STUDI
PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK USIA DINI: PENDAMPINGAN ORANG TUA BERMAIN BERSAMA ANAK
Fadilla Rizky
Balqis Nainggolan1, Suraya Aini2, Diah Sekar Ayuł, Almira Rahma
Febrianti⁴, Kartika Anggraeni Guritno⁵
Universitas Muhammadiyah, Indonesia
Email: fbalqis197@gmail.com
ABSTRAK Bermain adalah tempat di mana anak-anak dapat
menunjukkan segala bentuk tindakan yang menyenangkan dan tidak memaksa.
Bermain awalnya dianggap sebagai aktivitas yang dipandang sebelah mata.
Namun, dengan kemajuan teknologi dan dukungan penelitian terbaru, bermain
sekarang menjadi kegiatan nomor satu bagi anak-anak. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana orang tua melihat bermain bersama anak
dan teori perkembangan anak, terutama tentang lingkungan keluarga, yang kami
gunakan sebagai referensi. Metode yang digunakan yaitu Metode Kualitatif
Literature Review Peran Orang Tua Dalam Bermain Anak Anak-anak akan
memperoleh keterampilan baru melalui bermain, yang memiliki manfaat untuk
pertumbuhan dan perkembangan mereka. Menurut Vygotsky, pembelajaran terjadi
disini karena interaksi sosial, atau ZPD, mendorong kemampuan anak. Namun,
orang tua tidak memahami pentingnya bermain, yang merupakan salah satu faktor
yang menghalangi aspek perkembangan pada anak usia dini. Orang tua saat ini
hanya meminta anak untuk mempersiapkan diri untuk pendidikan selanjutnya
karena mereka percaya bahwa bermain akan mengganggu proses belajar anak.
Namun, keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membantu perkembangan anak
berkembang secara optimal. Kata kunci: Pemahaman Orang Tua, Peran Bermain, Perkembangan Anak ABSTRACT Play is a place where children can
perform any form of playful, non-coercive action. Play was initially
considered an undervalued activity. However, with the advancement of
technology and the support of recent research, play is now the number one
activity for children. The purpose of this study is to find out how parents
see play with children and theories of child development, especially about
the family environment, which we use as a reference. The method used is the
Qualitative Literature Review Method The Role of Parents in Children's Play
Children will acquire new skills through play, which has benefits for their
growth and development. According to Vygotsky, learning occurs here because
social interaction, or ZPD, encourages children's abilities. However, parents
do not understand the importance of play, which is one of the factors that
hinder aspects of development in early childhood. Parents today only ask
children to prepare themselves for further education because they believe
that play will interfere with the child's learning process. However, the
family is the main environment that can help children's development develop
optimally. Keywords: Parents' understanding, the role
of play, child development |
|
|
This work is
licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International |
PENDAHULUAN
Anak-anak di bawah
umur membutuhkan bimbingan dari orang dewasa, termasuk orang tua dan guru. Kehadiran anak usia dini sangat penting karena setiap orang akan mengalami
masa ini sekali seumur hidup. Dalam usia dini, seseorang mengalami peningkatan
besar dalam perkembangannya. Berbagai aspek perkembangan termasuk nilai agama
dan moral, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan seni.
Dua kompetensi inti sikap dan sosial dipromosikan dalam aktivitas main anak
dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2013. Sikap berkaitan dengan
bagaimana seseorang berperilaku dalam situasi tertentu. Perilaku sosial
berkaitan dengan bagaimana seseorang berperilaku saat berinteraksi dengan orang
lain, termasuk yang sebaya, yang lebih kecil, atau yang lebih dewasa. Konsep
dan sikap sosial yang ditunjukkan oleh anak harus sesuai dengan nilai atau perilaku
masyarakat, sehingga sikap dan sosial tersebut dapat diterima oleh
lingkungannya. Pendidikan karakter sejak usia dini sangat penting agar anak
mampu menunjukkan sikap dan sikap sosial yang dapat diterima masyarakat. Selain
guru di lembaga pendidikan anak usia dini, orang tua juga harus memainkan peran
yang lebih besar sebagai guru. (Khaironi, 2017)
Anak memiliki sebuah
karakteristik yang khas, yaitu selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sejak awal. Ide hingga akhir masa remaja. Ini adalah yang membedakan anak dari
orang dewasa. Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel di seluruh
bagian tubuh yang secara jumlah bisa dihitung. Kemajuan
pertumbuhan adalah peningkatan. Kecuali ada gangguan kesehatan atau cedera.
Dapat dicapai melalui proses kedewasaan dan pembelajaran tumbuh kembang anak
mulai dari segi sosial, emosional dan intelektual yang tumbuh dengan cepat
ketika anak menginjak usia prasekolah (3-6 tahun) dan dapat disebut sebagai
masa kejayaan (Herentina,
T., & Yusiana, 2020).
Setiap anak memiliki
hak untuk bermain. Bermain adalah tempat di mana anak-anak dapat menunjukkan
segala bentuk tindakan yang menyenangkan dan tidak memaksa. Bermain awalnya
dianggap sebagai aktivitas yang dipandang sebelah mata. Pada awalnya, para ahli
ilmu jiwa tidak terlalu memperhatikan kegiatan bermain. Ini disebabkan oleh
pengetahuan yang kurang tentang psikologi perkembangan anak dan perhatian yang
kurang terhadap perkembangan anak pada masa lalu (Rohmah, 2016). Namun, dengan
kemajuan teknologi dan dukungan penelitian terbaru, bermain sekarang menjadi
kegiatan nomor satu bagi anak-anak. Kita melihat kegiatan
bermain di mana pun anak-anak berada, baik di sekolah, di rumah, maupun di
fasilitas umum. Anak-anak dan bermain adalah dua sisi mata uang
yang sama. Anak-anak
tidak akan berhenti bermain, dan bermain tidak akan terjadi ketika anak-anak
tidak ingin bercanda. Orang dewasa mungkin melihat kegiatan bermain anak-anak
sebagai hal yang sepele dan membuang waktu, tetapi bagi anak-anak, bermain
dapat membantu mereka berkembang secara sosial, kreatif, dan meningkatkan
kemampuan berpikir dan bahasa mereka. Dengan bermain, anak memperoleh pemahaman
tentang hubungan antara dirinya dan lingkungan sosialnya.
Tujuan utama pembuatan
artikel tentang peran orang tua dalam bermain anak adalah untuk memberi tahu
orang tua tentang pentingnya bermain bagi anak-anak dan bagaimana mereka dapat
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan bermain anak agar perkembangan
mereka semaksimal mungkin.
METODE PENELITIAN
Kami
menggunakan metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif Sumber data
berupa artikel sebelumnya diperoleh dari jurnal ilmiah, google scholar, dan
sumber terpercaya lainnya. Fokus utama dalam Penelitian ini berfokus pada
pemahaman lebih lanjut tentang betapa pentingnya bagi orang tua untuk bermain
dan mendampingi anak-anak mereka di usia dini serta perkembangan fisik motorik
anak usia dini.
Literature Review ini menggunakan
publikasi yang diterbitkan dari tahun 2016 hingga 2024, yang dapat diakses
dalam format PDF. Publikasi ini berasal dari jurnal scholarly, atau jurnal
peer-reviewed.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hakikat Anak Usia Dini
Anak-anak
dilahirkan dengan keunikan masing-masing, yang membuat mereka berbeda satu sama
lain. Kelainan ini memberikan stimulus dan kemampuan untuk menangkap dan
menerima segala sesuatu. Pembelajaran akan berbeda untuk setiap anak, terlepas
dari apa yang dimilikinya untuk menjadi mampu berpikir kreatif dan produktif
secara mandiri. Dalam hal ini, anak-anak memerlukan program dan kegiatan pendidikan
yang dapat membuka kemampuan tersembunyi ini melalui pembelajaran yang bermakna
sejak dini. Masa keemasan, atau Golden Age, adalah ketika anak-anak kehilangan
kesempatan dan momentum penting dalam hidup mereka ketika potensi mereka tidak
pernah direalisasikan dan tidak mendapat respons yang tepat. (Arifudin,
2016)
Pada
usia emas, otak dan tubuh manusia mengalami transformasi yang luar biasa. Oleh
karena itu, usia ini penting bagi perkembangan intelektual, spiritual,
emosional, dan sosial anak sosial anak sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Oleh karena itu, pendidikan yang baik dan lingkungan yang baik
untuk mengembangkan anak pada usia dini sangat penting (Putri
Nirmala, 2021). Keluarga dapat mempengaruhi
perilaku anak usia dini karena anak usia dini belajar dari melihat, meniru, dan
mencontoh perilaku orang lain, sehingga peran orang tua sangat penting. Orang
tua harus menunjukkan contoh yang baik untuk mendidik anak usia dini mereka.
Dalam pendidikan anak usia dini, perkembangan pembiasaan termasuk sosial,
emosi, kemandirian, moral, dan nilai-nilai agama. Pengembangan kemampuan dasar
juga termasuk perkembangan bahasa, kognitif, fisik, dan motorik. Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah masa emas anak yang harus dimaksimalkan karena
menentukan masa depannya (Anjani
& Mashudi, 2024).
Pendidikan anak harus mendorong pertumbuhan dan perkembangan fisik dan rohani
anak.
Menurut
NAECY (National Association Education Young Children), anak usia dini adalah
orang-orang pada rentang usia 0–8 tahun yang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat, yang akan berdampak pada kehidupan mereka di kemudian
hari (Sari
& Rasyidah, 2020). Saat
yang tepat untuk meningkatkan semua aspek perkembangan anak, termasuk bahasa,
kognitif, sosial emosional, agama dan moral, serta motorik kasar.
dan halus, serta artistik. Selain itu, saat ini adalah saat yang tepat bagi
anak untuk belajar berperilaku baik (Khairunnisa
& Fidesrinur, 2021).
Definisi Bermain
Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, "bermain" berasal dari kata
"main", yang berarti melakukan kegiatan atau aktivitas dengan atau
tanpa alat. Bermain adalah cara atau metode yang digunakan anak untuk
mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan, dan cara mereka mempelajari dunia
sekitarnya. Menurut Novi Mulyani, dalam
bahasa Inggris, play berarti
suatu kegiatan yang dilakukan secara suka rela tanpa tekanan dari luar.
Akibatnya, bermain dianggap sebagai aktivitas yang dilakukan hanya untuk
menikmati diri sendiri dan tidak mempertimbangkan hasil akhir. Jadi, bermain adalah
aktivitas nonserius tanpa aturan yang membuat anak senang, nyaman, dan
bersemangat. Mereka juga dapat melakukannya dengan sukarela
tanpa paksaan dari orang lain. (Ardiyanto,
2019)
Menurut
Gallahue dalam (Rahmatunnisa
& Halimah, 2018) ,
bermain adalah suatu kegiatan yang langsung dan spontan dimana anak menggunakan emosinya, tangannya, atau
seluruh anggotanya untuk berinteraksi dengan orang lain dan benda-benda
disekitarnya konten dengan gembira, spontan dan imajinatif.
Menurut
(Siahaan
et al., 2023),
anak-anak usia dini memiliki karakteristik berikut: mereka egosentris dan naif;
mereka memiliki hubungan sosial dengan benda-benda dan manusia yang sederhana
dan primitif; mereka memiliki kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak
terpisahkan sebagai satu totalitas; dan mereka memiliki perspektif hidup yang
fisiognomis, yaitu anak-anak secara langsung membertikan atribut atau sifat
lahiriah atau material terhadap setiap penghayanya. Hurlock (1980) menyatakan
bahwa masa anak usia dini dimulai setelah bayi penuh dengan ketergantungan,
yaitu dari usia dua tahun hingga saat anak matang secara seksual. Ia akan
berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya, dan ia memiliki karakteristik unik
dan tidak sama dengan orang dewasa.
Menurut
Mayke (2001), ketika anak bermain, mereka juga bermain belajar. Sebaliknya,
Sudono (Siahaan
et al., 2023)
menjelaskan bahwa bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dengan sedikit
aturan yang mengekakang dengan menggunakan alat atau tanpa alat, sehingga
membantu anak-anak memperoleh informasi atau pengetahuan dengan cara yang
menyenangkan.
Aris
Toteles (dalam
Sosial, n.d.)
mengatakan usia bermain adalah dari tujuh hingga tujuh tahun. Bagi anak usia ini, bermain
adalah aktivitas utama. Anak bermain dari saat terbangun dari tidur hingga
tidur kembali. Permainan Anak-anak
melakukan hal-hal seperti mandi sambil bermain air, bermain bebek-bebekan,
mengucek air, makan sambil bermain, bermain bersama orang lain, atau bahkan
bermain sendiri.
Peran Orang Tua Dalam Bermain
Anak
Anak-anak akan memperoleh keterampilan baru melalui bermain, yang
memiliki manfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan merek. Perkembangan anak
sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Menurut Vygotsky dalam penelitian, Zone
of Proximal Development (ZPD) adalah "jarak antara kemampuan siswa untuk
melakukan tugas di bawah bimbingan orang dewasa dan atau dengan kolaborasi
teman sebaya dan pemecahan masalah secara mandiri sesuai kemampuan siswa".
Menurut Vygotsky, pembelajaran terjadi disini karena interaksi sosial,
atau ZPD, mendorong kemampuan anak. Namun, orang tua tidak memahami pentingnya
bermain, yang merupakan salah satu faktor yang menghalangi aspek perkembangan
pada anak usia dini. Orang tua saat ini hanya meminta anak untuk mempersiapkan
diri untuk pendidikan selanjutnya karena mereka percaya bahwa bermain akan
mengganggu proses belajar anak. Namun, keluarga adalah lingkungan utama yang
dapat membantu perkembangan anak berkembang secara optimal. Selain itu, bermain
dengan anak memiliki banyak manfaat, salah satunya dapat mengembangkan aspek
perkembangan sosial mereka.
Keluarga
dalam lingkungan anak usia dini sangat penting bagi anak karena keluarga
berfungsi sebagai dasar untuk pendidikan dan perkembangan mereka. Menurut
Fadlillah (dalam Rahmadianti, 2020) setiap
tindakan dan perkembangan yang ditunjukkan oleh seorang anak di lingkungan
keluarganya adalah contoh dari kedua orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua
bertanggung jawab untuk mendidik anak mereka dan menjadi contoh bagi mereka
agar perkembangan dan pertumbuhan mereka berkembang secara optimal. Sejalan
dengan pendapat Wibowo (2012) bahwa anak adalah anugerah dan amanah dari Allah
SWT, orang tua memiliki tanggung jawab untuk menjaga, mendidik, dan mengarahkan
anak-anak mereka agar mereka dapat berkembang secara optimal dengan potensi
terbaik mereka.
Anak bermain dan belajar.
Bermain dapat membantu perkembangan sosial anak. Ini karena bermain mengajarkan
anak-anak untuk bekerja sama dengan teman sebaya, menghormati aturan atau norma
yang berlaku, dan menghargai pendapat orang lain. Oleh
karena itu, tempat anak bermain, terutama rumah orang tua, harus membuatnya
menyenangkan.
Menurut
Baumrind dalam Santrock (Mulyati, 2020), orang
tua dapat memilih salah satu dari empat jenis perawatan yang dapat mereka
berikan kepada anak-anaknya: perawatan demokratis, otoriter, permisif, dan
penelantaran. Dari keempat jenis perawatan ini, yang paling efektif adalah
perawatan demokratis. Pendidikan karakter adalah metode pendidikan yang paling
penting yang harus dikenalkan dan ditanamkan oleh orang tua sejak dini. Dengan
pendidikan yang telah diberikan, anak-anak akan belajar melakukan kebajikan dan
terbiasa melakukannya.
Masa
keemasan anak, juga dikenal sebagai "masa emas anak", adalah waktu
yang sensitif untuk merangsang dan mengembangkan otak anak-anak pada usia dini.
Pada masa ini, anak-anak menerima pelajaran di lingkungan mereka, yang hanya
berlaku sekali seumur hidup dan tidak dapat diulang lagi. Pada titik ini,
perkembangan otak mereka yang optimal akan berdampak pada kehidupan mereka di
kemudian hari. Salah satu fungsi pendidikan anak usia dini adalah adaptasi,
sosialisasi, perkembangan, bermain, dan ekonomi. Adaptasi membantu anak
menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan sosial atau lingkungannya.
Sosialisasi membantu anak bersosialisasi atau bergaul dengan orang-orang di
sekitarnya. Pengembangan mengacu pada pengembangan berbagai potensi anak.
Hubungan
antara orangtua dan anak sangat penting untuk membangun kepercayaan diri dan
juga dapat membantu perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak.
Penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara orangtua dan anak ramah, terbuka,
dan komunikatif. Terdapat batas yang wajar antar usia; memberi tahu anak-anak
apa yang tidak boleh mereka lakukan akan meningkatkan rasa percaya diri mereka
dan membantu mereka berprestasi di lingkungan masyarakat dan di sekolah. Anak
juga akan lebih terlindungi dari bahaya seperti depresi dan penggunaan narkoba.
Selain itu, budaya, kepercayaan, tradisi, dan nilai-nilai keluarga memengaruhi
perkembangan anak. Menurut penelitian yang dilakukan pada orangtua Cina-Amerika
(Ratih
Agustin Wulandari et al., 2023), masalah
perilaku menyimpang pada anak jarang terjadi karena orang tua memiliki peran
yang cukup besar dalam mengatur tingkah laku anak mereka.
Menurut
Dadang Hawari (2012) (dalam
Hasbullah & Nurhasanah, 2024), pola
keluarga yang tidak sehat dan tidak membawa kebahagiaan rumah tangga berdampak
negatif pada perkembangan anak. Sebagai orang tua, Anda harus membantu anak Anda
berkembang dan berubah. Anak pertama kali menerima
pendidikan dari keluarga. Anak-anak mendapat pendidikan pertama mereka dari
orang tua mereka. Jika semua anggota keluarga dapat bekerja sama dengan baik,
dan jika ada hubungan pengaruh timbal balik antara orang tua dan anak, situasi
pendidikan keluarga akan terjadi. Orang tua juga harus mempelajari apa artinya
toleransi dan rasa hormat kepada orang lain karena mereka yang bermain mungkin
memiliki pemahaman yang berbeda dari mereka. Orang tua harus mengajarkan
anak-anak mereka sifat toleransi atau saling menghargai. (Romdaniah,
2023)
Tahapan Perkembangan Bermain Anak
Ada
beberapa para ahli tentang definisi tahapan perkembangan bermain :
1.
Tahapan Perkembangan Bermain
Menurut Mildren Parten (dalam Atmajaya, 2017) ada
enam tahap:
a.)
Unoccupied: Anak-anak
sepertinya tidak terlibat dalam kegiatan bermain; mereka mungkin hanya
mengamati sesuatu untuk sementara waktu dan kemudian tanpa alasan menggerakkannya.
b.)
Onlooker: Anak-anak melihat
teman bermain atau melakukan sesuatu. Seorang anak melihat temannya bermain
petak umpat. Dia ingin bermain, tetapi dia juga senang bermain.
c.)
Soliter: Anak-anak bermain
sendirian dan tidak peduli dengan orang lain atau teman.
d.)
Bermain Paralel: Anak-anak
bermain bersama anak-anak lain tanpa saling mempengaruhi. Misalnya, seorang
anak bermain puzzle dan anak lain juga bermain puzzle; mereka bermain bersama
tetapi tidak mempengaruhi satu sama lain.
e.)
Bermain Asosiatif Anak melibatkan
anak lain dalam permainan, tetapi tidak dengan tujuan bermain. Sebagai contoh,
ada beberapa anak yang bermain menepuk-nepuk air di kolam.
f.)
Bermain Kooperatif:
Anak-anak bermain bersama teman secara terorganisir dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang disepakati bersama. Misalnya, seseorang berperan sebagai
bapak, ibu, dan anak dalam bermain rumah-rumahan.
2.
Tahapan Perkembangan Bermain Menurut Piaget
Setiap
tahap perkembangan kognitif anak diuraikan oleh Piaget (dalam
Agustyaningrum et al., 2022) di
sini.
a.)
Tahap Sensorimotor (0-2
tahun): Bayi mengatur pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dan gerakan
motorik (menggapai, menyentuh) untuk memahami dunia. Dalam tahap sensorimotor,
perkembangan utama adalah pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa yang terjadi
secara alami di dunia melalui tindakan seseorang. Gerakan, yang merupakan
respons langsung terhadap rangsangan, menandai tahap ini. Anak-anak tahu bahwa
tindakan tertentu akan berdampak tertentu pada mereka, tetapi mereka tidak
menyadari konsep yang tepat.
b.)
Tahap Pra-Operasional: Pada
tahap ini, anak-anak belum menggunakan manipulasi kognitif dan berpikir secara
simbolis. Artinya, anak-anak tidak dapat menggunakan logika, seperti
menggabungkan, mengubah, atau memisahkan pikiran. Penggunaan bahasa simbolik,
yang terdiri dari
gambar dan kata-kata lisan,
digunakan untuk mengidentifikasi tingkat ini. Penggunaan bahasa yang
berkelanjutan meningkatkan kecerdasan dan perkembangan pemikiran anak karena
memberi mereka kemampuan untuk menggambarkan hal-hal dengan cara yang berbeda. Pada
titik ini, anak-anak dapat berpartisipasi dalam permainan simbolik dan secara
mental merepresentasikan peristiwa dan benda.
c.)
Tahap Perilaku Konkret (7-11
tahun): Perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional adalah tanda
perkembangan kognitif anak pada tahap ini. Menurut Piaget, tahap konkret adalah
titik balik penting dalam perkembangan kognitif anak-anak yang menandai awal
berpikir logis. Pada tahap ini, anak-anak memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah secara logis, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk berpikir
secara abstrak atau hipotetis.
d.)
Tahap Perilaku Formal:
Anak-anak berusia 11 tahun ke atas sudah mampu membuat kesimpulan dari
informasi yang tersedia tanpa berhadapan langsung dengan hal-hal atau
peristiwa. Berhitung matematis, berpikir kreatif, bernalar abstrak, dan
membayangkan hasil dari tindakan tertentu adalah beberapa keterampilan yang
dapat dilatih.
Fungsi Bermain
Permainan
membantu anak bersosialisasi dan meningkatkan keterampilan berbicara mereka.
Pada usia dini, anak mulai berpikir simbolis dan menggunakan kata-kata untuk
mengganti gambar dan gerakan tubuh. Mereka mulai menggunakan kata-kata untuk
menyampaikan keinginannya, membagi rasa, dan berinteraksi dengan orang lain.
"Permainan digunakan sebagai sarana membawa anak kealam masyarakat,
permainan sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dan potensi diri anak." Anak-anak dapat menunjukkan
bakat, fantasi, dan minatnya dalam lingkungan bermain. Anak-anak dapat
mengalami berbagai perasaan saat bermain, seperti senang, gembira, tegang,
puas, dan kecewa. Dengan menyimak aturan, anak-anak dapat belajar berbicara
dengan bermain.
Selama
kegiatan bermain, anak belajar kata-kata baru dan menambah kosa kata mereka.
Dan tentu saja, anak-anak belajar banyak hal dari bermain dan seluruh aspek
perkembangan mereka dapat terstimulasi dengan bermain. Namun, Stone menyatakan
bahwa "kegiatan bermain dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak,
tidak saja pada potensi fisik tetapi juga pada perkembangan kognitif, bahasa,
sosial, emosi, kreativitas, dan pada akhirnya prestasi akademik." (Anggraini, 2021)
Manfaat
Bermain dengan Anak
Menurut para ahli psikologi bermain menurut (Tameon, 2018), bermain dapat membantu anak-anak dalam
beberapa hal:
Bermain adalah aktivitas yang membutuhkan pemikiran,
penalaran logika, dan imajinasi untuk memecahkan masalah. Untuk dapat
mengimbangi kegiatan bermain anak lain, semua anak diminta untuk menjadi
kreatif dalam bermain. Anak-anak memiliki sifat kompetitif, tetapi mereka tetap
berada dalam batas pola aturan kesepakatan kelompok sosial. Oleh
karena itu, kreativitas bermain harus tetap sportif, menjunjung tinggi prinsip
kejujuran, mau mengakui kekalahan, dan menerima kekalahan orang lain.
Bermain sepak bola, petak
umpet, dan galasin adalah beberapa contoh kegiatan bermain yang menggunakan
ketrampilan psikomotorik kasar. Kegiatan bermain yang aktif membutuhkan energi
fisik, tetapi juga cukup menantang. Akibatnya, bermain dianggap sebagai
aktivitas yang tidak membosankan tetapi menyenangkan, menyenangkan, dan sering
diulang.
Sementara anak-anak dengan
ketrampilan motorik yang buruk akan menghabiskan waktunya untuk bermain
hiburan, anak-anak dengan ketrampilan motorik yang berkembang baik dimotivasi
untuk menjadi kreatif dan aktif dalam permainan, menurut Hurlock (2012).
Bermain
membuat orang berinteraksi satu sama lain. Kemampuan bahasa yang baik
diperlukan untuk memiliki keterampilan sosial yang baik. Anak-anak membutuhkan
keterampilan berbahasa untuk mengungkapkan pikiran, emosi, atau pendapat mereka
melalui bermain, serta keterampilan perbendaharaan kata dan pengolahan kalimat.
Oleh karena
itu, bermain akan membantu perkembangan bahasa anak.
Bermain
adalah cara untuk mengekspresikan hal-hal yang berkaitan dengan ranah afektif,
perasaan, emosi, pikiran, dan kognitif setiap anak. Bermain memengaruhi
psikoterapis untuk anak-anak yang mengalami masalah psikoemosional. Berdasarkan
pemahaman di atas, Halpern (2003) menyatakan bahwa "Bermain dipandang
sebagai potensi yang baik untuk mendidik, membuat anak dehat dan penting untuk
perkembangan anakanak, karena bermain adalah bentuk aktivitas alami, hak dan
juga kebutuhan anak"
Bermain melatih kemampuan
untuk mengendalikan diri sendiri, mengurangi sifat egois, dan berkomunikasi
dengan orang lain. Bermain juga melatih kemampuan untuk bekerja
sama, menghargai, menerima, dan berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan ini
erat terkait dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sosial
yang berbeda.
Perkembangan Fisik Motorik
Anak Usia Dini
Menurut (Erfayliana, 2016) Faktor internal termasuk fungsi organ tubuh
yang dibawa sejak lahir sebagai potensi yang dimiliki anak dan faktor eksternal
termasuk asupan gizi yang baik selama pertumbuhan dan perkembangan anak,
perlakuan terhadap anak yang dapat mengubah kualitas tubuhnya seperti melakukan
latihan yang mengubah kualitas tubuh anak, dan kejadian yang menimpa anak sehin
Anak-anak dapat melatih
indra mereka dan mengenal berbagai hal yang mereka lihat, sentuh, cium, dengar,
dan sebagainya dengan bermain. Dengan cara ini, anak-anak juga dapat
meningkatkan keterampilan motorik merka mereka dengan berlari, berjalan,
melompat, dan sebagainya. Selain itu, bermain dengan anak-anak memungkinkan
mereka untuk melepaskan semangat fisik mereka yang paling dalam melalui
aktivitas seperti berlari, kejar-kejaran, dan sebagainya. Jadi energi mereka
disalurkan, dan jika tidak, anak sering gelisah, tegang, dan mudah tersinggung.
Perkembangan fisik motorik
terdiri dari dua bagian: motorik halus dan motorik kasar. Motorik halus
berkaitan dengan otot kecil, seperti meremas, menggunting, merobek, memakan
kancing, dan lain-lain. Pertumbuhan motorik Kasar berkaitan dengan gerakan
kasar yang dilakukan dengan koordinasi otak, seperti berlari, menari, berjalan,
melompat, menendang, memanjat, dan lain-lain (Nurdin, 2022). Sumantri menyatakan bahwa motorik kasar
memiliki beberapa tujuan: meningkatkan keterampilan gerak; mempertahankan dan
meningkatkan kebugaran fisik; dan mengembangkan sika, percaya diri, memiliki
kemampuan untuk bekerja sama, dan memiliki kemampuan untuk berperilaku dengan
disiplin, jujur, dan sportif. ( et al., 2021)
Salah satu dari berbagai
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut di atas
adalah faktor perlakuan yang dapat mengubah kualitas fisik anak. Latihan dan
aktifitas fisik secara umum adalah salah satu faktor perlakuan ini.
KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum ISMUBA di SMA Muhammadiyah Piyungan mendasar pada Peraturan Bupati Bantul Nomor
57 Tahun 2023 tentang Dukungan Program Merdeka Belajar
Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan dan silabus Tahfidz Qur’an SMA /MI Kabupaten
Bantul . Pengembangannya dengan diadakannya ekstrakurikuler Tahfidz 20
surat-surat pendek dalam Juz 30 dan kegiatan pendukungnya yaitu ekstrakurikuler
TPA. Melalui ekstrakurikuler ini diharapkan dapat membentuk peserta didik
sebagai generasi masa depan yang cerdas, unggul, memiliki wawasan kebangsaan
yang kuat, berakhlak mulia dan hafal 20 surat-surat pendek dalam juz 30 dengan
baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Agustyaningrum, N.,
Pradanti, P., & Yuliana. (2022). Teori Perkembangan Piaget dan
Vygotsky : Bagaimana Implikasinya dalam Pembelajaran Matematika Sekolah
Dasar? Jurnal Absis: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 5(1),
568–582. https://doi.org/10.30606/absis.v5i1.1440
Anggraini, E. S. (2021). Pola Komunikasi Guru Dalam Pembelajaran Anak
Usia Dini Melalui Bermain. Jurnal Bunga Rampai Usia Emas, 7(1),
27. https://doi.org/10.24114/jbrue.v7i1.25783
Anjani, R., & Mashudi, E. A. (2024). Keterlibatan
Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini Perspektif Orang Tua Dan Guru. Kumarottama:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 110–127.
https://doi.org/10.53977/kumarottama.v3i2.1246
Ardiyanto, A. (2019). Permainan Tradisional
Sebagai Wujud Penanaman Nilai Karakter Anak Usia Dini. Prosiding Konferensi
Pendidikan Nasional “Penguatan Karakter Bangsa Melalui Inovasi Pendidikan Di
Era Digital” ISSN:, 4, 173–176.
Arifudin, O. (2016). Konsep Paud.
Atmajaya, D. (2017). Implementasi Augmented Reality Untuk Pembelajaran
Interaktif. ILKOM Jurnal Ilmiah, 9(2), 227–232.
https://doi.org/10.33096/ilkom.v9i2.143.227-232
Erfayliana, Y. (2016). Aktivitas Bermain dan
Perkembangan Jasmani Anak. Terampil Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 3(1), 145–158.
http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/terampil/article/view/1334/1061
Hasbullah, H., & Nurhasanah, N. (2024). Peran
Orang Tua dan Pendidik dalam Melejitkan Potensi Anak. Jurnal Kajian Pendidikan
Islam, 3,
55–71. https://doi.org/10.58561/jkpi.v3i1.110
Herentina, T., & Yusiana, M. A. (2012). (2020). Peran Orang Tua
dalam Kegiatan Bermain dalam Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah (5-6
Tahun). 8(2), 102–114.
Kaoci, W., Taib, B., & Mufidatul Ummah, D. (2021). Perkembangan
Fisik Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Tradisional “Jalan Tempurung.” Jurnal
Ilmiah Cahaya Paud, 3(1), 11–22.
https://doi.org/10.33387/cp.v3i1.2129
Khaironi, M. (2017). Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi (
Pendidikan Karakter Pra Sekolah). Golden Age Universitas Hamzanwadi, 01(2),
82–89.
Khairunnisa, F., & Fidesrinur, F. (2021). Peran Orang Tua Dalam
Mengembangkan Perilaku Berbagi Dan Menolong Pada Anak Usia Dini. Jurnal Anak
Usia Dini Holistik Integratif (AUDHI), 4(1), 33. https://doi.org/10.36722/jaudhi.v4i1.703
Mulyati, A. (2020). Pentingnya pendidikan dan pola asuh orang tua dalam
penanaman nilai karakter pada anak usia dini. An
Nisa", 13(1), 759–768.
https://jurnal.iain-bone.ac.id
Nurdin, N. (2022). Pengaruh Bermain Outdoor terhadap
Perkembangan Fisik Motorik dan Kreativitas Anak. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(6), 5819–5826.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i6.3226
Putri Nirmala, A. (2021). Pentingnya Peran
Orangtua Dalam Mendampingi Anak Usia Dini di Awal Era New Normal. Jurnal
Psimawa, 4(2), 87–93. https://doi.org/10.36761/jp.v4i2.1432
Rahmadianti, N. (2020). Pemahaman Orang Tua
Mengenai Urgensi Bermain Dalam Meningkatkan Perkembangan Sosial Anak Usia Dini.
Early
Childhood : Jurnal Pendidikan, 4(1), 57–64. https://doi.org/10.35568/earlychildhood.v4i1.717
Rahmatunnisa, S. &, & Halimah, S. (2018). Upaya
Meningkatkan Kecerdasan Naturalis Anak Usia 4 – 5 Tahun Melalui Bermain Pasir. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 67–82.
Ratih Agustin Wulandari,
Erlina Purwaningsih, Darussalam, D., Oktaviani, O., & Wandira, W. (2023). Peran Orang Tua dalam Pendampingan Anak Usia Dini Bermain Gadget. SOSMANIORA:
Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 2(2), 263–268.
https://doi.org/10.55123/sosmaniora.v2i2.2203
Rohmah, N. (2016).
Bermain Dan Pemanfaatannya Dalam Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Tarbawi,
13(2), 27–35.
Romdaniah, L. (2023).
Konsep Akhlak Dalam Kitab Ayyuhal Walad dan Relevansinya Terhadap Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini. Rayah Al-Islam, 7(3), 1335–1356. https://doi.org/10.37274/rais.v7i3.831
Sari, D. R., & Rasyidah, A. Z. (2020). Peran Orang Tua Pada Kemandirian Anak Usia Dini. Early Childhood :
Jurnal Pendidikan, 3(1), 45–57. https://doi.org/10.35568/earlychildhood.v3i1.441
Siahaan, H., Nayla Zaskia Siregar, F., Pratiwi, S.,
Nadillah Selian, S., & Afifah, Z. (2023). Strategi
Pembelajaran Anak Usia Dini Sebagai Panduan Bagi Orang Tua. Jurnal
Al-Kifayah: Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 2(1), 94–102.
https://doi.org/10.53398/ja.v2i1.299
Sosial, P. (n.d.). Anak
Usia Dini.
Tameon, S. M. (2018).
Peran Bermain Bagi Perkembangan Kognitif dan Sosial Anak. Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Pendidikan, 1(1), 26–39.
http://ejournal.upg45ntt.ac.id/index.php/ciencias/index