[Pengaruh Strategi Pembelajaran Selima (Semangat Literasi
Madrasah) dalam Meningkatkan Aktivitas Speaking Skills Dan
Hasil Belajar Siswa]
membaca. Membaca memberikan pengaruh budaya yang amat kuat terhadap perkembangan
literasi siswa (Anafiah & Nartani, 2021; Syahidin, 2020; Wandasari, 2017). Sayangnya, sampai
saat ini prestasi literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah, berada di bawah rata-
rata skor internasional. informasi bahwa kemampuan literasi Indonesia berada pada peringkat 60
dari 61 negara yang disurvei Jakarta Post, (2016) dalam (Wahyuni & Pramudiyanto, 2017).
Melihat perkembangan dunia teknologi informasi saat ini yang tidak selamanya berdampak
positif, membuat praktisi pendidikan merasa khawatir (Siregar & Unimed, 2018). Salah satu
kekhawatiran yang masih belum terobati yaitu rendahnya minat baca siswa sekolah di Indonesia.
Tahun-tahun sebelumnya, ketika buku masih menjadi satu-satunya sumber bacaan, tidak
membuat generasi Indonesia menjadikan kegiatan membaca sebagai satu kebutuhan dalam hidup
(Fikri et al., 2022). Terlebih lagi ketika dunia ini telah dikuasai teknologi informasi yang
memungkinkan seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari berbagai media, peringkat
Indonesia dalam hal membaca masih sangat rendah. Kini, buku bukan menjadi beban dengan
hadirnya buku eleltronik yang bisa diakses kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun
(Komalasari, 2018).
Dalam hal sadar literasi untuk generasi muda, pemerintah sebenarnya sudah memulai
dengan misalnya sejak akhir tahun 2015 (Suragangga, 2017). Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) telah meluncurkan program unggulan bernama Gerakan Literasi
Bangsa (GLB) yang bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti remaja melalui budaya literasi
(membaca dan menulis). Ikhtiar pemerintah melahirkan kebijakan tersebut tentu adalah niat yang
baik. Hanya saja, ketika sebuah kebijakan hanya sebagai formalitas dan program kerja saja, tentu
tidak akan maksimal. Pemerintah seharusnya juga mengawal sekaligus mengevaluasi, sehingga
program dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Misalnya
mendorong dan mengintervensi lembaga-lembaga pemerintah dan swasta, yang memiliki ruang
tunggu untuk pro aktif menyediakan bahan bacaan (Kristiawan et al., 2017).
Pembelajaran berbasis budaya literasi akan mengondisikan peserta didik untuk menjadi
seorang literat (Sari et al., 2021). Peningkatan kemampuan literasi dalam belajar sejalan dengan
tujuan pendidikan, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Depdiknas,
(2003) di jelaskan dalam (Aspi & Syahrani, 2022). Pemerolehan tujuan ini dapat dilakukan siswa
jika mereka telah menjadi sosok literat. Para siswa memiliki bekal literasi dalam dirinya sehingga
mampu melengkapi diri dengan kemampuan yang diharapkan.
Hasil dari literasi rutin yang dilakukan siswa mempengaruhi prestasi belajar siswa dan
kualitas membaca dan berbicara. Jika dikaitkan dengan bahasa inggris akan menghasilkan
kualitas berbicara dan membaca yang baik (Ahmadi & Ibda, 2018). Hal ini dibuktikan dengan
hasil penelitian yang menunjukan bahwa siswa yang rutin membaca memiliki lebih banyak kosa
kata dan dapat berbicara dengan baik. Siswa yang rutin membaca berbagai jenis buku dalam
bahasa indonesia akan memperkaya kosa kata indonesianya begitu pula jika siswa sering
membaca buku berbahasa inggris. Kegiatan literasi rutin harus menjadi agenda yang selalu
dilaksanakan setiap sekolah (Yuliana, 2020). Dalam kegiatan belajar mengajar guru dapat
menggunakan strategi literasi sebagai metode mengakrabkan siswa dengan buku. Salah satu
strategi lainnya yaitu Selima (Semangat Literasi Madrasah). Penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran SELIMA
(Semangat Literasi Madrasah) pada pelajaran bahasa inggris pokok bahasan Deskriptif Teks.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model
Kemmis dan Mc.Tagart (1988) yang mana Kemmis mengembangkan modelnya berdasarkan
system spiral refleksi yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi perencanaan