut memberikan
signal bagi pihak sekolah dalam peciptaan kurikulum yang berfokus pada
pengukuhan iman sebagai fundamental dari dampak buruk yang terjadi. Mengingat,
makna dalam pembelajaran sebagai interaksi yang terjadi dua signal yakni
pendidik maupun peserta didik dalam lingkup akademisi (Jailani et al., 2021). Pembelajaran sendiri memberikan bantuan pada
peserta didik untuk pemenuhan ilmu hingga pengenalan materi pada karakter
hingga intelektual yang ada. Tidak akan terjadi
pembelajaran yang berjalan dengan lancar mengingat penerapan pembelajaran tentu
memiliki tantangan baik dari problem guru maupun siswa tersebut agar capaian
dalam tujuan pendidikan dapat teraih. Pada sisi lain, makna Aqidah berasal dari
bahasa arab yang memiliki arti pengokohan atau
penyimpulan dari apa yang telah menjadi janji.
Permasalahan spesifik yang
diangkat dalam penelitian ini adalah rendahnya kesadaran dan internalisasi
nilai-nilai Aqidah Akhlak di kalangan siswa (Lisa, 2024), terutama dalam memahami
dan mengimplementasikan nilai iman kepada Rasul. Di SMP Muhammadiyah 8
Yogyakarta, ditemukan bahwa praktik pembelajaran Aqidah Akhlak sering kali
lebih menekankan aspek kognitif dibandingkan aspek afektif, yang sebenarnya
penting untuk menumbuhkan karakter yang kuat. Selain itu,
siswa kerap kali kurang menunjukkan perilaku yang diharapkan, seperti
kesantunan dalam berbahasa dan ketertiban dalam menjalankan ibadah, yang
menjadi indikasi kurang efektifnya metode pembelajaran yang diterapkan saat ini.
Pada penelitian Nisa
Ade (2023) mengungkapkan fenomena kesulitan
pada pembelajaran dicontohkan siswa yang tidak memberikan fokus utama pada
pengajaran yang diberikan oleh guru, cara yang bersifat kuno dalam pengajaran
guru, hingga kurangnya penggunaan media pembelajaran yang dapat memicu
interaksi menarik. Permasalahan tersebut berkaitan dengan
pendapat ahli Nur Alim sebagai ketimpangan dalam realita sosial seperti kasus
dalam pendidikan lainnya. Sehingga memerlukan
pendalaman pengenalan karakter peserta didik. Selain
itu, ada juga fenomena seperti pelaporan aniyaya guru yang dilakukan langsung
oleh siswa di Kalimantan Barat. Hingga mengingatkan pentingnya penerapan
dalam akidah akhlaq peserta didik dalam berbagai kegiatan belajar mulai dari
diskusi, penugasan, penggunaan aplikasi media, hingga model ceramah oleh guru
agar memperkenalkan direct instruction berupa penerapan materi hinga
proses pengimplementasian pada kehidupan sehari hari contohnya dalam sopan
santun pada guru atau adab saat makan hingga minum. Selaras dalam kalimat di
atas, kegiatan pengalaman akidah sudah diberlakukan sejak peserta didik baru
tiba di kelas menggunakan adab doa atau pengenalan sebelum lima menit kelas
akan dimulai (Idris, 2021; Lamai, 2019). Selain itu, guru menerapkan penggunaan bantuan media pembelajaran
secara interaktif agar memacu perhatian siswa melalui penggunaan power point
atau yang lain yang pasti disesuaikan dengan pembelajaran pada RPP
komptensi hingga capaian dalam pembelajaran.
Wawasan dari guru memberikan
pendalaman pada materi akidah akhlak untuk penunjangan pada kesuksesan
pembelajaran, sebagaimana informas dari penulis dalam penyampaian materi hingga
proses pembelajaran sebagai variasi terhadap komptensi dasar menjadikan
penjelasan pada seluruh pertanyaan mendetail hingga bersifat komperhensif dalam
pembelajaran (Damaisa, 2022; Yusrun & Muharom, 2020). Seperti contoh pada hadist pembelajaran.
Permasalahan yang belum
terjawab dalam penelitian terdahulu
adalah faktor-faktor yang menumbuhkan kesadaran Aqidah akhlak pada siswa SMP
Muhammadiyah 8 Yogyakarta belum diteliti, sehingga perlu dilakukan penelitian
sehingga pembelajaran Aqidah akhlak akan efektif .
Pada
penelitian terhadulu memberikan fokus terhadap keabain ari penggunaan metode
pengajaran guru yang terkesan kurang dalam pengalaman efektifitas interaksi
melalui komunikasi hingga efektivitas penerapan pembelajaran dan dukungan dari
sekolah.
Novelty
dari penelitian ini terletak pada fokus khususnya dalam menumbuhkan kesadaran
Aqidah Akhlak siswa melalui materi Iman kepada Rasul yang dilaksanakan di SMP
Muhammadiyah 8 Yogyakarta. Penelitian ini tidak hanya mengkaji efektivitas
metode pembelajaran yang diterapkan, tetapi juga mengidentifikasi faktor
pendukung dan hambatan yang unik dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak di
lingkungan tersebut. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang lebih menekankan
aspek kognitif atau penggunaan metode pembelajaran secara umum, penelitian ini
secara mendalam mengeksplorasi bagaimana materi Aqidah Akhlak dapat
berkontribusi pada pembentukan karakter siswa, serta bagaimana internalisasi
nilai-nilai akhlak dapat diintegrasikan secara efektif ke dalam kehidupan
sehari-hari siswa.
Siswa di kelas VIII-E MTs.
Al-Hikmah Curug Tangerang berupaya memperbaiki hasil pembelajaran mereka dengan
menggunakan metode yang bersifat kooperatif seperti make a match Berdasarkan
kenyataan di atas, memberikan informasi pada capaian belajar siswa, yang
memperoleh nilai yang berbeda setiap 8485 siklus, telah meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan
kemampuan belajar siswa (Aliputri, 2018). Menurut riset tambahan di MTsN 2 Bantul, pendekatan pembelajaran yang
biasanya monoton, seperti ceramah dan tanya jawab,
tidak efektif dalam meningkatkan kesadaran dan keterlibatan siswa. Agar siswa
tidak bosan dan mampu menginternalisasi nilai-nilai akhlak, termasuk iman
kepada rasul, pembelajaran yang lebih interaktif dan inovatif sangat penting(Ula, 2020). Riset di MTs Guppi juga
mendukung pendekatan yang berpusat pada pembentukan karakter melalui
pembelajaran akidah akhlak; metode ini mencakup aspek afektif dan kognitif,
seperti bagaimana nilai-nilai religius memengaruhi tindakan sehari-hari(Muratama, 2018).
Banyak
penelitian telah mengkaji tentang akidah akhlak di sekolah menengah pertama.
Teori lain juga
menginformasikan adanya tidak merata pemeberian pembelajaran seperti kejenuhan
siswa, kurangnya fokus pada informasi guru, bahkan kurangnya
Nurdin
(2021) juga mengidentifikasi adanya ketidakmerataan dalam
pembelajaran yang terjadi, mulai dari kurangnya pengajaran guru, minimnya media
yang digunakan, bahkan fokus peserta didik yang tidak diberikan mengakibatkan
ketidakpahaman mengakibatkan tingkat kebosanan peserta didik hingga kejenuhan.
Beberapa realita sosial
mengindikasikan kurangnya internalisasi nilai moral di kalangan siswa, seperti
kasus di Gresik di mana seorang siswa menantang guru yang menegurnya merokok di
sekolah, serta insiden di Pontianak Timur di mana seorang siswa menganiaya
gurunya setelah ditegur karena menggunakan ponsel saat pelajaran. Hal ini menyoroti pentingnya penguatan pembelajaran karakter
melalui pendekatan Aqidah Akhlak, didukung fasilitas seperti perpustakaan dan
mushola. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
penggunaan metode pengajaran yang efektif dan interaktif serta dukungan dari
pihak sekolah dapat membantu membentuk karakter siswa secara lebih baik.
Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas 7 SMP
Muhammadiyah 8 Yogyakarta, dengan fokus pada penanaman nilai iman kepada Rasul.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi
efektivitas metode pembelajaran yang digunakan dalam menumbuhkan kesadaran
Aqidah Akhlak di kalangan siswa. Penelitian ini akan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat proses
pembelajaran, sehingga dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai tantangan serta
peluang dalam pengembangan karakter religius siswa.
Manfaat
dari penelitian ini adalah memberikan panduan bagi guru dan pihak sekolah
terkait metode pembelajaran yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai iman dan
akhlak pada siswa. Lebih jauh, penelitian ini diharapkan menyediakan
data empiris yang berguna bagi peningkatan pendekatan pembelajaran Aqidah
Akhlak di sekolah, dengan harapan dapat memperkuat karakter siswa dalam
menghadapi tantangan era modern. Selain itu, hasil
penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi pembuat kebijakan pendidikan
untuk melihat pentingnya integrasi nilai-nilai agama dalam kurikulum, guna
menciptakan generasi yang memiliki integritas moral dan spiritual yang kuat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk memahami secara mendalam
proses pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas 7 di SMP Muhammadiyah 8
Yogyakarta. Lokasi penelitian ini memberikan konteks yang
relevan karena sekolah ini memiliki nilai-nilai keagamaan yang diterapkan dalam
kegiatan sehari-hari. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran
terbaru, sehingga data yang diperoleh mencerminkan situasi terkini dalam proses
pembelajaran Aqidah Akhlak.
Penelitian ini menyangkut
beberapa aspek, termasuk efektivitas metode pengajaran Aqidah Akhlak, peran
guru dalam proses pembelajaran, serta pengaruh lingkungan sekolah terhadap
pengembangan karakter siswa. Aspek-aspek ini dikaji untuk
memberikan gambaran holistik tentang bagaimana nilai Aqidah Akhlak dapat
ditanamkan secara efektif di lingkungan pendidikan formal. Dalam konteks ini, peneliti berfokus pada interaksi antara metode
pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan respons siswa terhadap materi yang
disampaikan, khususnya terkait dengan nilai iman kepada Rasul.
Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 7 di SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta. Sampel
yang dipilih secara purposif adalah siswa yang memiliki perbedaan dalam
keterlibatan dan pemahaman terhadap materi Aqidah Akhlak. Instrumen
penelitian yang digunakan meliputi wawancara mendalam dengan guru dan siswa,
observasi kelas untuk melihat secara langsung proses pembelajaran, serta
dokumentasi yang mencakup catatan evaluasi dan tugas siswa. Data
ini diharapkan memberikan informasi yang akurat mengenai dinamika pembelajaran
Aqidah Akhlak dan faktor-faktor yang memengaruhi efektivitasnya.
Prosedur
pengumpulan data dilakukan secara sistematis melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi yang telah diatur sebelumnya. Wawancara dengan guru
bertujuan untuk mengungkap metode yang digunakan dalam mengajarkan Aqidah
Akhlak, tantangan yang dihadapi, dan strategi yang diterapkan untuk menarik
minat siswa. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
untuk melihat interaksi guru dan siswa serta aktivitas siswa dalam kelas. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data penilaian dan tugas
siswa sebagai bukti penerapan nilai-nilai Aqidah Akhlak.
Analisis
data dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif, di mana data yang telah
dikumpulkan dianalisis untuk menemukan tema-tema yang relevan dan memberikan
interpretasi yang mendalam. Langkah-langkah dalam analisis
data mencakup pengumpulan, reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan dari
data. Proses ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi pola dan
hubungan antara metode pengajaran yang diterapkan dengan tingkat pemahaman
siswa terhadap nilai-nilai Aqidah Akhlak. Analisis ini
memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang pengaruh pembelajaran
terhadap kesadaran religius siswa di SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
Ketika penulis melakukan magang PLP
di SMP Muhammadiyah 8 di Yogyakarta, penulis menemukan bahwa siswa masih
memiliki kecenderungan untuk berkata kotor sebagai bentuk pengeluaran dari rasa
kesal terhadap teman. Selain itu, mereka kerap membolos saat sholat berjamaah. Peneliti hanya melihat beberapa perilaku peserta didik; banyak lagi
yang tak tertemukan hingga evaluasi. Hingga kemudian,
perbaikan memberikan makna fundamental dalam Upaya guru untuk pembimbingan
hingga Pembangunan akhlak secara ideal berdasarkan tujuan dalam Pembangunan
karakter berkualitas. Upaya dalam penelitian ditujukan
untuk peningkatan dalam awareness karakter hingga dasar iman peserta
didik terhadap agama terutama pada tuhan hingga nabi atau rasul dalam
pengamalan nilai kehidupan. Siswa diharapkan
menunjukkan perubahan perilaku yang lebih baik, seperti lebih jujur, disiplin,
dan bertanggung jawab setelah memahami dan menghayati ajaran iman kepada Rasul.
Kontribusi yang diberikan peneliti berupa cara dalam
tingkatan proses pembelajaran menggunakan hingga memperkenalkan metode yang
lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Hasil
penelitian bisa menjadi masukan untuk pengembangan kurikulum atau strategi pembelajaran
di sekolah Muhammadiyah, terutama dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak.
1.
Akidah dan Akhlak dalam Pendidikan Islam Menurut Para
Pakar
Makna dalam akidah dan
akhlak berkaitan dengan suatu kebenaran yang memberikan Upaya hingga ketenangan
secara seimbang (Hasan Al-Banna) sedangkan berdasarkan istilah dari Zainudin
Ali mengungkapkan ketenangan yang berasal dari kebenaran hati. Serta pendapat ahli lainnya mengidentifikasikan
sebagai kepercayaan pedoman hidup bagi muslim. Pada kita ihya ulumudin melakukan pembenaran terhadap masa
pertumbuhan hingga penggunaan metode dalam ajaran akidah berupa pelafalam
hingga keyakinan dalam dalil terkait. Metode yang diajarkan
oleh imam al Ghazali untuk meyakinkan akidah adalah dengan pemahaman hingga
pelafalan yang berdasrkan dalil terkait. Salah satu
karunia Allah dalam hati manusia adalah hati yang terbuka, pada keimanan tanpa
memerlukan dalil dan alasan. Jalan untuk menguatkan
dan menetapkan keyakinan, tidak dengan mengajarkan perdebatan dan ilmu kalam.
Pada sisi lain dijelaskan pengenalan akhlak sebagai
ilmu dalam pemecahan permasalahan secara mendasar dalam diri manusia melalui
interaksi pihak terkait baik dari lingkungan rumah maupun sekolah. Hasan
Langgulung, pakar pendidikan Islam kontemporer, menyoroti bahwa tujuan
education Islam terletak pada penanaman insan kamil, itu adalah, manusia yang
sempurna, yang akan memiliki keselarasan antara akidah dan akhlak. Dia menyimpulkan bahwa pendidikan akidah adalah modus yang
memungkinkan seseorang memiliki iman benar dan mengerti bagaimana iman itu
dapat diaplikasikan. Akhirnya, dalam kaitannya dengan ini, ia menyatakan bahwa tanpa akidah yang kuat, akhlak akan
menjadi semacam tindakan bermalas-kespiritualan dengan norma pengekangan, dan
di bawah kondisi ketika tindakan-tindakan ini dilakukan, akidah menjadi fondasi
utama dalam dunia Islam. Pada buku karangan dari Abdullah
Nashih Ulwan dalam mengungkapkan pendidikan akidah harus dimulai sejak dini,
karena akidah adalah landasan bagi segala aspek kehidupan manusia, termasuk
akhlak. Dengan kata lain, untuk membentuk
akhlak yang bahari, manusia harus memahami akidahnya dulu. Menurut pendapat
Ulwan, maka manakala akidah dan akhlak sedang diajarkan simultan atau
tergabung, maka individu yang tercipta tidak hanya akan
berperilaku baik secara moral, akan tetapi juga akan bersemangat spiritual yang
benar. Menurut Muhammad Qutb, dalam Manhaj Tarbiyah Islamiyah, pendidikan Islam
adalah proses holistik yang mencakup aspek spiritual, intelektual, dan moral. Ia menekankan bahwa aliran pemikiran harus selalu diakui
sebagai pusat dari setiap kegiatan pendidikan. Karena akidah
adalah hal yang mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan petunjuk
Allah. Pendidikan akhlak tanpa akidah adalah
pendidikan yang kering dan dangkal, karena akidah adalah kekuatan untuk
mendorong manusia melakukan perbuatan baik dari hati yang tulus. Dalam mempelajari agama Islam, dua komponen akidah dan akhlak
merupakan yang paling penting karena disebutkan saling berlawanan. Kedua komponen ini memberi fondasi spiritual dan moral kepada
seseorang. Akidah sebagai kepercayaan mendasar seorang muslim, memberi lebih banyak elemen spiritual akidah
(kepercayaan) dan memahamkan perspektifnya tentang hubungan dengan Sang
Pencipta dan manusia dan alam. Ketentuan iman ini mengarahkan orang pada tujuan
kehidupan sejatinya dan menjadi satu kekuatan bagi manusia untuk melanggar
prinsip moral yang diwahyukan Allah SWT(Anam, 2023).
2. Konsep Iman kepada Rasul dalam Ajaran Islam
Pengertian Iman Pada Rasul
Keyakinan dalam pengimanan pada nabi bermakna
keyakinan terhadap Allah SWT dalam wahyu yang diterima oleh nabi untuk dirinya. Sedangkan iman pada rasul sebagai
bentuk keyakinan pemilihan manusia sebagai utusan Allah dalam penyampaian wahyu
kepada umat.
Dengan mempercayai Rasul kita mengetahui bahwa Allah
Maha Pengasih dan Penyayang, yang mengutus RasulNya kepada manusia. Dengan beriman kepada Rasul kita
mendapat suri tauladan yang baik dalam mewujudkan keutamaan hidup dunia dan
akhirat. Dengan beriman kepada Rasul, kita dapat
memahami bahwa setiap cita-cita harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.
Kita lebih dapat memahami bahwa sikap merendahkan orang lain, seperti
yang diperlihatkan para penentang Rasul itu sebagai penghalang masuknya
petunjuk Allah. Kita bisa lebih yakin
bahwa kebenaran itu akhirnya akan menang, walaupun
banyak sekali yang menghalangi.
3. Metode Pembelajaran yang Efektif dalam Pendidikan
Aqidah Akhlak
a. Teori Pembelajaran dalam Pendidikan Berbasis Islam:
Salah satu karunia dari Allah dalam bentuk kemampuan
belajar manusia melalui intelektual yang dapat membedakan ragam makhluk dengan
yang lain. Allah memberikan akal untuk manusia agar mampu
memahami bahkan memimpin peradaban dunia. Hal trsebut
sesuai dengan rangkaian aktifitas yang sesuai dengan renungan hingga pedoman
manusia untuk berupaya pada penerapan ilmu pengetahun dalam 780 kali. Sesuai dengan dasar wahyu yang turun pertama yakni surah Al-Alaq
1-5 bermakna bacalah sebagai pedoman manusia untuk kegiatan belajar hingga
kegiatan membaca bahkan lebih luas lagi pengamalan tuntutan ilmi.
Seperti hadis yang mengatakan bahwa mencari ilmu dilakukan hingga liang lahat agar menjadi syuhada (H.R. Ibnu Majah)
b. Pembelajaran Berbasis Akhlak
dan Iman:
Pendidikan
agama di sekolah menghadapi tantangan berbagai efektivitas pembelajaran dan
internalisasi nilai-nilai agama. Faktor-faktor seperti relevansi materi, strategi pembelajaran yang
tepat, dan ketersediaan bahan bacaan yang memadai menjadi permasalahan utama.
Penekanan pada aspek kognitif dan pendekatan
indoktrinatif-normatif membuat agama terkesan kaku dan membatasi siswa pada
buku-buku teks sebagai satu-satunya sumber pembelajaran.
Internalisasi
nilai-nilai agama tidak cukup hanya berhenti pada tataran keyakinan, melainkan perwujudan
dalam praktik kehidupan. Maka dari itu, diperlukan pendekatan yang sesuai hingga relevan,
dengan menampilkan agama dalam konteks historis, sosio-kultural, dan kekinian.
Penyajian materi agama sebaiknya dikemas melalui kisah dan
pengalaman nyata yang menginspirasi dan memberikan solusi atas berbagai
problematika kehidupan. Model pembelajaran yang
inovatif diperlukan untuk menciptakan makna dalam pembelajaran yang membuat
peserta didik tertarik.
Lingkungan
sekolah idealnya menjadi wadah bagi siswa untuk mengaplikasikan nilai-nilai
agama dalam kehidupan nyata. Sebagai sebuah komunitas sosial, sekolah diharapkan dapat menjadi
tempat pembentukan karakter yang mengintegrasikan aspek intelektual, moral, dan
spiritual, serta menumbuhkan sikap menjunjung tinggi perdamaian. Di lingkungan ini, setiap individu diharapkan mampu mengenali
potensi diri sepenuhnya dan berinteraksi secara harmonis dengan sesama
berdasarkan prinsip empati dan toleransi.
Upaya
dalam menjadikan sekolah sebagai wadah internalisasi dan aktualisasi
nilai-nilai agama, diharapkan tercipta generasi Indonesia yang tak hanya dalam
keimanan, ketawakwaan, tetapi perbandingan dalam karakter. Lebih dari sekadar melaksanakan
ibadah ritual, mereka juga memiliki komitmen untuk integrasi dalam penilaian
agama hingga aspek dalam sehari hari.
3. Integrasi pembelajaran
Pembentukan karakter yang berlandaskan keimanan dan
akhlak mulia membutuhkan pendekatan yang lebih holistik dan terintegrasi,
melampaui batasan waktu formal pelajaran agama Islam. Hingga Upaya yang menghubungkan
nilai-nilai keislaman ke dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya, konsep zakat dan warisan dapat diintegrasikan ke dalam
pembelajaran matematika, sementara nilai-nilai moral dan spiritual dapat
dituangkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra melalui tema-tema yang relevan.
Dengan demikian, proses pembelajaran akan lebih
bermakna dan efektif dalam menanamkan nilai-nilai keislaman secara utuh dan
komprehensif.
Optimalisasi proses
pembelajaran dapat dicapai melalui beberapa strategi, di antaranya dengan
mengintegrasikan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis yang relevan dengan materi yang
disampaikan. Guru agama memiliki peran krusial dalam mendukung guru mata
pelajaran lain untuk menemukan dan memahami ayat dan
hadis tersebut. Selain itu, penting untuk menciptakan atmosfer pembelajaran
yang religius, misalnya dengan menunjukkan keramahan, mengucapkan salam, dan memulai serta mengakhiri pelajaran dengan doa dan
pujian kepada Allah SWT. Hal ini sejalan dengan konsep
pendidikan karakter melalui pembiasan yang diungkapkan dalam sebuah syair,
"Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh kebiasaan yang ditanamkan
kepadanya, dan kebiasaan tersebut lebih berpengaruh daripada sekadar nasihat
atau penjelasan.
Prinsip
pembentukan karakter melalui pembiasan telah lama dikenal, sebagaimana
tercermin dalam pepatah Arab yang menyatakan bahwa kebiasaan yang ditanamkan
sejak dini akan terbawa hingga dewasa. Dalam proses ini,
penting untuk menghindari segala bentuk kekerasan, sesuai dengan tuntunan Nabi
Muhammad SAW yang menganjurkan pendekatan yang lebih humanis dalam pendidikan. Sebagai contoh, dalam mengajarkan shalat, Islam memberikan rentang
waktu yang cukup panjang, yaitu tiga tahun, untuk membiasakan anak. Jika dalam rentang waktu tersebut anak belum juga terbiasa, maka
diperlukan langkah yang lebih tegas, namun tetap dalam koridor kebaikan dan
menghindari kekerasan, untuk memastikan pembentukan kebiasaan shalat tersebut.
Anjuran untuk mengajarkan
shalat pada anak sejak dini menunjukkan betapa pentingnya peran pengulangan
dalam proses pendidikan. Konsistensi dalam membimbing anak untuk menunaikan
shalat selama tiga tahun, lima kali sehari,
menghasilkan akumulasi pengalaman yang signifikan dalam membentuk kebiasaan
beribadah. Pendekatan ini diharapkan dapat menumbuhkan generasi yang beriman
dan berakhlak mulia, yang pada gilirannya akan menjadi
aset berharga dalam pembangunan bangsa.
4.
Kesadaran
Aqidah Akhlak dalam Pembelajaran di Sekolah Muhammadiyah
SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta, menjadi wadah akademisi
institute berdasarkan pengamalan dalam value berbasis islam,
berkomitmen untuk terus mengembangkan potensi peserta didik secara holistik,
khususnya dalam aspek keagamaan dan moral. Melalui implementasi kurikulum
merdeka dikolaborasi melalui penerapan kurikulum di Muhammadiyah
dipadukan dengan kurikulum
Muhammadiyah, sekolah berupaya menciptakan melalui generasi muslim berdasarkan
berkarakter kuat, berintegritas, dan berakhlak mulia. Visi
ini diwujudkan dalam program "Pondok Karakter" yang dirancang secara
khusus untuk menanamkan nilai-nilai luhur agama Islam pada setiap siswa.
Pengembangan potensi siswa secara optimal tidak selalu
bergantung pada pencapaian akademis.
Program Pondok Karakter hadir sebagai alternatif dalam
membentuk karakter siswa yang berkualitas melalui penanaman nilai-nilai
religius dan sosial. Berbagai kegiatan di dalamnya, seperti hafalan,
solat sunnah, solat fardhu secara jamaah dan pembiasan
mengucapkan salam, ditujukan untuk menumbuhkan karakter yang beriman, berakhlak
mulia, dan memiliki kepekaan sosial. Lebih dari itu, program
ini juga menekankan pentingnya pelayanan prima dan dukungan dalam memecahkan
berbagai permasalahan yang dihadapi siswa, dalam lingkungan sekolah terlebih di
masyarakat luar.
Muhammadiyah mencita-citakan sebuah model pendidikan
Islam yang modern, terintegrasi, dan komprehensif di seluruh lembaga
pendidikannya. Model
ini mewujudkan sekolah umum yang memadukan nilai-nilai keislaman dan madrasah
yang menyertakan ilmu-ilmu umum dalam kurikulumnya. Ciri
khas dari sistem pendidikan ini adalah integrasi ilmu agama Islam, bahasa Arab,
dan kemuhammadiyahan, yang kemudian dikenal dengan Ismuba. Ismuba
menjadi identitas dan keunggulan bagi sekolah dan madrasah Muhammadiyah dalam
upaya membentuk generasi muslim yang berwawasan luas
dan berkarakter Islami.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
Muhammadiyah, pengembangan kurikulum Ismuba menjadi sebuah kebutuhan yang
mendesak. Kurikulum
ini dirancang dengan mempertimbangkan kemajuan IPTEK dalam pandangan
masyarakat. Pandangan dari Ismuba tidak hanya mencakup
konsep dan prinsip pembelajaran, tetapi juga mencakup penilaian standar,
kompetensi lulusan, standar isi, struktur kurikulum, hingga beban belajar.
Tujuannya adalah untuk mengupayakan bobot mutu dalam tata kelola pendidikan di
sekolah Muhammadiyah, menjadi pedoman bagi kepala sekolah dan guru dalam
mengimplementasikan kurikulum, serta sebagai pedoman terhadap Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah dalam melakukan komunikasi dan pengawasan.
5. Peran Guru dalam Menanamkan Nilai Iman dan Akhlak
a. Guru sebagai Teladan dalam Pendidikan Islam:
Guru berperan sebagai teladan bagi siswa,
sehingga perilakunya harus berlandaskan dalam keselarasan nilai hingga norma yang sesuai di masyarakat. Dalam proses pendidikan,
keteladanan menjadi metode yang efektif untuk membentuk kebiasaan positif siswa,
terutama dalam hal etika berkomunikasi. Melalui contoh nyata yang ditunjukkan
oleh guru, siswa akan termotivasi untuk meniru dan implementasi
melalui value dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat signifikannya
pengaruh guru sebagai role model dalam pembentukan karakter siswa, seorang
pendidik harus senantiasa berhati-hati dalam setiap tindakan dan perkataannya,
termasuk dalam mengamalkan akhlakul karimah. Berdasarkan kajian teori dan fokus
penelitian ini, berikut disajikan hasil wawancara dan observasi di SMP
Muhammadiyah 8 Yogyakarta.
Seorang guru Pendidikan
Agama Islam di SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta mengungkapkan bahwa langkah awal
yang dilakukan dalam mendidik adalah mengenali karakter setiap siswa. Pendekatan personal dilakukan untuk memudahkan proses
bimbingan. Ketika menemukan perilaku menyimpang atau ucapan
kasar, guru tersebut langsung memberikan teguran. Selain
itu, pembiasan berbicara dengan santun dan lemah lembut juga diterapkan untuk
menanamkan etika komunikasi yang baik. Guru tersebut
menyadari pentingnya menjadi role model dalam bertutur kata dan berperilaku,
sehingga siswa dapat meneladani dan menghindari ucapan yang negatif.
Dalam
membangun interaksi yang positif, seorang guru Pendidikan Agama Islam
menunjukkan keteladanan dengan mengucapkan salam dan
menyapa siswa secara ramah, baik dalam kehidupan dalam dan luar. Inisiatif
tersebut diharapkan dapat membiasakan siswa untuk aktif mengucapkan salam dan bersikap sopan santun. Keteladanan
guru dalam berkomunikasi ini memiliki peran penting dalam pembentukan karakter
siswa yang berakhlakul karimah.
Guru memiliki
peran sentral dalam dunia pendidikan, termasuk di lembaga pendidikan Al-Islam,
Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab di SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta. Di sekolah tersebut, guru berperan dalam membentuk karakter siswa
menjadi lebih baik melalui pembiasan, teguran, dan keteladanan. Strategi pembelajaran yang ditekankan oleh guru pendidikan agama
Islam adalah melalui penanaman kebiasaan positif pada siswa.
Seorang guru telah
menunjukkan kesadarannya dalam membentuk akhlak siswa melalui komunikasi yang
santun. Guru tersebut
aktif membiasakan siswa untuk bertutur kata dengan lemah lembut dan menghindari
ucapan-ucapan yang tidak pantas. Hal ini sejalan dengan perannya sebagai
pendidik agama Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dalam
berbicara
b. Strategi Guru dalam
Meningkatkan Kesadaran Aqidah dan Akhlak Siswa:
Guru berperan
sangat penting dalam pendidikan Islam. Fungsinya bukan hanya sebagai pemberi
materi, tetapi lebih dari itu sebagai uswatun hasanah, atau panutan, dalam arti
lain sebagai teladan. Hal tersebut berarti perilaku akhlaq
guru yang dinilai oleh murid sebagai model pemikiran dan tingkah laku. Untuk meningkatkan kesadaran aqidah dan akhlak, guru harus
menggunakan strategi yang bukan hanya menitikberatkan dalam basis kognitif.
6.
Faktor
yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran Aqidah Akhlak
a. Lingkungan Sekolah dan Keluarga:
Dalam
penilaian pendidikan Islam, tak hanya berlandaskan dalam kognitisme pengukuran
melainkan melibatkan perilaku siswa.
Guru dapat menggunakan rubrik penilaian akhlak yang
mencakup sikap siswa seperti kedisiplinan, kepedulian, tanggung jawab, dan
kejujuran. Penilaian meliputi objektivitas dalam
keberlanjutan dari guru terhadap feedback peserta didik yang mengkolaborasikan
orang tua hingga lingkungan dalam penguatan akhlak maupun akidah yang dimiliki.
Guru diupakayan melakukan sinergitas dengan pihak
terkait untuk konsistnsi arahan hingga pengendalian tantangan pemahaman
karakter di lingkungan sekitar khususnya di pengawasan lingkungan rumah.
b. Pengaruh Teknologi dan Media
Sosial:
Di era digital, guru memiliki peluang untuk memanfaatkan teknologi dan
media sosial guna meningkatkan pemahaman aqidah dan akhlak siswa. Berbagai konten islami seperti
video, artikel, atau aplikasi yang relevan dapat dijadikan sumber pembelajaran
menarik bagi siswa. Selain itu, guru dapat
memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan materi terkait aqidah dan
akhlak, serta menggalang diskusi online dengan siswa mengenai beragam topik
keislaman.
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan
untuk memahami dan meningkatkan kesadaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas 7 SMP
Muhammadiyah 8 Yogyakarta melalui pendekatan pembelajaran yang efektif. Hasil
utama penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Aqidah Akhlak yang
memadukan aspek kognitif dan afektif dapat menumbuhkan kesadaran dan
internalisasi nilai-nilai iman kepada Rasul dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Studi ini memberikan kontribusi penting terhadap literatur
pendidikan dengan menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran yang integratif
mampu menjawab tantangan pembentukan karakter religius di sekolah. Keterbatasan penelitian ini terletak pada cakupan lokasi yang
terbatas pada satu sekolah, yang mungkin tidak sepenuhnya mewakili konteks
pendidikan lebih luas. Untuk penelitian selanjutnya,
disarankan untuk memperluas subjek penelitian pada berbagai sekolah dengan
latar belakang yang berbeda guna memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif
dan memperkuat hasil temuan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aliputri, D. H. (2018).
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan kartu
bergambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar, 2(1A), 7077.
Anam, A. (2023). Konsep Pendidikan Islam
Menurut Muhammad Quthb. PROGRESSA:
Journal of Islamic Religious Instruction, 7(2), 176188. https://doi.org/10.32616/pgr.v7.2.470.176-188
Batubara, A. A., Ameilia, A., Aliyyah, C.,
Nisa, F., & Hasmawi, A. (2023). Analysis of the Effect of Foreign Debt on
Indonesias Economic Growth (2017-2021). Outline
Journal of Economic Studies, 2(1),
916.
Damaisa, C. (2022). Upaya Organisasi Mgmp (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Akidah Akhlak
Jenjang Mts (Madrasah Tsanawiyah) Dalam Mengembangkan Kompetensi Pedagogik Guru
Di Kabupaten Madiun. IAIN Ponorogo.
Idris, I. (2021). Upaya Pembentukan Qaulan Kariman Melalui Pembelajaran Akidah Aklak
Peserta Didik Di MTs Kelas VIII Pondok Pesantren Al-urwatul Wustqaa Benteng
Kec. Baranti Kab. Sidrap. IAIN Parepare.
Jailani, M., Wantini, W., Suyadi, S., &
Bustam, B. M. R. (2021). Meneguhkan Pendekatan Neurolinguistik dalam
Pembelajaran: Studi Kasus pada Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah,
6(1), 151167.
Lamai, W. L. (2019). Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Dalam Membentuk Perilaku Terpuji
Melalui Pembelajaran Akidah Akhlak Peserta Didik Kelas V (Lima) Di MI
Muhammadiyah Al-Haq Palu. IAIN Palu.
Lisa, D. (2024). INTERNALISASI NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH
AKHLAK KELAS X DI MA AL FALAH MUNCAK PESAWARAN. UIN RADEN INTAN LAMPUNG.
Luneto, B. (2022). Sikap Sosial Peserta Didik
dalam Pembelajaran:(Analisis Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah
al-Hidayah Duminanga). Ar-Risalah: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(1),
118.
Muratama, M. S. (2018). Layanan Konseling
Behavioral Teknik Self Management Untuk Meningkatkan Disiplin Dan Tanggung
Jawab Belajar Siswa Di Sekolah. Nusantara
of Research : Jurnal Hasil-Hasil Penelitian Universitas Nusantara PGRI
Kediri, 5(1), 18.
https://doi.org/10.29407/nor.v5i1.11793
Nurdin, N. (2021). Guru honorer dalam upaya
memperoleh status kepegawaian tenaga pendidik pegawai negeri sipil. Murhum: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
2(2), 1019.
Rohman, M. H. N. (2024). Peran Guru Akidah Akhlak dalam membentuk
Karakter Islami Peserta Didik di MTsN 2 Sleman. Universitas Islam
Indonesia.
Rosita, L. (2018). Peran pendidikan berbasis
karakter dalam pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah. JIPSI-Jurnal Ilmu Politik Dan Komunikasi
UNIKOM, 8.
Ula, M. R. (2020). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Quantum terhadap Interaksi
Edukatif dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran Fiqih di Madrasah
Tsanawiyah
.
Yusrun, M., & Muharom, F. (2020). Implementasi Teknologi Pembelajaran dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII Di MTSN Surakarta II Tahun Ajaran
2020/2021. UIN Raden Mas Said Surakarta.